Ada sebuah konspiracy jahat mencoba
membuat Thomas tidak kembali ke Jakarta. Karena pada saat bersamaan Calon
Presiden yang di jagokannya di tangkap paksa atas dugaan korupsi pembangunan
Tunnel.
Dari judulnya saja sepertinya
sudah menyulut sebuah kontroversi seperti apa kisah yang akan di ceritakan. Tapi
seperti buku-buku sebelumnya Tere Liye selalu menyelesaikan kisahnya dengan
mulus. Berbeda sedikit sebelum membaca buku Negeri di Ujung Tanduk ada baiknya
menyimak cerita sebelumnya Negeri Para
Bedebah. Tapi tenang, awalnya saya juga
bingung, secara meskipun sudah baca buku Negeri Para bedebah dan belum sempat menuliskan reviewnya, wah
jangan-jangan kisahnya akan melenceng jauh dan sulit untuk dicerna.
Beberapa buku dari Tere Liye
sudah selesai saya baca sebut saja Rindu, Negeri Para Bedebah dan Daun yang
Jatuh tak Pernah Menyalahkan Angin. Yang memiliki kesan apik bagi saya sendiri adalah
buku yang ditengah dan buku yang baru
saja selesai di baca. Berbeda dengan buku awal dan di akhir yang menurut saya sedikit
ringan dan mudah dicerna plus di dandani sedikit romantisme.
Membaca Negeri di ujung Tanduk
seperti menyaksikan kisah negeri ini dalam bentuk yang berbeda berikut
ringkasannya.
***
Sosok Thomas merupakan tokoh intinya, dibesarkan dari kerasnya
jaman. Tapi membuatnya menjadi pribadi tangguh dan tahan uji. Thomas seorang konsultan politik yang mendukung
salah satu kandidat calon Presiden. Calon presiden itu merupakan mantan
walikota dari sebuah daerah dan saat ini
sudah menjabat gubernur di sebuah provinsi (hmmm,,,, mirip-mirip dengan
presiden yang sekarang kan).
Cerita berlanjut, sebagai seorang konsultan
politik yang tidak di bayar sepeserpun dan dukungan yang Thomas berikan hanya
karena kesamaan pandangan dan sama-sama dari sekolah yang mengajarkan
idealisme.
Thomas sendiri sudah mapan dengan perusahannya. Seringkali ia diundang ke berbagai negara tetangga untuk
di mintai pandangan dan pendapatnya. Tapi di balik kesuksesannya ada hobi "kerasnya“
yang harus disalurkan. Diam-diam dan rutin Thomas mengikuti pertarungan „ilegal“
yang diikuti oleh beberapa eksekutif dan pebisnis se-usianya. Hobinya sangat "ekslusif“
dan hanya di ikuti orang tertentu saja. Bahkan olahraganya terkesan tidak
ada dan tidak masuk akal, tapi kenyataan ada dan rutin berjalan tanpa
sepengetahuan dunia luar.
Ok, cerita berlanjut. Lepas kunjungannya
ke Hongkong sebagai pembicara salah satu seminar. Thomas "janjian“ bertemu
dengan Opa dan kadek (asst. Opa). Tidak lupa ada Maryam yang tiba-tiba muncul
di dermaga seorang reporter yang ditugaskan khusus dari salah satu media
terkenal di Jakarta.
Jadilah mereka ber-empat mencoba kapa baru Opa,
sialnya petugas anti teror menangkap mereka denga tuduhan kepemilikan Heroin
dan Senjata Ilegal.
Disini kisah dimulai,,,,,, Thomas, Maryam, Opa
dan Kadek ditahan satuan anti teror Hongkong. Ditahan dalam ruangan yang khusus dan
entah berada di bagian mana Hongkong, mereka tidak tahu. Thomas memutar otak
dibantu Opa agar dapat menghubungi salah satu "petarung“ yang beberapa hari
lalu dikalahkannya. Bantuan datang,Thomas, Maryam , Opa dan Kadek semuanya
berhasil lolos dan kembali ke Jakarta. Ada sebuah konspiracy jahat yang mencoba
membuat Thomas tidak kembali ke Jakarta. Karena pada saat yang bersamaan Calon
Presiden yang di jagokan Thomas di tangkap paksa atas dugaan korupsi pembangunan
Tunnel.
Konvensi partai yang diadakan masih "deadlock“
apakah tetap maju dengan calon presiden dengan status tersangka atau mengajukan
calon lainnya. Waktu Thomas tidak banyak.
Setingan ceritanya sendiri hanya 2 hari
semenjak kepulangan Thomas dari Hongkong. Saya sendiri terasa seperti di “uber-uber”
untuk mengetahui kisahnya. Dibantu Sekretaris pribadinya Maggi dan Staf Ahli IT
kantor konsultannya. Thomas mencoba merangkai semua kejadian dan mencari tahu
siapa sosok dalang di belakangnya.
Siapa sangka, Kris mampu membuat sebuah keterhubungan
data dari informasi yang dikumpulkan 20 tahun ke belakang. Dan tidak diduga,
informasinya menyajikan sebuah peta keterkaitan antara setiap masalah dengan
masalah berikutnya ditambah sosok siapa yang bertanggung jawab. Parahnya keterkaitan itu melibatkan
para petingi di negara ini.
Jaringan dan lingkarannya sudah mulai terbuka
tapi sosok yang di ‘atas’ tetap tidak diketahui.
Aksi kejar-kejaran dengan polisi, baku tembak
di jalan plus aksi penangkapan Thomas
dan Maryam yang membuat mereka di kirim ke salah satu penjara penitipan. Tapi
siapa sangka dalam penjara Thomas mendapatkan pertolongan dari Rudi salah satu
perwira Polisi yang masih memiliki kejujuran dan merupakan "petarung"
juga dan salah satu temannya.
Rudi lah yang membantu Thomas untuk melarikan
diri dari penjara yang di komandani-nya. Tak lupa Rudi memberikan Jam Tangan
sebagai hadiah kecil. Jam inilah yang di akhir cerita sangat membantu Thomas
Lalu bagaimana cerita selanjutnya, apakah
Thomas akhirnya mengetahui sosok dibelakang semuanya ?
***
Sosok "mafia Hukum" yang merupakan musuh bebuyutan Thomas berbagi
sebuah cerita
Ada sebuah kerajaan yang menyelenggarakan
turnamen, siapa saja yang berhasil mendapatkan tanduk rusa jantan dari sebuah
hutan terlarang ia akan diangkat menjadi menantu raja. Hanya 10 orang
bersedia mengikuti turnamen itu. 7 tidak pernah kembali keluar hutan. Hanya 2
yang keluar dengan selamat membawa
tanduk rusa jantan yang indah.
Tapi jangan lupa ada orang ke 10, orang yang
tidak pernah memiliki keberanian untuk masuk hutan dan memiliki kemampuan
berburu. Tapi orang ke 10 ini memiliki kelicikan dan raja tega. Siapa sangka ia
menunggu di gerbang hutan terlarang dan membunuh 2 orang yang berhasil
mendapatkan tanduk. Alhasil hanya ia seorang yang keluar sebagai pemenang
dengan mendapatkan 2 tanduk sebagai lambang keberanian dan kegagahannya.
Tidak berhenti sampai di situ pesan-pesan moral
selalu diselipkan tere dalam setiap bukunya kali ini sebut saja,
Apakah Politik membutuhkan moralitas ?
Berapa tahun Nelson Mandela di penjara oleh rezim kulit putih karena isu
moralitas yang dibawanya ?
Menentang Apartheid ? apa kurangnya Moralitas yang di bawa Nelson
Mandela. Jawaban intinya adalah, karena orang-orang berhitung dengan
kepentingannya masing-masing dan mengukur kekuatan masing-masing.
Tapi sehebat apapun ide moralitas yang mereka
bawa entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu tetap sebuah politik. Dijual kemasyarakat
luas untuk dibeli, didengarkan dan didukung. Tanpa adanya pengikut, tanpa mesin
yang melaksanakannya ide itu tetap kosong. Hanya kalimat yang mengambang,
tulisan-tulisan tergeletak.
Atau di
akhir cerita, Kakek dari Lee (Yang merupakan
teman pelarian Opa dari Tionghoa ke Jakarta kala mereka muda) berpesan kepada
Thomas, Sepotong Intan yang terbaik di bentuk dari suhu dan tekanan yang tinggi
dalam perut bumi. Jika Intan tadi mampu bertahan melewati itu semua maka
sejatinya ia akan menjadi sebuah Intan yang mahal harganya.
Masih penasaran dengan akhir ceritanya, ada
baiknya kalian memiliki dan mengenal sosok Thomas sendiri ya. Buku Negeri di
Ujung tanduk sendiri dicetak tahun 2013 dan Maret 2015 sudah masuk cetak ulang yang ke delapan. Dugaan
saya buku ini akan memasuki cetak ulang lagi di tahun 2016.
Saya sendiri mendapatkannya di KompasGramediaFair beberapa waktu lalu dengan harga Rp. 73.000 dan mendapatkan discount 20%. Informasi
dari acara kemarin di Gramedia On line sering juga memberikan discount kepada
para pecinta buku.
Atau kalian bisa langsung datang
ke Gramedia terdekat, sering juga ada discount-discount menarik di akhir tahun
seperti saat ini. OK
Selamat menikmati.
terimakasih revieawnya
BalasHapussama2 ibu Tira.. semoga bermanfaat :)
Hapusselain kejam ,aku juga gak tertarik sama politik. Tapi kalau sekedar baca novel gak apa=apa lah :)
BalasHapusbener....lebih aman baca novelnya saja mba lidya.. :)
HapusWahhh, seru. Ternyata penikmat karya Bang Tere juga nih.
BalasHapusiya.. beberapa karya beliau sering saya nikmanti... tapi sampai sekarang belum pernah ketemu sama yang namanya Tere Liye :)
HapusWah aku belum pernah baca buku Tere yg ini...thanks postingannya
BalasHapussip.. sama2 mba sari N
HapusBuku-buku atau novel yang membuka wawasan kita lebih lebar ya Bang Ginting. Karya Tere selalu begitu, penuh diksi yang mempesona tapi tak kehilangan kendali atas jalan cerita :)
BalasHapussepakat dengan mba evi
HapusBuku yang ini memang bikin mempertanyakan politik dan ekonomi ya mas. :D
BalasHapusbener mas.. dan kelihatan intrik intriknya... kaya membaca negara sendiri dalam bentuk novel :)
HapusBuku adalah alat kritik halus keren sob review nya salam kenal juga hihihi...
BalasHapusditunggu kunbalnya Kopi-manis.com
siap mas Net :)
HapusSaya belum baca semua buku itu. Hihi ... kalau Negeri di Ujung Tanduk punya, tapi belum baca. Saya akan masukkan buku itu dalam daftar buku yang harus dibaca minggu ini.
BalasHapusHarus baca kak ker3n abis tuch buku
Hapus