ilustrasi |
Rutin berlangganan news letter Andrie
Wongso akan mendapatkan kisah-kisah inspiratif yang menarik. Seperti Minggu ini
kembali saya diingatkan kisah tentang ketamakan. Memang beberapa kisah sudah
kita sering dengar bahkan dijumpai langsung dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
mendengarnya berulang-ulang seakan-akan mengingatkan kita untuk tidak menjadi
sosok yang tamak, meskipun tanpa kita sadari ketamakan akan datang dalam rupa
dan bentuk yang berbeda-beda. Terbayang bukan jikalau kita tidak diingatkan
dengan kisah yang sama setiap harinya.
Dikisahkan hiduplah seorang
saudagar kaya Zhang namanya, usianya sangat tua dan sudah mendekati ajalnya.
Zhang memiliki 2 orang anak Zhang Da dan
Zhang Er. Ketika Zhang sudah tiada ia mewariskan
seluruh hartanya ke anaknya. Hanya saja Z.Da dan Z.Er memiliki perangai yang berbeda. Z. Da
dikisahkan memiliki sifat yang selalu mencari keuntungan sementara saudaranya
berkebalikan dari Z.Da. Bahkan soal warisan yang ditinggalkan sang ayah Z.Da
menuntut lebih dari saudaranya, sementara Z.Er selalu menekankan jangan nanti
karena harta hubungan kekerabatan menjadi renggang.
Z.Da semakin kaya dengan harta
warisan yang ditinggalkan sang ayah, Z.Er menjalani hidupnya dengan biasa-biasa
saja. Hingga satu ketika penduduk desa membutuhkan jalan singkat yang
menghubungkan desa ke kota. Jalan itu melewati tanah milik Z.Da, karena merasa memiliki
tanah tersebut maka ia mengutip pembayaran dari siapa saja yang melewati tanah
miliknya. Penduduk desa banyak yang kecewa dan kesal, sebagian yang mampu
membayar tetap melewati tanah milik Z.da, lalu untuk yang tidak mampu Z.Er mengijinkan untuk lahannya di lewati tanpa
mengenakan tarif tertentu.
Lambat laun para penduduk yang melewati lahan Z.Er
bertambah banyak, sehingga Z.Er memutuskan untuk membuka kedai makanan. Kedai
makanan ini semakin hari semakin ramai di kunjungi penduduk desa. Perekonomian
Z.Er yang tadinya biasa-biasa saja berubah perlahan-perlahan menjadi saudagar
yang berkecukupan. Sementara saudaranya Z.Da kekayaan yang dimilikinya lambat
laun terkikis dan habis.
Tidak diceritakan kisah selanjutnya
bagaimana hubungan mereka setelah itu apakah Z.Da berubah dan menyadari
kesalahannya dan menjadi seperti Z.Er yang lebih Bermuda hati terhadap sesama.
Moral ceritanya adalah kita harus
menjadi seperti sosok Zhang Er, yang tidak mementingkan kepentingannya sendiri
saja. Meskipun untuk menjadi berhasil diperlukan waktu yang tidak sebentar
tetapi ada kisah manis yang dibangun.
Berbeda dengan sosok Zhang Da
yang selalu mengutamakan kepentingannya dahulu tanpa pernah peduli kepada
lingkungan sekitar. Lebih cepat berhasil tetapi dibangun di atas keluh kesah
orang lain yang menyebabkan kesulitan baginya satu saat di depan.
Dan sekarang semuanya di kembalikan kepada kita, sosok mana yang akan kita tiru. Zhang Da atau Zhang Er. Atau modifikasi dari keduanya. Sosok Zhang Da dengan hati Zhang Er.
Selamat malam.....
Terima kasih Mas Kornelius, Kisahnya sangat menginspirasi ya... semoga kita bisa mengikuti jejak Z.Er. Aamiin :)
BalasHapussiap pak... semoga kita selalu menjadi pribadi-pribadi yang tidak tamak juga bermanfaat bagi sesama...
Hapussetuju mas, di kehidupan sehari2 juga dua saudara ini banyak kita temui :)
BalasHapuskalo ga salah, kisah ini dikutip dari rangkaian perjalanan konfusius...
betul mas... banyak kita temui kisah seperti cerita diatas...
Hapussaya dapat kisah ini dari andrie wongso.. mungkin beliau menyimak cerita perjalanan konfusius... saya sendiri belum pernah baca konfisius...
Wuah pengen juga nih dapet news letter Andrie Wongso. Bacaannya menarik. Gimana cara berlangganan news letternya mas?
BalasHapuskunjungi aja webnya ibu... disana languang ditawari kok.. andriewongso.com
Hapussemoga kita dijauhkan dari sifat burum zang da dan bisa meniru zang er :)
BalasHapusbetul ibu.. mari menjadi pribadi yang bermanfaat dan tidak tamak
Hapus