Mungkin pada saat itu saya kecewa, tapi mengingat kejadian lalu disaat
ini membuat saya tersadar, mungkin pengalaman orang tua di didik adalah
seperti itu.
Anak sejatinya adalah kebanggaan orangtuannya. Pun berlaku sebaliknya. Tetapi tidak mungkin kita pungkiri cara mendidik yang diajarkan akan berpengaruh kepada si anak di masa akan datang.
Saya sendiri mengalaminya secara langsung. Sebagai seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang dapat dikatakan tidak memiliki apa-apa pada saat itu.
Hendak memiliki sesuatu adalah sebuah perjuangan. Terlebih jika barang tersebut sebuah kebutuhan yang mendesak. Bahkan untuk sebuah kebutuhan yang mendesak saja, perlu dipilah kembali apakah memang mendesak atau sangat mendesak.
Ekonomi yang memang masih serba kekurangan memaksa orangtua untuk sangat teliti terhadap semua pengeluaran. Tetapi tidak untuk pendidikan. Sebisa mungkin semua kebutuhan pendidikan akan disediakan dengan baik.
Didikan Keras.
Yang sangat berkesan bagi saya adalah pada saat meminta video game. Pada saat itu video game yang lagi naik daun adalah Nitendo. Awalnya meminta baik-baik kepada orang tua, terlebih ayah. Dengan menjanjikan akan bijak dalam menggunakannya. Atau Nintendo tadi bisa diberikan setidaknya ketika mencapai peringkat tertentu di sekolah.
Hal ini demi menunjukkan bahwa memiliki video game tidak akan membuat saya meninggalkan pelajaran. Alih-alih mendapat persetujuan, yang ada hanya gelengan kepala dan perkataan "tidak" yang keluar dari mulut bapak. Setali tiga uang ibu pun tidak jauh berbeda.
Saya tidak habis akal, mencoba mencari dukungan dari kerabat dekat. Mereka sepakat hendak menolong tapi asalkan izin dari bapak keluar. Dan tetap bapak pada pendiriannya untuk tidak memberikan kerabat ijin membelikan vidoe game.
Bahkan saya bersikeras akan tetap memilikinya meskipun harus menyisihkan sebagian uang saku setiap harinya. Hingga terkumpulah sejumlah uang untuk membeli video game dan bapak tetap bersikeras tidak memberikan ijinnya.
Saya masih ingat perkataanya yang keras "kau pikir kau sudah hebat bisa mengumpulkan uang untuk membeli video game, ok, uang memang uang kau. Tapi listrik ini listrik saya, TV pun, TV saya dan rumah pun rumah saya."
Serasa tertohok, saya mencoba memahami yang tidak terpahami pada saat itu. Bapak melanjutkan, bukan sekedar masalah uang untuk video game, tapi ia tidak mau anaknya rusak karena video game.
Ya sudah, kejadian itu berlalu tahun demi tahun. Hingga keinginan memiliki Nintendo pun pupus.
Mungkin pada saat itu saya kecewa, tapi mengingat kejadian itu disaat ini membuat saya tersadar, mungkin pengalaman orang tua di didik adalah seperti itu.
Dengan adanya penolakan video game setidaknya membuat saya lebih fokus untuk belajar. Dan mungkin saja dengan adanya nitendo membuat belajar saya berantakan.
Hingga saat ini meskipun saya mampu untuk membeli video game, sedikitpun tidak terlintas untuk memilikinya.
Keras... Tapi mendidik. Saya tidak mengerti pada saat itu. Tapi saya mengerti sekarang.
#MyDadMyHero
#TecstarsWritingcontest
#MyDadMyHero
#TecstarsWritingcontest
ya kadang kita gak mengerti apa yg diinginkan ortu kiat tapi setelah berjalannya waktu akhirnya kita bisa mengerti , kadang akhirnya kiat suka menyesal
BalasHapusBener Mba Tira,,, saya ngga ngerti waktu itu,,, tapi saya ngerti sekarang :)
HapusWahhhh membaca dari perkataannya, sepertinya bapakmu emang keras, ya. Tapi, sejatinya emang semuanya akan seperti itu. Sosok seorang bapak yang selalu disebut Pemimpin di dalam rumah tangga, akan selalu menjadikan dirinya sebagai pemilih keputusan terbaik.
BalasHapusMeskipun, kadang kita merasa tak adil. Tapi percayalah, meraka pasti melakukan itu untuk kebaikan kita.
Salam kenal, ya. :) Baru Pertama mampir
salam kenal juga Mas Heru... Memang bapak saya keras tapi masih dalam batas wajar dan masuk akal kerasnya...
HapusBapak2 jaman dulu memang punya prinsip yg kuat dalam mendidik anak. Bapak2 sekarang tidak ada waktu mendampingi anaknya.
BalasHapushehehe.. bener juga ya ibu lusi.. bapak sekarang sibuk sama gadget dan pekerjaannya... waktunya terbatas untuk keluarga :)
HapusAnak-anak memang memiliki keterbatasan dalam memahami maksud yang disampaikan orangtua. Jadi wajar lah kalau baru ngeh pas udah gede hehehe But your Dad did a good job back then, Nintendo atau video game dulu dan sekarang sama aja, bikin adiksi yang mungkin akan mengacaukan sekolah :)
BalasHapuswww.halmarsanitary.com
betul mas... video games kalau ngga dikelola dengan baik.. efek negatifnya lebih banyak ya :)
Hapusiya, kita kadang suka salah paham sm orang tua terutama bapak. padahal maksud beliau mah baik.
BalasHapusbener mba inda.. maksudnya baik,... tapi terkadang pemahaman si anak yg dangkal jadi ngga nyambung dengan maksudnya ortu :)
HapusAlasan nya kurang pas bang, asal tau celahnya mungkin bisa itu. Hahaha
BalasHapushehehhee,,,, celahnya udah ketutup dari awal bradher :) Kayak ngga tau bapak tua lau aja :)
HapusTerkadang sikap keras mereka, supaya anak-anak tidak terjerumus, dan ingin anaknya mengerti. Terkadang bapak saya juga keras, terutama dalam mendidik agama, dan bapak bisa lembut ketika mendidik saya menjadi perempuan sesungguhnya dan tidak manja.
BalasHapusBener Mba Liswanti...Kerasnya orangtua demi kebaikan sang anak :)
HapusDidikan keras dan disiplin menjadikan anak-anak yang tangguh dan pantang menyerah.Salut buat bapak yang mempunyai prinsip tisak memebelikan video game agar anaknya nggak main terus.
BalasHapusiya.. saya juga ngga kebayang seandainya waktu itu jadi dibelikan video game.. Mungkin saya tidak menajdi seperti saya sekarang :)
HapusBaca tulisan ini, jadi ingat almarhum bapakku. Beliau keras dalam prinsip, namun pendiam dan cenderung lembut bersikap. TFS
BalasHapusBegitulah bapak ya.. keras dalam prinsip lembut dalam hal lainnya :)
HapusPernah mendengar katanya tipikal seorang ayah umumnya adalah keras dalam mendidik. Tapi sebetulnya kerasnya itu adalah bukti sayangnya seorang ayah kepada anak :)
BalasHapusBenar ibu keke N, terkadang kerasnya ayah adalah bukti sayangnya kepada sang anak, tekadang anak yang belum mengerti akan kasih sayang yang sebenarnya :)
HapusSebelumnya, aku suka ekspresi ibumu, Mas. Senyumnya lepas banget kayak bahagia gitu :')
BalasHapusKalau aku dididik dengan keras dan sering ngelawan, sampai akhirnya aku sadar, lha kan memang harusnya begitu. Sekarang malah nyesel udah nyia2in kerasnya mereka dulu :(
terimakasih mba Putri, memang ibu saya ini yang membuat saya tidak melawan bapak terlalu keras.. maklumlah ...kalau sama2 laki2 kan kalau berbeda pendapat pastinya akan ribet...
HapusYap mas aeringnya kita sadar di belakang. Padahal ada nilai besar di balik sikap papa kita dulu. dan itu yg membentuk kita
BalasHapusbener ibu, penyesalan datangnya selalu belakangan ya :)
Hapusbapakku juga tegas, disiplin tapi baik. Salah satu contohnya adalah jika anaknya ingin membeli sesuatu. Diiyain dan minta bapak didoakan ada rejeki yang barokah. Setelah itu, bapak mengajak untuk membeli sesuatu yang saya minta dan saya sudah lupa.
BalasHapusOrangtua pasti lah selalu meginginkan yang terbaik untuk anaknya ya mas, dengan apapun caranya itu. Tiap orangtua berbeda-beda.
bener ibu astin, meskipun orang tua cara didiknya berbeda tetapi tetap semuanya bermuara untuk kebaikan si anak itu sendiri ya :)
HapusYa itulah bapak, bahkan aku menilai bapak itu galak. Padahal sebenarnya bapak sangat baik. Keras dalam mendidik itu semata-mata demi kebaikan kita sendiri. :)
BalasHapusbener mas razi.,, yang kita nilai baik biasanya orang yg suka menuruti kemauan kita.. padahal terkadang dengan tidak menuruti semua kemauan kita itu juga baik bukan :)
Hapus