Posternya |
Kemajuan zaman yang semakin
canggih tidak juga menyurutkan langkah manusia untuk saling menyakiti (baca :
berperang). Pun demikian
dengan terorisme tidak pernah mau hilang dari permukaan bumi.
Film yang kurang dari 2 jam ini menawarkan aksi
pasukan khusus untuk menumpas terorisme di Afrika. Jangan harap ada penyerbuan taktis
dengan senjata lengkap. Yang ada hanya aksi mematai dengan teknologi canggih
serta diskusi panjang dalam mengambil sebuah keputusan.
Perang Intelijen
Ceritanya seputar aksi
Kolonel Catherine Powel (Hellen Miren) sebagai pemimpin aksi penangkapan teroris.
Berdasarkan informasi yang ia miliki aksi teroris sedang disusun disebuah
tempat sekitaran Nairobi, Kenya. Target utamanya adalah menangkap Susan
Helena Danford, wanita berkebangsaan Inggris yang semenjak usia 15 tahun sudah menjadi pejuang militant
dan extremist.
Singkat cerita Danford merekrut 2
orang untuk menjalankan aksi bunuh diri dengan bom yang dipasang di seluruh
tubuhnya. Semua aktivitas teroris ini terekam jelas dan diawasi oleh Pilot Steve Watts (Aaron
Paul, dia juga main di Need For Speed). Mereka
mengawasai gerak-gerik teroris ini langsung dari udara bukan dengan pesawat tempur atau pesawat komersial tapi dengan Drone yang dikendalikan Steve (sepertinya
kedepan drone akan naik daun).
Powel sedang berdiskusi dengan Frank Benson |
Arah cerita berubah ketika mereka
(Kolonel Powel Cs) hendak memastikan apakah benar Danford benar ada didalam
rumah itu dan ia menjadi otak di belakang semua kegiatan. Anak buah sang Kolonel menggunakan drone kecil
berbentuk serangga yang dapat terbang. Hanya saja pengoperasiannya harus
tidak jauh dari rumah para teroris. Jadi kalau kita liat ada serangga
disekitaran yang bentuk dan tingkahnya aneh, hati-hati aja jangan-jangan itu
drone yang sedang memata-matai kita.
Sementara di belahan lain, Letnan Frank Benson
(diperankan Alm. Allan Rijman) bersama kementrian dan pihak terkait menyaksikan
langsung yang dilakukan Kolonel Powel. Ia
yang berhak untuk mengambil keputusan sementara Powel melakukan eksekusi bersama anak buahnya.
Ditengah jalan, alur cerita berubah kembali,
misi yang sedari awal hanya akan melakukan pengakapan berubah menjadi misi
untuk membunuh. Kenapa misinya berubah? Ya itu tadi, karena terorisnya sudah
merencanakan aksi bom bunuh diri.
Benson sendiri dalam mengambil sebuah keputusan
harus berdebat keras dan alot. Bahkan untuk merubah misi menjadi membunuh,
mereka yang hadir harus mencari rujukan keputusan pimpinan yang tertinggi.
Bahkan menteri dalam negeri yang sedang berada di Singopore, langsung mereka
hubungi terkait dengan situasi yang terjadi. Hal ini karena Danford masih
berstatus kebangsaan Inggris.
Akhir Cerita
Misi yang berubah
menjadi “membunuh“ tapi harus dibuktikan dengan keputusan yang tertinggi dan
dengan korban sipil seminim mungkin. Powel memerintahkan anak buahnya Steve
untuk menarik pelatuk drone dan menghancurkan rumah teroris.
Ketika pelatuk hendak
ditarik, sosok anak kecil penjual roti
tiba-tiba muncul, Alia Mo’alim. Ini yang membuat Steve membatalkan aksi dan
bertanya kemablai ke Powel, dan Powel betanya kepada Frank Benson pun sama
Benson melanjutkan ke atasnya lagi. Sementara waktu terus berjalan.
Drone Serangga yang
diletakkan di rumah teroris sudah
kehabisan baterai. Yang artinya waktu semakin sempit. Jika tidak diambil
tindakan, teroris akan melakukan aksinya.
Perdebatan berlanjut,
apakah tetap meluncurkan bom dari drone dengan mengorbankan Alia gadis kecil
yang berjualan roti. Atau membiarkan aksi teroris berlanjut.
Pilot Steve |
Pilot Steve meminta
informasi ulang rencana pengeboman dengan estimasi jumlah korban, sementara
yang lain Benson dan rekan berdebat apakah membatalkan aksi atau terus dengan
rencana semula.
Demi menyelamatkan
Alia, anak buah Powel lainnya memberanikan diri untuk membeli semua rotinya
yang menyebabkan hampir sebagian aksi mereka ketahuan.
Anggota lainnya tidak setuju menyelamatkan Alia berarti membiarkan kemungkinan korban aksi teroris sekitar 80 orang. Sementara dengan melakukan pegeboman sudah pasti akan menewaskan Alia.
Powel mengambil
keputusan lain, tetap melakukan pengeboman tapi dari sisi yang berbeda sehingga
ada harapan Alia terkena dampak kecil tetapi tidak mematikan. Dan distujui
Letnan Frank dkk.
Steve dengan berat
hati menarik pelatuk mengarahkan ke sisi yang diperintahkan Powel. Benar saja,
Alia ikutan terhempas akibat tumbukan bom tersebut.
Sementara Powel
mengamati akibat bom yang pertama tidak
membunuh Susan Helen Danford, Wats diperintahkan untuk menembak ulang demi
memastikan para teroris meninggal.
Setelah semua teroris
dipastikan tidak ada yang selamat, baru misi dikatakan berhasil.
Bom yang sudah ditembakkan |
Kesimpulannya.
Film ini sepertinya sengaja
dibuat untuk propaganda pihak asing bahwa untuk melakukan aksi penumpasan
teroris bukan hal yang mudah. Tetap saja mengedepankan bahwa yang salah adalah
teroris dan harus dimusnahkan tanpa ada cerita “sebab-akibat“ aksi teror
muncul.
Sebaiknya film Eye in the sky tidak ditonton bersama anak kecil. Banyak
aksi kekerasan yang ditampilkan diakhir cerita.
Selama menyaksikan isi film
memaksa saya untuk berfikir mau kemana
arahnya, keputusan politik yang dibuat, anak buah yang melakukan eksekusi dan data-data pendukung yang harus ada.
Untuk menghabiskan akhir pekan bersama pasangan masih ok, tapi untuk
bersama keluarga, sepertinya jangan
dech.
Film lucu yang cocok untuk berakhir pekan Get Up Stand UP