Artemsia dengan armadanya |
Sedari beberapa bulan yang lalu,
melihat cuplikan yang disajikan, jujur saya tertarik untuk menyaksikannya.
Berharap, merupakan sekuel lanjutan dari Film sebelumnya yang berjudul 300. Setelah keluar
dibioskop, buru-buru saya menyaksikannya. Penasaran, bagaimana kelanjutan ceritanya
setelah Leonidas dengan 300 prajuritnya tewas.
Sekilas saya ceritakan, 300 itu
adalah film heroik yang menceritakan kehebatan raja Leonidas dalam menentang
jajahan dari penguasa Persia Xerxes, hanya saja pada waktu itu tidak dijelaskan
mengapa Xerxes ujug-ujug datang ke Spartan dan mau menjajahnya. Leonidas tidak
terima, tetapi jika menunggu keputusan senat akan memakan waktu lama terlebih
ramalan orang suci (yang telah disuap) mengatakan Spartan akan jatuh kalah. Yang ada Leonidas mengumpulkan 300 prajurit terbaiknya untuk
melawan Xerxes, dilembah “Hot Gates” Leonidas berhasil membunuh pasukan persia
lebih dari yang bisa dibayakan siapapun. Meskipun diakhir cerita ia dan
pasukkannya tewas mengenaskan.
Nah, di Film 300 The Rise of An
Empire ini menceritakan kisah lengkap dari versi 300 sebelumnya. Rupanya 10
tahun sebelum Persia datang ke Yunani. Raja Darius Pemimpin Persia telah
datang, hanya saja kedatangan ia pada saat itu berhasil dipukul mundur oleh
Themistokles. Bahkan Themis berhasi membunuh Darius raja Persia itu, hanya saja
kala itu ia tidak sekalian membunuh sang anak Xerxes yang kelak akan kembali
membalaskan dendam ayahnya. Dalam kematiannya sang ayah berpesan, agar jangan
kembali ke Yunani, sebab hanya dewa sajalah yang mampu mengalahkan mereka.
Rupanya, Artemesia Jenderal Wanita Persia (Tangan Kanan Raja Darius)
menghasut Xerxes untuk membalaskan dendam sang ayah. Jika hanya dewa yang mampu
mengalahkan Yunani, maka Xerxes harus berubah menjadi “raja dari segala dewa”.
Artemesia memanggil semua tukang tenung,
tukang sihir demi membuat Xerxes menjadi kuat. Tak luput ia pun membunuh semua
yang berkaitan dengan Xerxes, bahkan kerabat dan orang kepercayaan Xerxes
semuanya ia bunuh. Hal ini dilakukan agar Xerxes fokus terhadap balas
dendamnya. Meskipun diakhir cerita dapat diketahui, bahwa sebenarnya Artemesia
adalah seorang Yunani, tetapi karena kekejaman Yunani yang memporak-porandakan
desanya bahkan membunuh semua
keluarganya, ia dendam kepada Yunani terlebih ia diselamatkan dan dilatih
perang oleh orang Persia. Xerxes dengan segala kekuatan ilmu hitamnya telah merubahnya
menjadi seorang monster yang di segani dan ditakuti.
Pada saat Xerxes berjibaku dengan
Leonidas di gerbang “ Hot Gates” dibelahan Yunani lainnya Artemesia sedang
sibuk bertarung melawan Themistokles.
Ribuan armada laut Artemesia melawan puluhan armada lautnya Themistokles (jadi
ingat kisah komodor Yos Sudarso di laut Arafuru). Artemesia mengalami banyak
kekalahan,bahkan dengan liciknya ia mencoba merayu Themistuckles agar bergabung
menjadi wakilnya. Themis menolaknya mentah-mentah, dan penolakan ini semakin membuat gusar Artemesia.
Sementara itu Themistuckles tetap
berusaha membujuk Ratu Gorgos (istri dari Leonidas) agar mau mengerahkan armada
laut Spartan demi mengalahkan pihak Persia. Ratu Gorgos yang sedari awal memang
tidak suka dengan niat Themis yang hendak menyatukan Yunani untuk melawan
Persia, ditambah pada saat itu Ratu Gorgos sedang berduka atas kematian
suaminya. Ia menolak mentah-mentah tawaran itu.
Themist tidak punya pilihan lain,
jika Spartan tidak mau bergabung bersamanya. Ia mohon kepada ratu Gorgos agar
membalaskan kematian Leonidas.
Dengan prajurit yang tersisa,
Themistukles berencana untuk menyerang habis-habisan armada lautnya Artamesia, mengingat
ia telah mentah-mentah menolak tawarannya untuk bergabung. Tidak ada pilihan
lain, lebih baik mati secara merdeka daripada hidup tetapi dijajah Persia. 5
armada Themsituckles yang tersisa melawan ratusan armada Persia dibawah
pimpinan Artemesia.
Prajurit Yunani yang terdiri dari
barisan petani, tukang besi dan lainnya bertarung habis-habisan melawan Persia.
Demikian pun dengan Themistukles. Artemesia yang sudah kandung benci dengan
Themis, angkat senjata untuk membunuhnya. Akhirnya Artemesia berhasil
dikalahkan oleh Themist. Themis memaksa Artemesia untuk mengatakan kepada anak
buahnya agar mundur. Tidak sedikitpun Artamesia bergeming, sebab ia yakin
secara jumlah Artemesia menang dibandingkan Themist. Rupanya pikirannya salah,
dibelakang armada laut mereka muncul ribuan Armada Laut Spartan yang sudah siap
meramaikan pertempuran. Ratu Gorgos sendiri yang memimpin armada ini.
Eh, habis dech… belum ketahuan
nasib tuch Xerxes. Bagaimana? Apakah ia akan menang melawan armada lautnya
Spartan atau ia akan kembali ke Persia.
Secara keseluruhan film ini sarat
dengan kekerasan dan tidak layak untuk disaksikan anak dibawah umur. Darah dimana-mana,brutal pokoknya sadis dech.
Kalau di 300 yang pertama, ada
nilai filosofi yang bisa diambil. Semangat kebersamaan dan jiwa kepimpinan
Leonidas bisa dijadikan contoh. Kalau edisi yang sekarang.. kayanya ngga ada
dech….
Kalau bisa nich film tidak layak
untuk ditonton.