Sebenarnya
tidak ada yang terlalu special dengan
buku yang ditawarkan Arvan Pradiansyah. Tetapi melewati buku ini juga
sepertinya sayang sekali. Bahasa dan illiustrasi serta cara penyajiannya
menarik. Sedkit berbeda dengan buku lainnya. Dugaan saya buku motivasi seperti
ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, meskipun pengalaman dan persoalan
hidup boleh berganti tetapi pengaplikasian dari setiap cerita yang diberikan
tetap dapat digunakan.
Seperti buku yang beruntung saya mendapatkannya ketika berkunjung
ke gramedia ini yang terbitan awalnya tahun 2003 dan telah melalui beberapa
kali cetak ulang, terakhir tahun 2013 adalah cetakan barunya. Telah
melewati beberapa tahun dan tetap layak cetak bahkan dibuatkan edisi barunya,
luar biasa bukan!!!!!
Sekilas mengenai Bapak Arvan ini, yah pokoknya tidak
diragukan keahliannya didunia Pengembangan sumber daya manusia, beliau juga
mengisi beberapa acara Tv dan program radio (kok saya baru kenal dengan beliau
dan karyanya baru sekarang ya, kemana aja selama ini). Tamatan UI, sudah berkelana ke beberapa pelosok
penjuru dunia, sudah mengecam berbagai macam pendidikan, intinya mengenai
kualifikasi beliau, tidak perlu diragukan dech, terlebih setelah membaca buku
Life is Beautiful.
Ok, mari kita lanjut membahas mengenai buku yang beliau
tulis, sederhananya dari awal beliau sudah menerangkan garis besar buku Life is
Beautiful (sebuah Jendela untuk melihat
dunia) adalah mengenai cara pandang kita terhadap dunia yang kita tinggali.
Apapun yang terjadi dan berbagai macam rupa permasalahan, tetapi jika cara
pandang kita sudah benar, tidak akan menjadi sebuah masalah. Dianalogikan dalam
buku ini sebuah nenek yang terapung di tengah lautan karena kapal yang ia
tumpangi karam, setelah ditemukan selamat, seseorang bertanya bagaimana
perasaannya berada diujung maut, mengingat sang nenek dengan tenang berada
ditengah karamnya kapal. Nenekpun menyahut bahwa saat ini ia memiliki 2 orang
anak yang satu berada diseberang pulau, sementara yang lainnya sudah meninggal,
pilihannya hanya ada 2 jika ia selamat maka ia akan bertemu dengan anaknya
diseberang pulau sementara jika ia tidak selamat maka ia akan beruntung bertemu
dengan anaknya yang lain.
Buku setebal ±275 halaman ini terbagi menjadi 4 bab, dimulai
dengan Menikmati hidup yang penuh keindahan, Membersihakan jendela kehidupan,
Hidup ada ditangan kita, Perjalanan menuju sumber keindahan. Sejatinya
kebahagiaan hidup ada di dalam bukannya diluar, Stephen Covey mengutarakannya
sebagai berikut “ If you think the problem is out there, that very thought is a
problem” artinya kalau kita merasa masalahnya ada diluar sana maka pikiran itu
sendiri adalah masalahnya.
Yang terutama harus kita lakukan adalah membersihkan jendela
kita (Dalam hal ini cara pandang kita) Beberapa paradigm yang diperlukan untuk
merubah cara pandang hidup adalah :
- Kita harus mengubah cara pandang terhadap masalah, masalah menunjukkan bahwa kita benar-benar hidup, jangan pernah memandang masalah sebagai suatu bencana dan hambatan. Masalah ada dan dating untuk membuka sebuah peluang dan berkembang. “Orang sukses adalah orang yang membangun fondasi dari batu-batu yang dilemparkan oleh orang lain kepadanya”
- Kita harus sadar bahwa kebanyakan masalah yang datang sebagian besar adalah masalah kecil, hanya segelintir saja masalah besar yang mampir untuk dapat diselesaikan. Tentunya karena Tuhan mengetahui kemampuan masing-masing hambaNya.
- Kita harus tahu dan memilah-milah masalah mana yang besar dan perlu penyelesaian segera, atau masalah mana yang hanya masalah kecil. Sehingga nantinya kita dapat berfokus kepada masalah yang besar saja dan membutuhkan penyelesaian segera. “Tugas terpenting dalam hidup adalah menemukan apa yang paling penting”
- Kita juga perlu untuk mengubah pandangan kita terhadap hasil dan target, urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang dapat kita lakukan sebagai manusia adalah berusaha sekua tenaga dan sekreatif mungkin.
- Kita juga perlu merubah sudut pandang kita terhadap efektif dan efesiensi, sebagian dari kita mengartikan efesiensi dan efektivitas hartus berjalan bersama, hal ini terlihat dari banyak dari kita yang mealkukan tugas secara bersamaan dan sekaligus. Terkadang justru untuk dapat menikmati hidup kita harus melakukan tugas kita satu persatu sambil mencurahkan seluruh kesadaran dan kemampuan kita.
Paradigma salah dalam menilai kehidupan :
- Keyakinan bahwa kita tidak dapat bahagia tanpa benda-benda yang kita pandang bernilai. Karena sekalipun kita sudah memiliki sesuatu namanya manusia selalu ada saja kurangnya.
- Mempercayai bahwa kebahagiaan ada dimasa depan. “bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian” apakah kita akan menjadi bahagia setelah mnjadi manajer? Lalu kalau sudah menjadi manajer dengan tugas yang kepalang banyak pastinya akan menghalangi kita untuk berbahagia, lalu bagaimana ini?? “kebahagiaan itu berada sangat dekat dan dapat dinikmati saat ini dan sekarang juga.
- Kita tidak akan pernah bahagia selama membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Sampai kapanpun jika hal ini terjadi maka kepuasan kita akan sebuah hal akan menjadi sangat terbatas.
- Kebahagiaan akan datang jika orang-orang disekitar kita berubah menjadi lebih baik. Terkadang perlakuan tidak baik yang diberikan oleh orang-orang disekitar kita membuat kita tidak bahagia.
- Mempercayai bahwa kita bahagia ketika semua keingina kita terpenuhi. Hal ini hamper serupa dengan nomo rsatau hanya saja berbuhubnagn dengan target dan keinginan lainnya yang membuat kita frustasi, cemas dan tidak dapat tidur.
“Kunci
kebahgiaan kita bukanlah pada peristiwa dan kejadian yang kita alami tetapi
lebih kepada ‘Jendela’ yang kita gunakan untuk melihat dunia” Arvand
Pradiansyah. Jendela yang kotor menyebabkan pandangan kita terhadap sesuatu
juga menjadi kotor.
Tiga kunci untuk mencapai hidup yang bahagia adalah Rela
memaafkan, Bersyukur dan tidak
membesar-besarkan hal yang kecil.
Kualitas yang harus kita miliki agar memilliki jendela yang
bersih :
- Kita harus belajar dari sang surya yang selalu memberi tanpa pernah meminta. Hukum kekekalan enegri mengatakan apa yang kita berikan kepada orang lain tidak akan pernah hilang, suatu saat ia akan kembali kepada kita dalam bentuk yang berbeda. “Semakin banyak kita memberi semakin banyak kita menerima “ Mr Spock
- Kita harus merubah perspektif kita akan rasa Bersyukur, biasanya kita akan bersyukur jika dating keberuntungan atau kabar baik. Tanpa kita sadari ketidak beruntungan juga mengajarkan kita sesuatu, artinya segala hal yang datang dan diperkenankan Tuhan untuk kita hadapi syukurilah semua hal itu.
- Revisi cara pandang kita terhadap pasrah, sebagian mendefinisikan pasrah itu menyerah. Salah total, Pasrah adalah berusaha sekeras-kerasnya dengan segala macam taktik dan strategi tetapi kita menyerahkan hasil akhirnya kepada Tuhan. Kepasarahan seperti inilah yang merupakan puncak Spritual tertinggi.
- Memaafkan orang lain, sejatinya kita memaafkan orang lain bukan untuk kebaikan orang tadi, melainkan untuk kebaikan kita sendiri. Dengan memaafkan terbukti banyak penyakit yang dapat disembuhkan.
- Bersabar, Kesabaran itu adalah menyatukan badan dan pikiran disatu tempat.
- Kejujuran
- Keberanian.
Selanjutnya kita dituntun Bpk. Arvan untuk dapat membuat
agar hidup benar-benar ada ditangan kita berikut formulanya :
- Ketika masalah hadir, cobalah bertanya “apa” bukannya “mengapa” dengan “apa” akan memacu diri kita memaksimalkan usahanya sementara “bagaimana” akan melemahkan upaya kita.
- Kita dituntut untuk menyadari bahwa yang membuat segala sesuatunya runyam adalah bukan persitiwa yang kita hadapi tetapi respon kita terhadap situasi yang hadir.
- Kita harus sadar meskipun kita tidak dapat memilih lingkungan kita tetapi kita senantiasa dapat memilih respon dan tindakan kita sendiri.
- Meskipun kita dapat memilih tindakan tetapi kita tidak dapat menolak dan memilih akibat dan konsuekensi dari pilihan kita.
- 5Hidup akan selalu ada ditangan kita jika kita memisahkan stimulus dari responnya. Kita harus menyadari ada ruangan diantara 2 hal tadi, dan sebaiknya kita dapat mengisi di ruang tadi sehingga menghasilkan respon yang baik dari stimulus yang mungkin tidak baik.
- Ubah paradigm dari “memiliki” menjadi “menjadi” memiliki, kebahagiaan tergantung dari apa yang kita miliki, sementara “menjadi” adalah menggantungkan kebahagiaan tersebut pada apa yang ada didalam.
Secara minimal inilah yang mampu saya simpulkan sedikit
mengenai buku Bapak Arvan Pradiansyah. Inspiratif, tetapi sebenarnya masih
banyak didalamnya kisah yang tidak bisa saya uraikan disini, ada baiknya teman
membaca dan memiliki bukunya sendiri. Terlebih jika saat ini kita mengalami
cobaan dan sedikit guncangan dalam hidup, tentunya dengan membaca buku ini
sedikit banyak akan mengubah paradigm kita terhadap masalah yang datang.
Trima kasih pak Arvand sudah mau memberikan motivasi dan
inspirasi, bermanfaat terutama bagi saya pribadi, terus berkarya pak.