Sabtu Bersama Bapak |
Ok, selesai membaca buku Sabtu Bersama Bapak kebetulan selesai ber-hari raya ke rumah kerabat, akhirnya saya
dan pasangan memiliki “me time” juga. Dan kami putuskan untuk melipir ke studio
terdekat. Plasa Cibubur, selain lokasi
yang tidak jauh dari rumah, harga tiketnya juga masih lumayan murah di
bandingkan studio yang lain, di plasa Cibubur tiket XXI Jumat-Minggu Rp.
35.000,-
Niat dari awal memang sudah mantap
untuk menyaksikan Sabtu Bersama Bapak dengan harapan studio masih kosong.
Rupanya itu hanya angan-angan belaka, jalanan juga masih lumayan antri plus
pengunjung Plasa Cibubur lumayan banyak. Sepertinya selain tempat wisata, tempat
makan, Mal/ Plasa juga ramai dikunjungi ketika liburan tiba.
Libur tapi tetap ramai |
Masuk ke Studio juga tidak jauh berbeda,
kerumunan massa (baca : orang) sudah menumpuk. Plasa Cibubur itu hanya memiliki 6 studio.
Alhasil film Sabtu Bersama Bapak hanya di putar 1 studio saja bersaing
dengan film Rudi Habibie, Koala Kumal dan Film Asing Legend Tarzan.
Ckckckck... antrian sudah lumayan
panjang. Ini kalau ngga dapat tiket nonton Sabtu bersama bapak, ya sudah “balik
kanan” saja.
Untunglah nasib
baik masih berpihak kepada kami. Pemutaran Sabtu Bersama Bapak yang tayang pukul
19.00 WIB masih tersisa beberapa seat, memang sich harus menunggu 1 jam, tapi
tak apalah,
Toch masih mendapatkan tempat duduk yang diinginkan. Ya sudah demi
menghabiskan waktu 1 jam, keliling – keliling sebentar, sekalian cuci mata.
Sebagian toko masih tutup, tapi sebagian lagi sudah beroperasi seperti hari
biasa.
Sepatu Bata Bukan Sepatu Bapak ya :) |
Toko Sepatu Bata bahkan sudah beroperasi normal sejak hari ke dua lebaran.
Sempat juga bertanya ke petugasnya, “kok ngga tutup mbak?” lumayan ramai pengunjungnya
mas dan juga Plasa Cibubur sudah beroperasi normal kok.
Sabtu
Bersama Bapak
Satu jam selesai
keliling-keliling dan “chit-chat” sama petugas Toko Sepatu Bata (meskipun ngga beli), kami (saya
dan Istri) memutuskan kembali ke Studio.
Dan benar saja,
antrian mau masuk studio 5, Studio Sabtu Bersama Bapak sudah ramai, meskipun pintu belum dibuka.
Penonton yang berbaris rapi mencari tempat duduknya masing2 |
Ketika pintu
dibuka, penonton berbaris rapi dan masuk satu persatu dan duduk sesuai dengan
nomor bangku. LUAR BIASA, seluruh studio penuh terisi. Tidak ada satupun bangku
yang kosong. Ckckckckck.. GIILLLLAAAAKKKK pecinta film Indonesia. Antusiasnya
sangat tinggi.
Kalau saya
sendiri yang dapat barisan depan mungkin akan enggan atau setidaknya memilih
menunggu di waktu lain atau hari lain.
Tapi entah kenapa hari itu bahkan hingga bangku depan semuanya terisi ya. SALLLLUTT
Istri saya
belum sempat baca bukunya, tapi penasaran dengan filmnya. Saya sudah
selesai membaca bukunya memang tidak menceritakan detil isinya, takut
kehilangan gereget.
Para pemain di
Film Sabtu Bersama Bapak ada Acha Septriasa sebagai Rissa, Satya diperankan
Arifin Putra, Deva mahendra sebagai sosok Cakra, Ibu diperankan Ira Wibowo.
Secara keseluruhan Film ini mengaduk perasaan istri dan penonton lain. Saya sempat mendengar beberapa penonton tersedu (entah karena filmnya atau karena Pilek ya.. ). Terlebih ketika adegan sang Ibu yang hendak di operasi. Atau kembali terhibur ketika Wati stafnya Saka yang kelakuannya Lucu, ngga jelas tapi menghibur.
Ditingkahi
kelakuan Saka sendiri yang aneh, ada di salah satu scene, ketika ia mencoba merayu
Ayu (karena pemeran Saka identik dengan “tetangga kok itu sich” jadi terbawa ke
situ lucunya) “iya kita kan berteman, teman hidup, kamu teman dan kamu hidup
(bernapas).” Gimana si Ayu ngga Tambah
IllPell (Ilang Feeling).
Atau ketika
Cakra mengatakan bahwa “ia sering ditolak cewek karena beda prinsip, Saka
Prinsipnya suka sama tuch cewek sementara tuch cewek prinsipnya ngga suka sama
dia.”
Itu bagian yang
penonton riuh ramai mengomentari, dan akan berubah hening ketika sang Bapak
mengingatkan kembali pesan-pesan yang pernah di ucapkan. “benar bapak selalu
mengajarkan pentingnya perencanaan untuk keluarga, tapi jangan juga lupakan keberadaan
sekarang, jangan lupakan ada anak-anakmu dan istrimu, maafkan bapak yang tidak
berada disisimu.”
Lalu bagaimana
perjuangan Cakra/Saka mendapatkan Ayu? Atau ia setuju dengan perjodohan yang
ajukan ibunya?
Atau bagaimana
dengan Ayu yang diperingati Wati agar jangan kebanyakan senyum terlalu manis, hati-hati diabetes.
Atau hilangnya anak Satya di Paris yang menyebabkan Satya dan Rissa sempat bertengkar hebat?
oo00oo
Secara keseluruhan saya merasa terhibur sich dengan
film yang diangkat dari judul yang sama Sabtu Bersama Bapak. Monty Tiwa selaku
sutradara mampu mengemas dengan baik tulisan dari Adhitya Mulya.
Sabtu Bersama Bapak |
Tapi memang
jika dibandingkan dengan buku akan ada perbedaan. Dan hal ini diakui pasangan
saya ketika selesai menyaksikan film penasaran dengan bukunya (selesai juga baca bukunya)
Ada beberapa
bagian yang tidak ada atau ada penambahan di bagian lainnya. Nah di bagian itu
selaku penikmat film dan pembaca buku kami sudah menjadi kritikus. Mencoba
mencari kekurangan dan kelebihan (jika ada). Atau memberikan pujian atau “keripik
pedas”. STOOOOPPPPP
Akhirnya kami
berdua sepakat, kami puas dan terhibur. Pesan Moralnya sampai, dan terhibur
juga oleh aksi kocak Firman (Ernest Prakasa) dan Wati. Sama Saka juga sich.
Terlebih ini
film karya anak bangsa, kalau bukan kita yang menyaksikannya lalu siapa lagi,
berharap bangsa lain yang akan tergila-gila (amin dan semoga saja).
Kalau kalian
menyaksikan film Sabtu Bersama Bapak jangan lupa ajak anak-anak, pasangan kalau
bisa orang tua sekalian ya.. cocok kok untuk disaksikan bersama keluarga besar.
Selamat
Menyaksikan J
Plasa Cibubur XXI masih Murah Meriah |
Yay, udah nonton ya, keren banget kann. Saya baru ntar sore nih jadwal nobarnya di Depok :)
BalasHapusselamat menyaksikan mba Zata :)
HapusJadi makin penasaran, kyknya seru bgt ini, , , besok cuuzz aahhh ke XX1,
BalasHapusharus nonton mba Eka ::)
Hapuskeren2, saya juga kemarin abis nonton. sedih2 ngakak gitu sih, apalagi bagian si cakra di ledekin terus hahaha
BalasHapusmemang keren kan mas Aliando :)
Hapuspenasaran
BalasHapusnonton mas
HapusUdah nonton dan aku nangis hahahahah soalnya udah pernah baca bukunya jadi lebih tau silsilahnya. Untuk yg belum baca mungkin agak kesulitan memahami alur yg lompat - lompat
BalasHapusmemang ada sedikit perbedaan dengan versi cetaknya mba KPM .. tapi benanng merahnya serupa ya,. menghibur dan dapat pesan moralnya :)
HapusSaya juga nangis tersedu-sedu dan memang juga lagi pilek, Mas :')
BalasHapusNangisnya karena pilek itu mba.. Bukan karena pilemnya.. Jangan lupa minum obat ya
HapusPengen nonton, bagi anak perempuan bapak biasamya istimewa :)
BalasHapusHarus nonton mba.. Dan memang biasanya anak perempuan bpak istimewa :)
Hapuswaini, keren fil-film Indonesia suuudah banyak banget ya yang menikamtinya. Apresiasi yang bagus banget Mas
BalasHapusTahun ini ada beberapa film karya anak bangsa yang lumayan untuk dapat di nikmati bersama kekuarga mas..
Hapus