Sumber Gambar |
Pohon Cemara, Lilin serta sunggingan senyum dimana-mana sambil berucap selamat Natal. Yup itulah yang bisa kita identikkan dengan perayaan Natal tiap tahunnya. Oh iya, jangan lupa disaat inilah gereja bisa kita dapati penuh sesak. Semua bangku terisi bahkan cenderung kurang. Semua berlomba menampilkan kemampuan yang terbaiknya, tidak berhenti disitu, sebagian lainnya menggunakan moment ini sebagai ajang mempertontonkan apa yang dimiliki, baju baru, sepatu baru dan lainnya (yang penting baru). Ah, malam menjelang Natal selalu meriah dengan hiruk-pikuknya. Semoga kita tidak lupa akan esensi sebenarnya dari Natal itu sendiri. "Menyatakan kehadiran Yesus dalam hidup kita dalam bentuk saling mengasihi, saling berdamai".
Itulah esensi Natal, bukan hanya berkutat dibulan ini saja, tidak bertumpu pada hari ini saja, tetapi merupakan keseluruhan hidup sehari-harinya. Lanjut ke khotbah malam natal, diambil dari Yohanes 1 : 1-14 dengan tema "FIRMAN YANG MENJADI DAGING". Sedari awal bulan Desember suasana Natal sudah mulai terlihat, pohon cemara dimana-mana, spanduk ucapan selamat bertebaran dimana-mana. Secara ekonomipun perputaran uang di bulan desember mengalami kenaikan.
Tetapi tidak dapat kita pungkiri masih banyak saudara - saudara yang merayakan Natal dengan tidak layak, seperti korban gunung Sinabung dan korban-korban lainnya. Beruntungnya kita masih dapat merayakan Natal dengan baik. Yohanes bersaksi bahwa akan lahir seorang Mesias, bertobatlah. Pertobatan-pertobatan kitalah yang menyatakan bahwa kita mengenal Tuhan kita. Allah yang bertindak untuk menyelamatkan kita. Allah sendiri yang menyediakan anakNya untuk menebus setiap dosa.
Berita keselamatan diawali dengan lahirnya bayi Yesus ke dunia. Dan kelahirannya tidak diklaim untuk golongan tertentu, Ia lahir untuk semua umat manusia.Natal itu adalah membagi, memberi. Natal diperuntukkan untuk semua orang. Tidak hanya kaum kristiani saja yang merasakan itu, semua komponen yang bukan kristiani pun merasakan dampak dan andilnya dalam Natal itu sendiri meskipun tanpa kita sadari.Pertanyaannya adalah apakah terang Natal itu tetap menyala dalam hati dan kehidupan kita. Persoalannya adalah bukan kegelapan itu sendiri tetapi apakah lilin itu tetap menyala.
Itu salah satu alasan mengapa kita menyalakan lilin dalam perayaan Natal kita setiap tahunnya. Yesus pun mengorbankan ke Ilahiannya untuk turun menjadi serupa dengan manusia dan untuk menebus dosa. Natal kita berkumpul, disana kita saling memaafkan, saling berbagi bukan saling menuding tetapi saling membangun.