Tiket Pertunjukan Drama Musikal BUN |
Di beberapa segmen saya seperti
sedang menyaksikan drama dengan latar musik ala Yovie and the Nuno. Atau di
Segmen lainnya terhibur dengan latar musik ala K.Pop dan Jakarta 48.
Lokasi yang diadakan di Kota
Kasablanka membuat saya harus bergegas dan bersiap 3 jam sebelum pertunjukkan
berlangsung. Bayangin acara jam 18.00 WIB, sudah harus berangkat dari Jati Asih
jam 15.00 WIB. Dan benar saja, kemacetan mengular dimana-mana. Terlebih lepas hujan sekitaran Cibubur dan
wilayah Bogor.
Pemilihan jalan menjadi hal yang
sangat crucials, mendengar informasi
radio sepanjang perjalanan dan memperhatikannya dengan seksama akan menentukan
seberapa cepat sampai tempat tujuan.
Tepat depan SMP 115 hingga
putaran Kota Kasablanka butuh waktu 40 menit dan persis masuk Mall Kota Kasablanka tepat 1 jam.
Kalau akhir pekan Jakarta Macetnya Luar Biasa |
Drama Musikal BUN
Tepat pukul 18.00 WIB putaran drama musikal ini di mainkan. Tepat waktu meskipun sebagian besar penonton
belum banyak yang hadir (dugaan saya pastinya karena macet). Lantai 3 Kota Kasablanka yang biasanya untuk kebaktian minggu disulap menjadi sebuah ruang pertunjukkan
drama musikal.
Suasana ruangan lantai 3 kota kasablanka |
Dari judulnya sendiri BUN sempat
bertanya apakah ada hubungannya dengan Roti BUN? Dan benar saja ceritanya
sendiri seputaran toko Roti dan persaingannya.
Jadi terlintas Novel Madre karya
Dee Lestari, ceritanya tentang bibit roti dan pernak-perniknya.
Hmm, jadi berasa menyaksikan
Madre dalam bentuk Visualisasi Drama Musikal (yah, meskipun alur cerita
berbeda, tapi masih seputaran roti.)
Sebelum menyaksikan drama jangan lupa persiapan Roti sebagai bekal didalam |
Cerita di awali kisah Ailin dan
Tjwan yang tinggal bersama nenek. Mereka hidup dari menjual roti, BUN nama toko
rotinya. Tapi sang cucu mempertanyakan kebaikan yang selalu diberikan sang
nenek kepada siapa saja yang tidak mampu membayar roti mereka.
Tjwan memutuskan pergi
meninggalkan nenek bersama Ailin dan
berusaha sendiri membangun kerajaan rotinya.
Tepat kepergian Tjwan, sang nenek meninggal. Sempat ia berpesan kepada Ailin, “bukan apa
yang dituliskan di resep yang penting, tetapi untuk apa sebuah roti dibuat, itu
yang lebih penting.”
Waktu berjalan, toko roti BUN
tetap buka seperti biasa, dengan toko roti Tjwan yang terletak di seberangnya
lebih laris jauh berada diatas toko roti BUN.
Latar belakang sebuah stasiun
yang menamakan kota tempat tinggal mereka “Shangkarta”`Toko Roti Tjwan menang
persaingan dari toko BUN. Ditingkahi pemilik toko mainan Wijaya Ko Budhi yang
kebetulan sangat gemar bermain media sosial dan berniat menjadi artis ibukota.
Bayangin followernya aja udah sejuta orang. Sedikit-sedikit selfie dan upload
ke medsos.
Aryo Muncul memberi warna sendiri |
Hingga munculah sosok Aryo,
pengemis yang datang dari desa dan membuat kegundahan di kota Shangkarta. Ia
tidak memiliki uang hanya mampu bekerja. Datang ke toko roti Tjwan, jelas
–jelas ditolak. Kalau mau roti harus bayar, kalau mau kerja, tidak ada
lowongan.
Beruntungngnya Ailin yang
bersedia menolonng dan menampung Aryo. Roti Bun bagi Aryo sangat enak, padahal
menurut Ailin biasa saja. Terlebih tidak adanya pembeli semakin meyakinkan
Ailin bahwa kejayaan roti BUN sudah tamat.
Hingga tiba kesempatan Aryo masuk
ke toko Tjwan dan memakan roti buatan Tjwan serta menemukan resep buatannya.
Resep yang ia curi dari toko
Tjwan di serahkan ke Ailin, syukur-syukur dapat membantu Ailin untuk mengubah
resepnya dan membuat kejayaan rootinya kembali seperti sedia kala.
Bukannya pujian yang didapat Aryo
tapi kecaman dan amarah dari Ailin. Ia sangat tidak setuju dengan apa yang
dilakukan Aryo, memang kejayaan roti BUN duah berakhirr tetapi tidak boleh juga
Aryo mencuri kejayaan dari toko Tjwan untuk toko rotinya.
Ailin mengembalikan resep yang
dicuri Aryo kepada Tjwan, Tjwan murka dan sedikit lega ketika Ailin menawarkan
perdamaian dengan memberikan seluruh tabungannya demi menebus kesalahan Aryo.
Polis Shangkarta sempat
memberikan wejangan kepada Aryo, Ingat. “Cara yang salah dapat merubah niat
yang baik.” Jangan buat keributan lagi di Shangkarta atau akan berhadan dengan
beliau.
Cerita beralih kepada koko Budi
pemilik toko mainan Wijaya, ia sedih dan kecewa. Muasalnya gagal casting yang
membuat ia tidak menjadi artis terkenal. Ia merasa sendiri. Ailin datang dan
menghiburnya.
Saya merasa hidup saya sepi,
Ailin, ko Budi berucap.
Sepi sudah menjadi teman akrab dari Ailin kecil,
ujarnya
Ailin pun
berujar “Lebih baik punya sedikit teman yang tau siapa kita ketimbang banyak
tapi tidak kenal siapa kita.”
Ya sudah demi menghibur Ko Budi, ia meminta Ko Budi
merasakan roti buatan BUN yang sudah di modifikasi.
Awalnya Ko Budi sempat ragu untuk dijadikan kelinci
percobaan menikmati roti BUN yang sudah habis masa jayanya. Tapi siapa sangka Roti
BUN sudah berubah menjadi roti yang didalamnya terdapat magic. Iya magic. Siapa
saja yang makan roti buatan BUN tidak hanya enak tapi dapat membuat hati
senang.
Ko Budi mengunggah keistimewaan roti BUN ke sejuta
follower instgramnya. Alhasil kejayaan roti BUN mulai pulih kembali, toko Tjwan
sendiri meradang dan mengklaim bahwa BUN berhasil akibat resep curian
sebelumnya.
Demi melihat roti BUN kembali bangkit, Ailin tetap Humble dan masih memberikan roti gratis
kepada yang tidak mampu. Hingga ia jatuh
sakit.
Tjwan menyalahkan sakitnya Ailin kepada Aryo.
Semenjak kedatangan Aryo, Shangkarta menjadi ricuh.
Padahal sedari kedatangan Aryo ke toko BUN ia
mengajak Ailin agar “tidak berada di titik yang sama terlalu lama.” Harus
dilakukan sesuatu, perubahan kearah yang lebih baik.
Diakhir cerita, sakitnya Ailin
sudah berangsur membaik, kesuksesan toko BUN kembali seperti sedia kala. Tjwan
semakin gemas dengan keberhasilan BUN.
Standing Applause untuk Drma Musikal BUN |
Sementara Aryo dan Ailin tetap humble dan bahkan mengajarkan cara membuat roti
kepada siapa saja yang mau menjadi pengusaharoti seperti mereka.
Drama yang sarat dengan pesan
Moral.
Total waktu pertunjukkannya
sekitar 90 menit. Sempat bosan juga di tengah ketika terlalu banyak adegan
bicaranya. Tapi berubah segar ketika diselingi musik dan tari-tarian.
Sepengamatan saya genre musik
yang ditampilkan lumayan kaya, ada lagu
lawas yang diaransemen ulang. Banyakan sich lagu yang mereka buat sendiri.
Di beberapa segmen saya seperti
sedang menyaksikan drama dengan latar musik ala Yovie and the Nuno. Atau di
Segmen lainnya terhibur dengan latar musik ala K.Pop dan Jakarta 48.
Sementara pasangan saya (baca : istri) memuji
kreativitas total para pemainnya.
Terakhir selesai Drama, ditutup
dengan standing applause dari penonton yang hadir.
Terakhir Ailin sempat menitipkan pesannya.
Hanya segaris senyum tapi sanggup mengubah dunia.
Kita harus menjadi inspirasi bagi orang lain dan
menerima diri kita apa adanya.
Indahnya berbagi, indahnya menemani. Ailin
dari roti disulap jadi drama musikal, keren (dan ndadak bikin paper)
BalasHapusHahahaha. Kalau laper ya makan mba maria :)
HapusSaya membaca lewat post ini serasa menikmati drama pertunjukan dan sarat makna ya
BalasHapusDan memang benar mba, drama ini sarat banget dengan makna
HapusWowww...ide ceritanya inspiratif sekali. Dari roti di angkat jadi drama musikal. Keren idenya.
BalasHapusIde dan pentas drama musikalnya memang kreatif lae horas.
HapusCukup puas dapat menyaksikan langsung acara ini kemarin sore