Menulis,
sejatinya adalah hal yang semua orang
normal bisa lakukan. Tapi mengapa sedikit sekali orang yang mau menulis hingga
bisa tembus ke dunia penerbitan. Ketika
sudah melihat hasil dari menjadi penulis lantas semua orang berbondong –
bondong menjadi penulis. Lalu hilang lagi gema menjadi penulis sampai nanti
akan ada lagi muncul sosok yang menggemparkan di dunia kepenulisan, barulah
pada saat itu dunia menulis bergelora lagi.
Lihat
kan dampak dari dunia tulis menulis. Sebuah hal yang tidak sulit, namun tidak
juga mudah. Banyak orang berhasil menjadi penulis tetapi tidak sedikit juga
orang yang gagal menjadi penulis dan frustasi ketika tulisannya tidak dimuat
ataupun diterbitkan. Sejatinya semua berasal dari niat yang kita bangun dari
awal. Apakah niat kita memang dari awal mencari kuntungan dari menulis atau
menulis hanya sekedar berbagi, tanpa berharap sesuatu apapun juga.
Terinspirasi
dari Jonru Ginting, beliau mencoba mengajarkan kepada kita untuk tetap menulis. Apapun kesibukan kita, apapun
keterbatasan kita. Segala hal itu tidak bisa menjadi penghalang kita untuk
menulis. Intinya tidak ada tawaran untuk
tetap menulis dan menulis, dan menulis. Mengenai
kendala yang akan kita hadapi dalam menulis pastinya, seperti bingung mencari
ide, apa yang mau ditulis, bagaimana ejaan yang baik dan benarnya, dan macam
lainnya.
Sejatinya
jika kita menulis ada baiknnya dimulai
dari otak kanan lalu berjalan ke otak kiri. Apalagi artinya ini? Kecenderungan
otak kanan adalah yang berhubungan dengan spontanitas dan luwes. Artinya dengan
menggunakan otak kanan kita akan lebih mudah menangkap setiap kejadian yang kita alami dan
menuliskannya. Contoh, kita melihat seseorang dicopet dikendaraan umum, kita
bisa menuliskan perasaan kita saat melihat adegan itu langsung, bagaimana mata
kita bertatapan dengan mata pencopet itu, dan perasaan kita yang bingung antara
mau memberitahu korban atau mendiamkannya saja. Tuliskan semua perasaan yang
terekam, acuhkan gaya penulisan. Intinya tuliskan semua hal yang mampu anda
ingat dan tuangkan semuanya dalam tulisan. Lalu
jika sudah dituangkan dalam tulisan barulah kita bergeser ke otak kiri. Otak kiri
cara kerjanya lebih terstruktur. Apakah Ejaan yang kita gunakan sudah benar,
apakah tulisan yang kita buat sudah menarik dan lain halnya. Barulah disini,
kita dituntut untuk membaca ulang tulisan kita, dan melakukan perubahan –
perubahan disana –sini, untuk mendapatkan tulisan yang lebih baik.
Pastinya
untuk pertama kalinya kita tidak akan bisa mendapatkan hasil yang maksimal. “Roma
dibangun bukan dalam satu hari bukan” dibutuhkan kesinambungan
dalam menulis agar kita menemukan sebuah formula yang pas bagi kita. Tentunya dalam hal ini, untuk menjadi penulis
yang handal, kita juga dituntut harus rajin membaca. Membaca apapun itu, karena
dengan membaca, pengetahuan kita akan bertambah, kosakata dan penggunaan
kalimat menjadi lebih luas. Yang
paling sulit dari menulis adalah menjaga Konsistensi dan Kesinambungannya.
Disinilah banyak penulis yang tumbang dan sedikit yang terus maju dan berhasil.
Disini
kita belajar, menulis itu adalah spontanitas seperti otak kanan, tuliskan. Lalu
runutkan dan olah menggunakan otak kiri, lakukan terus menerus dan berulang –
ulang.
Selamat Menulis...