"Hujan.. siramilah...Hujan basahi kemarau-ku..ingin jadi kenyataan mimpi yang dulu kita ucapkan.. hujan siramilah..." penggalan lirik lagu dari Slank tentang Hujan.
Hujan bagi sebagian orang adalah
berkah, datangnya hujan mengusir kekeringan yang melanda. Mengusir debu yang pekat.
Hadirnya hujan membawa kesegaran tersendiri bagi sekitarnya.
Tapi tidak bagi Lail, Hujan adalah
pertanda akan sebuah kejadian. Rekaman di kepalanya selalu memutar setiap kejadian
buruk kala hujan hadir.
Tapi hujan juga yang buat semangat
hidupnya tetap hadir, terus berjalan menapaki hari demi hari.
Setting yang diambil dari masa
depan, saat semua teknologi informasi sudah masive
berkembang. Lail kecil yang tinggal dengan sang ibu di sebuah kota metropolitan
dengan moda transportasi yang canggih.
Siapa sangka kecanggihan tidak
mampu melawan takdir alam. Bencana alam meluluhlantakan kota mereka tinggal. Bahkan sang ayah yang berada
di bagian lain kota ikut merasakan
imbasnya.
Lail, bocah kecil dipaksa
terpisah dan bertahan dengan keadaan yang serba rumit. Kekacauan di mana-mana. Semua
orang menjerit, semua orang terluka dan berusaha diselamatkan.
Ada sebuah pepatah yang
mengatakan, “Jika pintumu tertutup, pasti akan ada pintu yang terbuka di bagian lain.” Shock, kaget dan kacau balau, di usianya yang
muda. Pintu lain itu adalah hadirnya sosok Esok dalam hidupnya.
Esok juga kehilangan saudaranya,
hanya tersisa sang ibu. Esok pula yang menyelamatkan Lail. Dua bocah malang
yang harus melalui kerasnya takdir hidup.
oo00oo
Kalau kalian pernah baca bukunya Tere Liye sebelumnya, Daun yang jatuh
tak pernah membenci angin. Membaca buku hujan tidak jauh berbeda. Hanya setting
tempat dan ending yang sedikit berbeda. Hujan lebih “proggesive” (menurut
saya) ketimbang Daun yang Jatuh tak pernah membenci angin.
Di Novel Hujan kita akan di bawa
berputar-putar dengan cerita Lail, jatuh bangun perasaannya kepada Esok. Seolah
– olah Esok tidak peduli. Lalu dihadapkan juga dengan kehadiran Esok yang
selalu tiba-tiba muncul dalam acaranya Lail.
Tidak terucap kata Cinta dari mulut mereka, tidak juga tersirat
rindu di setiap percakapannya. Saya sendiri menduga-duga, bagaimana ending hubungan
mereka berdua.
oo00oo
Waktu berjalan, hari berganti. Esok menata hidupnya. Ia diterima di salah
satu universitas terbaik di tengah kota. Sementara Lail tidak seberuntung Esok,
tinggal di sebuah panti. Sekali lagi ketika salah satu pintu tertutup pasti
akan ada pintu lain yang terbuka. Siapa sangka perkenalannya dengan Maryam
membawa labil ke petualangan berikutnya.
Bocah kecil ingusan itu sudah menjadi
sosok relawan yang tangguh.
Lail membalas kejamnya takdir
dengan membantu orang lain, mengobati kesedihan dengan berbuat baik.
Kesibukannya jugalah yang mampu mengusiir rindunya terhadap Esok. Hal 137.
Disisi lain ketika Lail bercakap-cakap dengan
Maryam, Ciri Ciri orang yang sedang
jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin
dan ragu dalam satu helaan nafas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu has esok. Hal 205. Demi melihat Lail yang selalu galau
akan Esok.
Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya. Biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini akan selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan oleh kuas si pelukis. Sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga. Tidak dapat dijelaskan oleh mesin yang paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi kenapa kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci, cemburu? Jangan jangan karena kita tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta. Hal 255-256.
oo00oo
Lalu bagaimana hubungan dengan Lail dan Soke Bahtera? Maryam yang
kenal dekat dengan Lail berpacu dengan waktu. Sementara Lail sudah putus asa
dengan segala ingatannya. Hujan selalu menghadirkan kisah pilu baginya.
Kemajuan teknologi yang ada mampu
menghilangkan semua ingatan yang hadir. Iya semua ingatan tentang Soke Bahtera,
semua ingatan tentang perihnya menahan rindu.
Bumi semakin tidak bersahabat, diambang
kepunahan, Esok, sang ilmuwan berhasil menciptakan sesuatu yang mampu
menyelamatkann manusia dari kepunahan.
Apa yang akan dipilih Esok, Hidup
bersama ibunya yang cacat tapi tetap mampu bertahan. Pilihan lainnya tinggal
bersama anak dari walikota yang menyelamatkan hidupnya (sekaligus membayar
hutang budinya).
oo00oo
Buku setebal 318 halaman dan diterbitkan oleh Gramedia sudah memasuki
cetak ulang ke 5 Februari 2016. Alurnya ringan, sarat pesan moral, perjuangan
dan romantisme khas anak masa depan. Teknologi hadir melampaui yang dapat kita
bayangkan.
Semuanya diramu menjadi satu
rangkaian cerita yang menghibur, membawa perasaan “naik turun”. Gemas, geram
menjadi satu.
Menarik dan harus dibaca.
Buku ini saya beli di Gramedia
Matraman dengan harga Rp.78.000,-
pas banget ya lagi musim hujan baca bukunya Terey Liye. Romantisme khas anak masa depan itu kay agiman bang?
BalasHapusiya.. pas banget masuk musim huja ya mba Lidya... Romantisme di masa depan itu seperti membawa motor honda cbr dengan mesin honda gl 100... bisa di bayangin ngga mba.. ada kesederhanaan dalam futuristik :)
HapusWah, saya belum baca Bang buku ini. Kayaknya salah satu buku wajibnya Tere Liye nih. Makasih Bang reviewnya.
BalasHapusbukunya bagus mas,.,,, makanya sudah masukcetakan ke 5... tapi memang bukunya si mas Tere ini beberapa sudah best seller,,, :) dan wajib baca .. seperti hujan ini salah satunya :)
HapusAku pernah baca bukunya, bang.. Bagus memang.
BalasHapusDan salah satu kalimat yang paling diingat itu ya bagian "daun yang jatuh tak pernah membenci angin"..
Cihuyy gak bosen baca bukunya..
Hhahaha.. Berarti icha suka novel yg romantisan gitu ya... :)
HapusBuku ini lagi rame-ramenya. Mau beli tapi nggak sempet terus. Dan duitnya juga nggak ada :(
BalasHapusSejauh ini cuma jadi penikmat update di fan page pribadinya Tere Liye. Belum sempat baca samasekali. Mungkin segera ehehe. Nice review!
Bukunya tere liye memang rata rata rame terus... Sekali kali beli bukunya tere mas roby.. Biar tau tere dari karyanya.. :)
HapusIni versi yang baru lagi ya, mas kornelius? Waduh ketinggalan dong gue baca nya, saya kepengen ngoleksi bukunya mas tere. Seumur-umur ini saya bar ngumpulin tiga bukunya masihan. Hehe..
BalasHapusJadi kepengen, seperti mas tere. Yang suka Nulis dan banyak pengetahuannya tentang pengetahuan kehidupan.
bukan versi baru mas.. tapi memang buku baru dari tere liye... Sam dong saya juga baru punya 3 buku :) atau jangan2 buku ini ada versi lawasnya :)
HapusTere Liye jago banget merangkai kata
BalasHapusbanget jagonya mba :)
HapusTere Liye selalu sukses melumerkan hati pecintanya. Saya belum baca yg novel hujan ini. kelihatannya bagus
BalasHapusharus baca mba... terutama yang suka dengan romantisme masa depan..
Hapustulisannya menarik, sudah punya novel yang pertama dari Tere? :)
BalasHapussepertinya untuk novel yang pertama dari tere liye saya belum memiliknya :)
HapusWah penassaran sama novel bang tere yg ini.
BalasHapusMakasih yaa reviewnya bikin makin penasaran hihi
Selamat berburu novelnya mba.. Tenang.. Banyak kok di gramedia :)
Hapusbuku-buku tere liye emng keren abis...
BalasHapusjadi kangen sama istri nih,...
Hahahaha.. Buruan pulang mas adams... Salam buat keluarga kecilnya ya
Hapuswaduh belum baca. kayake sih bagus, eh pastinya bgus ding. tere liye kok :-)
BalasHapusnice info bang :-)
memang karyanya mas tere selalu laris di pasar mba,.. :)
HapusTulisan ini membuat saya jadi pengen baca-baca novel lagi.. :3
BalasHapusPadahal udah lama banget pensiun baca novel... XD
hehehehe.. sama mba.. saya juga baru mulai baca novel juga kok... rencananya ke depan mau jajal buku2 karyanya pramudya ananta tour.. katanya bagus...
Hapus