Untuk yang akrab dengan jalanan pastinya sudah mafhum dengan
idiom “Namanya juga jalanan, kalau ngga di tabrak ya nabrak.” Memang benar. Itu
tidak dapat di pungkiri kebenaranya.
Tetapi sekali lagi hati-hati memang tidak dapat menghindari
dari sebuah kecelakaan tapi setidaknya mengurangi atau mengubah dari yang
seharusnya fatal menjadi tidak fatal.
Pengalaman saya pribadi. (kelakuan ABG
sekarang)
Bayangkan rumah saya yang terletak bukan di “tusuk sate”
masih dapat di “sruduk”. Awalnya hanya
terdengar tawa “cekikikan” khas anak baru beranjak dewasa, ditingkahi suara
mesin motor yang tidak terlalu keras, tapi tetap meluncur deras turun (karena
daerah kami tinggal sedikit turunan). Tiba-tiba saja suara “BRAAAKKK” keras
terdengar.
Sontak saya dan istri keluar mencari sumber suara tersebut.
Pun hal yang sama dengan tetangga sebelah yang kebetulan libur keluar rumah
demi mendengar suara tumbukan tersebut.
Dan yang terjadi, 2 anak perempuan usia belasan masih
sedikit tertawa cekikikan hampir terperosok masuk selokan (untungnya tidak)
menabrak rubuh pagar rumah. Hal yang
saya lakukan adalah melihat apakah keadaan ke 2 anak itu tidak apa-apa.
Syukurnya tidak apa-apa.
Lalu saya tanya kenapa menabrak pagar rumah saya? Boro-boro
minta maaf yang ada itu 2 bocah ABG malah bilang bukan warga sini. Dia tamu ke
rumah saudaranya, dia tinggal di Jakarta (dasar anak Jakarta). Lah saya juga
mantan anak Jakarta yang sekarang tinggal di Bekasi ngga itu-gitu amat kok.
Melihat keadaan mereka tidak terluka, hati saya sedikit tenang.
Tapi ketenangan saya sedikit di manfaatkan itu ABG. Sambil berusaha menghidupkan mesin motornya kembali dan berkata bahwa temannya yang mengendarai baru belajar. Seolah-olah selepas berkata demikian mereka berdua mau pergi begitu saja. Istri sudah mulai emosi (sebagai tenaga pendidik nalurinya muncul tapi saya tahan). Yang ada tetangga sebelah yang kebetulan ikut melihat sedari awal, terlihat emosi.
Tapi ketenangan saya sedikit di manfaatkan itu ABG. Sambil berusaha menghidupkan mesin motornya kembali dan berkata bahwa temannya yang mengendarai baru belajar. Seolah-olah selepas berkata demikian mereka berdua mau pergi begitu saja. Istri sudah mulai emosi (sebagai tenaga pendidik nalurinya muncul tapi saya tahan). Yang ada tetangga sebelah yang kebetulan ikut melihat sedari awal, terlihat emosi.
Hei, dik, "kamu kalau ditanya sama yang punya rumah di jawab.
Sudah merusak pagar orang, malah sok cuek, hidupin mesin. Mau pergi aja".
Kaget juga melihat tetangga yang nada bicaranya sedikit
tinggi. Mungkin ia juga kesal dengan tingkah ABG ini dan sikap saya yang masih
“lembek”.
Malah tetangga yang memberi tahu agar 1 orang tinggal di
sini (TKP) sementara temannya memanggil saudaranya yang juga merupakan tetangga
satu kompleks.
Alhasil tidak lebih dari 2 menit orang tua dari bocah ini
datang. Dan karena masih tetangga kompleks memang diselesaikan secara
kekeluargaan.
Istri saya dan tetangga juga memberi nasehat kepada bocah-bocah
itu agar lebih hati-hati. Ini baru pagar yang rubuh dan rusak yang masih dapat
diperbaiki bahkan dapat di ganti baru. Coba bayangkan kalau yang kalian tabrak
anak kecil yang sedang jalan di pinggiran. Terluka dan mungkin akan bisa fatal
akibatnya.
Dan tetap saja itu bocah sepertinya belum mengerti.
Sementara orang tuanya yang minta maaf dan akan melakukan penggantian (itu sich
sudah keharusan kan ya).
Dan sampai akhir pembicaraan baru orang tuanya saja yang
minta maaf sementara si anak, ya itu dech. Khas ABG ngedumel ngga jelas.
Bukti bahwa keHATI_HATIan sangat diperlukan dalam
berkendaraan. Semoga karena kehati-hatiannya itu anak menabrak pagar rumah saya
dan itu pelajaran yang berharga dan akan diingat sepanjang hidupnya (semoga).
Lain Lagi di jalan (dialami Istri)
Padahal jalan masih terbilang lengang di lampu merah Radin
Inten arah Pondok Bambu. Dan posisi kendaraan berhenti di lampu merah. Nah
entah kenapa motor menabrak kencang kendaraan istri. Sanking paniknya istri
sampai bingung mau keluar mobil (antara gagang pintu dan tombol kecoa saling
tertukar).
Setelah berhasil keluar mobil dan sempat menguncinya. Ia
melihat pengendara motor sudah tergeletak. Ya sudah motor lainnnya mengerubuti
istri saya. Untungnya pengendara roda 2 yang marak mengakui kesalahannya.
Ia mengaku “kurang tidur” sehingga nabrak mobil istri. Lalu
di ganti ngga? (coba tebak) hanya minta maaf, tidak ada uang, baru keluar untuk
“narik” (Ngojek).
Setelah diskusi dengan saya via telp dan memastikan itu si
bapak ojek tidak apa-apa, ya sudahlah biarkan. Pesankan saja agar lebih
hati-hati.
Lihatkan, bagaimana di jalan dengan segala resikonya. Yang
hati-hati saja masih terkena dampaknya bagaimana kalau asal-asalan bawa
kendaraan.
Iya pagar dan bumper yang rusak tetap dapat ganti atau
diperbaiki. Bayangkan kalau itu nyawa orang.
HATI_HATI dalam berkendaraan. SAFETY FIRST