Apa
yang terlintas ketika mendengar kata “tua”.
Pastinya identik dengan reot, usang, ringkih dan lain sebagainya. Berbeda dengan itu semua, ada sosok di daerah
Surabaya. Dengan ke-tua-annya tidak membuatnya patah arang dalam berkontribus
memberikan yang terbaik bagi sekitar.
Abdul Syukur, mungkin bagi
masyarakat sekitaran Surabaya tidak asing dengan sosok ini. Pria kelahiran 1950
masih kuat menarik becak, aktivitas yang sudah ia tekuni semenjak tahun 1968. meskipun tubuh tuanya memiliki kemampuan yang terbatas, namun ia
tidak membatasi dirinya dalam beraktivitas.
Bahkan dengan penghasilan sebesar
Rp. 50.000,- dikala ramai dan kisaran Rp. 10.000,- jika sedang sepi penumpang
tidak membuat ia patah arang. Pak Dul, sebagian memanggilnya itu, tetap saja
menekuni aktivitas tersebut selama puluhan tahun.
Yang membuat terhenyak saya
adalah aktivitasnya setelah menarik becak. Ia menyempatkan diri mengumpulkan batu-batu kecil,
memecah-mecahkan batu besar hingga kecil agar dapat digunakan untuk menutupi
lobang-lobang yang terbuka dijalan. Semua itu Pak Dul lakukan tanpa ada yang
menyuruh, tanpa ada yang membayar. Hanya atas dasar ke-ikhlasan saja dan
keperdulian terhadap lingkungan saja.
Pak Dul iba setiap kali melihat pengendara motor terjatuh akibat lubang
yang terbuka di jalan. Daripada menunggu para pihak yang bertanggung jawab
mengambil tindakan, ia (dengan segala keterbatasannya) mencoba membantu
sebisanya.
Dengan keikhlasannya ini pula,
sebagian memberikan uang lelah, tetapi tidak luput pula sebagian lagi
menyebutnya “orang gila”. Terserah orang akan memanggilnya apa, sedikitpun pak
dul tidak perduli. Ia hanya perduli untuk tetap beraktivitas dan berbagi apa
yang bisa ia bagikan. Satu kata untuk Pak Dul, Luar
biasa, demikian dalam situs Andrie Wongso diucapkan. Ia terus berbagi sepanjang
usianya.
Semoga kisah ini membuat setiap
kita menjadi bijak, menjadikan setiap pihak yang bertanggung jawab terhadap
kerusakan di jalan untuk dapat bergerak semaksimal mungkin. Dan tidak juga
meniru yang dilakukan Pak dul dengan meminta-minta uang sebagai imbal jasa
(kalau diberikan ya diterima, kalu tidak dikasih setidaknya jangan marah). Karena
Pak Dul melakukan semua itu awalnya hanya semata-mata kerelaannya tanpa ada
harapan pemberiang uang atau apapun itu.
Bahkan karena ketulusannya ini
pula yang membawa beliau untuk akhirnya dapat bertemu dengan beberapa
orang-orang penting, Walikota Surabaya contohnya.
Terima kasih Pak Dul sudah
memberikan contoh tidak hanya sekedar perkataan tetapi lebih keras melalui
perbuatan.
good p yus
BalasHapusSiap pak KM .. :)
Hapusketulusan tanpa batas ya bang, semoga niat tulusnya menginspirasi orang byk :)
BalasHapusIya ibu Ria... semoga kita yang muda-muda mampu mencontoh niat tulusnya :)
Hapus