AADC diapit Civil War |
“Gw udah ke dua
kali nonton ini filem” sahut remaja putri kisaran 15 tahun kepada temannya.
Sementara sang teman mengutarakan hal serupa. “Gw pengen liat lagi Rangga nyium
cinta” timpalnya. Saya mencuri dengar ketika kedua remaja putri ini melintas
tepat didepan studio masuk.
Hah, memang ada
adegan “kising-kisingan” saya membathin dalam hati. Hmm semakin penasaran saja
sebenarnya dalam hati. Perasaan waktu AADC perdana seingat saya ngga ada
adegan itu. Tapi menurut istri memang ada juga di edisi perdana.
Meskipun AADC 2 film lokal, tetap saja bertarung melawan film impor bukan perkara mudah. Mulai dari pemilik studio yang lebih banyak membuka studio untuk film impor ketimbang lokal. Tapi tetap saja tidak menyurutkan para “AADC Garis Keras”. Hal ini saya rasakan sendiri ketika antri membeli tiket untuk 1 jam sebelum tayang yang tersisa hanya 1 baris terdepan saja.
Antrian membeli Tiket AADC |
Padahal kan libur
panjang ya, Jalan Tol Padalang, Cikopo hingga Puncak menurut beberapa media macet
total. Tapi kenapa studio Cibubur tidak mengalami penurunan jumlah penonton. Bayangin
aja untuk mendapatkan tempat duduk sesuai kemauan harus menunggu 1 film selesai
diputar dahulu. Ya sudah demi mendapatkan posisi yang “pewe” (baca Posisis
Wuenak), datang ke studi jam 3 terpaksa nonton yang jam 6 sore. Tapi tidak
apa-apalah, setidaknya masih kebagian menyaksikan AADC jilid 2.
Review singkat
AADC
Rangga
yang diperankan Nicholas Saputra memainkan perannya dengan sangat baik. Setidaknya
yang berkesan bagi saya adalah ketika Rangga membawa Cinta ke Punthuk
Sethumbuk. Secara sering kali ke Jogjakarta (padahal baru 3 kali, itu juga
sekalian hajatan keluarga dan kerjaan kantor), gaungnya tempat ini kok ngga ada
ya. Jogjakarta identik dengan Malioboro,
Borobudur, Prambanan, Kraton dan Alun-alunnya.
Tempat apalagi itu Punthuk Setumbu, menurut sumber
njogja.co.id Punthuk Setumbu merupakan sebuah bukit setinggi kurang lebih 400
meter dari permukaan laut, terletak di gugusan Pegunungan Menoreh. Dulunya merupakan ladang penduduk.
Namun seorang
fotografer mengabadikan gambar Sunrise Borobudur nan epik dari tempat ini,
orang-orang pun berdatangan untuk mengunjungi tempat Punthuk Setumbu guna
menyaksikan sunrise. Disarankan untuk tiba di tempat ini sebelum pukul 05.00
WIB. Dari parkiran yang ada di kaki bukit, wisatawan harus trekking sekitar 15
menit untuk mencapai puncak dengan rute berupa jalan makadam dan tanah.
Bagi
yang tidak kuat trekking hingga puncak, tak jauh dari tempat parkir terdapat
gazebo di mana wisatawan sudah bisa menyaksikan Borobudur dari kejauhan.
Sunrise Punthuk Setumbu sumber 1001 malam.com |
Gimana juga si Cinta ngga “klepek-klepek” secara dibawa Rangga ke tempat yang romantis nan aduhai. Kapan-kapan pengen juga ngajak istri ke Punthuk Setumbu, biar berasa kaya Rangga dan Cinta #hallah.
Atau ada lagi scene ketika Rangga belum kembali
ke Jakarta, dia tinggal di NewYork dengan Coffe Shopnya. Pas banget beberapa
waktu lalu selesai baca Filosofi Kopinya Dewi Lestari, jadi berasa nyambung. Jadi
penasaran sama New York, semoga satu saat kesampaian ke sana (Amien).
Keindahan Newyork City |
New
York sendiri adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan New York
yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap
perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan
dunia. Sebagai tempat markas besar
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 2009, jumlah penduduk kota
ini diperkirakan mencapai 8,4 juta jiwa dan dengan luas daratan 305 square mile
(790 km2).
10 Recomended Coffe Shop yang di New York : Culture Ekspresso, Ninth Street Espresso Brooklyn at Threes Brewing, Third Rail Coffee, Southside Coffee, JOE PROSHOP, Plowshares Coffee Roasters, Café Grumpy Grand Central Terminal, Box Kite. Everyman Soho. Semoga kalau satu saat ke New York kesampaian nyobain salah satu Coffe shopnya.
Klinik Kopinya Pepeng Sumber Kompas.com |
Kira-kira Coffe Shop Rangga yang mana ya? Eh, pas dia ke Jogja,
Rangga di ajak Cinta ke Klinik Kopi kepunyaan Pepeng. Penasaran juga sama
klinik kopinya. Kompas.com pernah
mengangkat Klinik Kopi Pepeng.
Firmansyah nama lahirnya dan Pepeng adalah nama panggilan pria kelahiran Yogyakarta. Pada kartu namanya tertulis nama Pepeng, Storyteller of Coffee, Micro Roastery Coffee. Dulunya berkutat dengan mesin turbin pesawat saat kuliah di Universitas Nurtanio, Bandung. Suatu kali kala bekerja di perusahaan furnitur, ia bertemu dengan orang dari Australia yang memberinya kopi enak. ”Ini kopi Toraja, ini dari tanah airmu....” mulai dari situ Pepeng baru menyadari akan potensi kopi di Indonesia. Lalu, dari berbagai sumber, ia pelajari segala hal tentang kopi. Tahun 2009 ia belajar meracik dan membeli peralatan untuk produksi dan pembuatan kopi.
Kayanya harus kesini juga kalau ke jogja,
terimakasih Cinta atas informasinya.
Terus bagaimana dengan kelanjutan Cinta sama
Rangga. Filmnya sendiri berdurasi 2 jam. Fokusnya kepada persahabatan Cinta,
Carmen, Moura dan Milli. Sempat bosan ditengah cerita, tapi terhibur dengan perak-pernik
didalamnnya.
Kalian harus menyaksikannya sendiri, tapi ingat
juga batasan umur untuk film Ada Apa Dengan Cinta 2 itu 13 tahun. Jangan juga bawa
anak dibawah umur. Ada beberapa adegan yang masih belum pantas disaksikan.
Mengingat kemarin ada orang tua yang membawa
anaknya (baca 5-6 tahunan) untuk
menyaksikan “Civil War” eh ternyata tiketnya habis. Nah orang tuanya
menjanjikan bagaimana ditukar aja sama AADC 2. Hah.. si anak mencibir kesal,
hellooo.. ADDC film apa sich.
Kasihan juga melihat itu anak, harus nonton AADC
2, tapi miris juga kalau dia nonton Civil War.
Semoga kedepannya Industri Film kita
memperhatikan film edukatif bagi anak-anak, sehingga mereka bisa menyaksikan
film sesuai umurnya.
Waktu itu pernah kejadian ibu-ibu yang lagi arisan ngajakin anaknya buat nonton film deadpool. Si petugas udah mengingatkan kalau deadpool nggak boleh di tonton untuk anaknya. Tapi si ibu tetap bersikeras. Pas selesai nonton, ibunya ngomel-ngomel kalau film itu nggak baik untuk anaknya. Loh, yang salah siapa? Petugas udah ngingatin, tapi si ibunya tetap bersikeras. Bukan cuma film, tapi orangtua juga harus pinter dalam memilih film yang tepat untuk di tonton oleh anaknya.
BalasHapusBener mas.. Orang tua juga dituntut untuk memilih film yg cocok untuk anaknya.. :) ngga sekedar datang asal nonton aja.. Udah kejadian.. Gitu dech..
Hapusada apa dengan cinta. banyak yang mencibir, namun angka pencapaian penonton tak dapat menipu. banyak juga yang lebih milih nonton civil war, entah kapan masyarakat kita bangga nonton film buatan anak negeri dan tak terlalu mengelu-elukan film luar.
BalasHapusterkait AADC, salah satu yg saya suka adalah campaign 'Jogja Ora Didol' di film tersebut. jadi tak sekedar hiburan, tapi jg ada pesan yang terselip.
Setuju mba perempuan.. Saya juga jadi tau kopi klinik dan wisata lainnya di Jogja.. :)
HapusCie... Yang udah nonton AADC2.
BalasHapusNonton juga dong mas timur... :)
HapusTrus Rangga ama Cinta gimana ceritanya mas hihiii...saya penasaran nih gara2 aneka komen org di sosmed. Mo nonton sendiri pas blm cocok nih waktunya.
BalasHapusKalau kata istri saya happy ending mba..woth it to watch katanya.. ;)
HapusKalau saya banyakan merhatiin pernak pernik nya :)
kalau nonton film itu pilihan ya, aku sukanya film detektif kalau drama itu ditengah2 suka ketiduran, makanya aku belum nonton AADC 2 nih. Bukan berarti aku agk cinta Indonesia loh, tapi jenis film yang aku suka gak ada kl film indonesia
BalasHapusHallah.. Ngga ada hubungannya ngga nonton sama ngga cinta Indonesia mba Tira....semoga ke depan film kita semakin bervariatif ya mba tira
HapusWalah emak2 bawa anak dibawah umur nonton, aduuuuh.
BalasHapusSaya pengen nonton AADC lagi.
Kalau sudah nonton berikan kesempatan lain nonton dulu mba.. Biar semua kebagian.. :)
HapusSaya belum menonton Ada Apa Dengan Cinta. Tapi dari baca-baca di sosmed dan blog film ini menuai sukses besar ya Bang Lius. Dan orang memperkirakan wisata Jogja akan semakin ramai gara-gara film ini. Semoga saja begitu asal jangan membuatku kotor Jogja :)
BalasHapusiya.. semoga jogja semakin di kenal tapi nnga menjadi kota yang kotor juga ya :)
Hapusdua juta penonton dalam delapan hari itu bisa dikatan wow banget.... hiks andai tempat tinggalku deket ama bioskop..... :(
BalasHapusIya mas.. Apalagi saingannya film impor..
HapusSemoga kebagian euforia kegembiraan film AADC ini ya mas..
Waduh saya minta ampun deh mas waktu saya nonton pertama kali filmnya ditayangkan antriannya panjang banget bahkan sampai saya nunggu kloter ke dua baru masuk haduh tapi semua itu kebayar dengan aksi aktingnya para pemainnya memang keren ya.
BalasHapusJadi ceritanya mba Sri ngga nyesel ngantri panjang dan dapat kloter ke 2 .. Terbayar puas dengan akting pemainnya ya.. :)
HapusAADC memang gokil, mau yang pertama atau yang kedua, animo masyarakat tetep besar sekali untuk film lokal yang satu ini. salut! sepertinya, kopi pepeng ini memang bikin penasaran banget yak
BalasHapusKopi pepeng akan klinik kopi dan puntuhuk setunbuk sepertinya akan ramai dikunjungi setelah deman aadc2 ini berakhir
Hapushaduh aku belum nonton aadc ini. ketinggalan aku. kalau udah keluar movienya tolong share linknya.
BalasHapusAyo nonton mas.. Sebelum turun dari bioskopnya.. :)
Hapusmasih ngantri gak sih kalau beli tiketnya, aku belum nonton :)
BalasHapusKalau hari biasa kayanya ngga ngantri mba.. Kalau weekend.. Pasti ngantri lagi..
HapusBanyak yg mau nonton ulang. :)
saya sihmilih nonton civil war dibanding aadc
BalasHapus*eaaa
hi hi hi
secara, civil war rilisnya lebih dulu sehari, jadi saya bisa liat hari perdana, kalo aadc baru besoknya
dua2nya film keren, satu barat satu lokal *dua jempol
ah.. kalau mas huda mah,, meskipun milih civil war daripada aadc,, hatinya tetap nasionalis :) eeeeeaaaa :)
Hapus