Semuanya kembali kepada pilihan
masing-masing. Sepertinya tidak elok untuk di perdebatkan bukan. Alih-alih
berdebat terus-menerus tanpa melakukan tindakan adalah konyol. Dan melakukan
tindakan tanpa perencanaan yang matang adalah “nekat”.
Rencana dahulu atau tindakan dahulu? Membahas antara melakukan
Perencanaan dahulu sebelum melakukan sebuah tindakan atau lakukan saja sebuah
tindakan tanpa perencanaan sepertinya tidak akan pernah selesai-selesai. Sama
seperti membahas mana yang lebih dahulu, Telur atau Ayam.
Nah untuk Telur dan Ayam sendiri
saya lebih suka perkataan salah satu tokoh Stand Up Comedy, Mas Didu. Untuk
mengetahui mana yang “dulu-duluan”, letakkan
ayam ditangan kiri dan telur di tangan kanan lalu lepas secara bersamaan siapa
yang “sampe duluan” itu jawabannya.
Lalu kembali ke topik sebelumnya
apakah perlu melakukan sebuah perencanaan atau tidak. Dalam Prinsip Manajemen
sederhana di kenal adanya P O A C, Planning, Organisation, Action dan Controlling,
(hehehe, ketahuan saya angkatan berapa ya,,, kalau sekarang sudah bukan POAC
lagi kan)
Artinya adalah menempatkan perencanaan di awal sebelum
melakukan sebuah tindakan.
Tapi produsen sekelas NIKE
melewatkan itu dengan memberika TAG “JUST DO IT”. Lalu apakah salah melewatkan
sebuah perencanaan sebelum melakukan tindakan.
Berikut saya pernah di bagikan
sebuah cerita, entah kalian menilainya lucu atau ada kebijaksanaan didalamnya.
Biji Enau
Dikisahkan disebuah desa seorang ayah memiliki angan-angan agar suatu
saat keluarganya berhasil dan menjadi kaya raya. Ia memutuskan akan
membudidayakan enau, salah satu tanaman penghasil Gula Enau. Ia pun memutuskan
untuk pergi ke pasar bibit membeli bibit enau bersama anak laki-lakinya yang
masih kecil.
Dengan antusias sang ayah memilih
setiap bibit enau yang terbaik di bantu sang anak. Saking semangatnya ia
berujar kepada anaknya, “nak, nanti kalau Enau kita sudah tumbuh besar dan
menghasilkan sesuatu. Ayah akan belikan kuda kecil, nanti kuda kecilnya kita pelihara sama-sama hingga besar. Tapi sebelum
besar jangan kamu naiki ya. Takutnya nanti kuda itu mati.”
Si anak yang usainya masih kecil
menjawab sekenanya, “engga ah, nanti aku naiki kuda kecilnya.”
Jangan, sambung si ayah, kudanya
masih kecil nanti mati.
Engga ah, potong sianak, pokoknya
akan aku naiki.
Si ayah mulai “gerah”, “di bilang
jangan dinaiki kok kamu keras kepala. Kudanya masih kecil, nanti bisa mati, tau
ngga.” Jangan di naiki ya, lanjut sang
ayah, mulai tidak sabar.
Tetap sianak menjawab dengan gelengan kepala
dan perkataan tidak.
Ayah sudah mulai hilang kesabaran, di tengah
pasar bibit buah enau, suaranya mulai meninggi. “Dasar anak kurang ajar di bilang
jangan di naiki kudanya, malah keras kepala“. Ditempelenglah si anak di tengah
riuhnya pasar. Sempat menghindar dari
pukulan si ayah, semakin membuat sang ayah gusar.
Dipukulah sang anak hingga babak belur,
beruntung tidak sampai mati, itupun baru
berhenti ketika di pisahkan oleh pedagang dan pembeli-pembeli bibit lainnya.
Lalu dibawa si anak kerumah sakit untuk mendapatkan
perawatan dan sang ayah di bawa ke kantor Polisi untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
Lalu bagaimana akhir ceritanya, si ayah di
hukum beberapa bulan karena melakukan
kekerasan terhadap anak. Sementara anak sudah trauma terhadap ayahnya dan
memilih tinggal dengan kerabat lainnya.
Lalu dengan rencana mereka membudidayakan Enau
dan memiliki seekor kuda kucil yang akan di pelihara hingga besar. SEMUANYA
GAGAL TOTAL. Tidak ada lagi cerita Enau dan Kuda di masa depan. Mampu
memulihkan hubungan ayah dan anak yang sudah rusak saja sudah hebat.
Kesimpulanya.
Jadi kita masih akan
terus berdebat mana yang terbaik, apakah melakukan perencanaan sebelum
melakukan tindakan. Atau melakukan tindakan tanpa perencanaan. Dapat juga
melakukan tindakan sekaligus merencanakan pada saat yang bersamaan.
Semuanya kembali kepada pilihan
masing-masing. Sepertinya tidak elok untuk di perdebatkan bukan. Alih-alih
berdebat terus-menerus tanpa melakukan tindakan adalah konyol. Dan melakukan
tindakan tanpa perencanaan yang matang adalah “nekat”.
Selamat Pagi…
Sebenarnya lebih nyaman melakukan perencanaan matang dulu, pertimbangkan untung ruginya dulu sebelum bertindak. Tapi terkadang rencana melulu malah akhirnya nggak bertindak apa-apa. Ya, semua memang tergantung pilihan masing-masing orang.
BalasHapusiya mba .. semuanya di kembalikan lagi bagaimana seseorang nyaman akan keadaanya dalam melakukan sesuatu...tanpa adanya unsur paksaan baik dalam merencanakan atau melakukan,,, tapi kembali lagi nanti hasilnya bisa efesienkah atau tidak :)
Hapus