Sopir BBG |
Beberapa waktu
setelah menghadiri sebuah acara disekitaran sabang, Jakarta Pusat. Saya mencoba
kembali ke kantor menggunakan Bajaj BBG, itu-loh bajaj yang berwarna biru dan
bunyinya tidak “semeriah” yang berwarna orange.
Kurang lebih
jarak dari Sabang hingga ke kantor yang berada dicikini, sekitaran 15
menit. Terjadilah percakapan antara saya dengan sopir Baja BBG. Banyak
informasi yang bisa digali dan dipelajari dari beliau selaku sopir BBG.
Satu hal yang saya
lupa adalah menanyakan nama beliau. Yah, kita sebut saja beliau, Pak Budi
lah ya
Pak Budi ini
menarik Bajaj BBG sudah beberapa tahun belakangan, syukurlah penghasilan dari
“menarik” bajaj BBG ia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Ia memang masih
menyewa Bajaj dari seorang “Tokeh” yang memiliki beberapa unit BBG. Untuk 24
jam , ia diharuskan menyetor sebesar Rp. 120.000,- . Waktu itu ia baru keluar
“narik” jam 2 siang, biasanya beliau
hanya sanggup hingga jam 6 pagi keesokan harinya. Biasanya juga ia hanya menyetor
sebesar Rp. 100.000,-
Saya pun
memberanikan diri untuk bertanya lebih jauh, mengenai biaya operasionalnya.
Terutama untuk asupan bahan bakar, karena Bajaj
menggunakan bahan bakar Gas. Ia
mengatakan sangat irit, kisaran Rp, 20.000,- hingga Rp.30.000,-. Artinya
dalam 18 -20 Jam “Narik” minimal ia harus mengeluarkan biaya operasional
sebesar Rp. 150.000,- ditambah biaya lainnya ada dikisaran Rp. 180.000,-
Lumayan besar
juga, bukan, lalu berapa sisa yang bisa Pak Budi bawa pulang setiap harinya?
“Tergantung mas” ujarnya. “Kalau sedang sepi, minimal itu Rp. 100.000,- itu
sudah dipotong semua biaya tadi ya” lanjutnya. "Kalau sedang ramai, ngga mati"
Rp. 200.000,- lumayan juga pak
kalau sebulan “narik’ terus, pastinya minimal bisa bawa Rp.3.000.000,- diatas
UMRnya Jakarta.” Waduh, ngga kuat mas narik tiap hari”.
Pak Budi maksimal hanya
sanggup "narik" terus rutin (istiah mereka “joss”) hanya dikisaran 10 hari.
setelah itu istirahat selama 2 hari.
Praktis dalam
sebulan, ia hanya mampu memaksimalkan hingga 22-24 hari saja. Asumsi rata-rata
penghasilan bersih pak Budi Rp. 150.000,- saja dikalikan 20 Hari kerja masih
ada dikisaran Rp. 3.000.000,-. Ini belum di potong uang ini-itu ya. Belum
termasuk uang ditilang petugas, uang preman dan uang-uang lainnya .
Tapi dengan
hasil itu, Pak budi mampu menghidupi anak dan istrinya loh, dan suatu saat
didepan ia bermimpi untuk memiliki Bajaj BBG sendiri. Ia pun berujar, harga
rata-rata Bajaj BBG TVS itu sekitaran Rp. 70 juta-hingga Rp.80 juta.
Salut untuk pak
Budi, saya doakan yang terbaik untuk keluarga bapak. oh iya, sebagai informasi
tambahan, jarak dari sabang hingga ke cikini itu dikenakan tarif dari beliau
Rp. 20.000,- . BBG sudah ia isi penuh. “Tinggal kejar lebihan ini mas”
lanjutnya. Terima kasih pak Budi, ucap saya.
Bertukar
informasi dan pikiran dengan pak budi setidaknya membuka cakrawala berfikir
baru, daripada meminta-minta di kendaraan umum yang ngga jelas. Memaksa,
menodong, mencopet dan lain sebagainya yang akan berakibat dipenjara bahkan
berisiko diamuk massa. Ada baiknya mencontoh Pak budi, mendapatkan sedikit demi
sedikit tetapi aman.
Atau mungkin
mengatasnamakan ketiadaan lapangan kerja yang membuat seseorang nekat melakukan
kejahatan berfikir 2 kali dan beralih ke wiraswasta. Kalau Pak Budi saja bisa,
saya yakin masih banyak diluar sana yang bisa mencontoh Pak Budi.
Selamat Pagi,
selamat beraktivitas
Keren nih bang iyus...
BalasHapusSeridaknya kita bisa pelajari sesuatu dari kehidupan beliau
HapusSalut sama Pak Budi, Lumayan juga ya penghasilnnya Pak Budi :)
BalasHapussemoga bisa dicontoh sama yang malas kerja nih...
Setidaknya dari narik bajaj beliau bisa menghidupi keluarganya :)
HapusIya, kita bisa belaajr dari siapa saja, tanpa memandang apa dan siapa dia. Karena akan memperkaya batin kita
BalasHapusbetul ibu .... :)
Hapus