Amarah. Sesuatu hal sejatinya akan dialami semua manusia. Tergantung cara kita menyikapi dan menanganinya. Tentu saja hasilnya akan berbeda, sebuah masalah akan selesai tanpa amarah. Dengan amarah tidak juga mempercepat penyelesaian sebuah masalah. Bagaimana sikap kita?
Jangan menjadi seperti cerita kepiting dibawah ini dimana amarahnya membawanya kedalam kematian sia-sia. Berikut petikannya:
"Ketika air laut sedang surut, banyak anak menangkap kepiting kecil di tepi Pantai Belawan, Sumatera Utara. Anak-anak itu memegang setangkai kayu pendek dengan seutas tali pancing pendek. Sebuah batu atau kayu yang sangat kecil diikatkan di ujung tali pancing. Mereka menyentuhkannya kepada kepiting yang sedang mengintip dari rongga-rongga pasir yang kering. Biasanya kepiting itu akan marah, lalu menjepit batu atau kayu kecil itu. Itulah saat yang ditunggu anak-anak itu. Mereka menarik kayunya dan memasukkan kepiting itu ke dalam ember atau wadah penampung lainnya. Kepiting itu akan menjadi mainan mereka atau kemudian dijual".
Untuk dapat meredam amarah, kita perlu melatih dan memelihara kesabaran. Bukan berarti kita tidak boleh marah, namun emosi kita semestinya tidak lekas terpancing. Kita juga perlu belajar untuk marah pada saat yang tepat dan memberikan respon dengan cara yang benar sehingga kita tidak perlu menyesalinya kemudian.
Satu hal yang patut diingat jika kita hendak marah, sebaiknyalah kita lambat untuk berkata-kata dan bertindak dalam amarah. Carilah tempat yang sunyi dan nyaman. BERDOALAH.
AKAN SELALU ADA PERKARA YANG MEMANCING KEMARAHAN KITA, NAMUN KITA DAPAT MEMILIH UNTUK TIDAK MENANGGAPINYA.
SELAMAT BERAKTIVITAS KAWAN.. SEKEDAR MENGINGATKAN DIRI SENDIRI.....