Ayahku (bukan) Pembohong |
Dilain waktu sang ayah juga menceritakan pesan
dari suku angin, bahwa untuk memenangkan sebuah peperangan yang dibutuhkan hanya
kesabaran hati dan keteguhan yang
panjang.
Satu lagi novel Tere Liye yang
selesai saya baca. Untuk ukuran 300 Halaman,seminggu baru dapat
menyelesaikannya, rekor terlama karena selain hanyut dalam jalan cerita yang
sederhana, diselingi kesibukan lainnya selama membaca Novel Ayahku (bukan) Pembohong.
Rupanya setelah selesai membaca
hingga akhir dijelaskan sendiri oleh
Tere liye, bahwa beberapa pembaca yang sudah membaca Novel “Big Fish”
akan merasa bahwa Ayahku (bukan) pembohong terinspirasi dari sana. Sepertinya
tere liye sendiri mencoba memberikan disclaimer kesamaan tokoh dan jalan
cerita yang terjadi adalah hanya kebetulan belaka tanpa adanya unsur kesengajaan.
Ok, lepas dari itu seperti biasa
sebagia cirikhasnya tere liye dalam setiap novelnya akan selalu ada pesan yang coba disampaikan entah itu secara nyata ataupun kasat mata (hallah). Kalau kalian baca novel ini hingga selesai.
Diujung halaman terakhir, pesannya adalah bahwa ide awal Ayahku (bukan)
pembohong adalah tentang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng, tentang
definisi kebahagiaan, tentang membesarkan anak-anak dengan sederhana.
Sementara
konsep kesederhanaan itu setelah membaca seluruh novel Ayahku (bukan) pembohong,
Hidup sederhana, apa adanya adalah jalan tercepat untuk melatih hati di tengah
riuh rendah kehidupan hari ini. Memiliki hati yang lapang dan dalam adalah
konkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri dengan seluruh kebahagiaan
hidup, menatap kesibukan di sekitar dan melewati hari-hari berjalan.
Illustrasi |
Overall Ayahku (Bukan) Pembohong.
Cerita sederhana dari keluarga
sederhana, Dam, Ayah dan Ibunya. Dam sendiri dibesarkan dengan dongeng-dongeng
sang ayah, entah kebenarannya. Tapi setidaknya dari dongeng yang diceritakan
ayah, memacu motivasi Dam untuk menjadi sosok yang lebih baik.
Ditingkahi kisah kecil Dam yang
kebetulan memiliki rambut keriting ikal (bayangin rambutnya (Giring Nidji) dan
suka membuat keributan-keributan kecil dengan sahabatnya kelak Jarjit (ini
kenapa namanya sama kayak yang di upin ipin ya).
Ayah Dam sendiri mmang dikenal
sebagai sosok pegawai pemerintahan yang bersahaja dengan kehidupan sederhana
(ini yang harus di contoh sama PNS-PNS sekarang). Sebagai sosok yang
mendapatkan master dari negara Eropa, ayah Dam tidak mau terlalu lama dekat
dengan kekuasaan.
“Kekuasaan itu cenderung jahat
dan kekuasaan yang terlalu lama cenderung lebih jahat lagi. Semua orang
cenderung pembantah, bahkan untuk sebuah
kritikan yang positif, apalagi sebuah tuduhan serius berimplikasi hukum, lebih
keras lagi bantahannya.” Hal 185.
“Orang dewasa yang jahat sulit
diperbaiki meski dihukum seratus tahun,
jadi berharaplah dari generasi berikutnya.” Halaman yang sama.
Kebijaksanaan itu didapat Ayah
Dam ketika bertukar pikiran dengan “si raja tidur” salah satu tokoh dongeng
yang sering dicerikan kepada Dam. Raja tidur memiliki 8 gelar dari delapan
ilmu yang berbeda (jadi termotivasi untuk kuliah lagi, amin).
Sosok ayah yang bijak dengan
cerita yang luar biasa memicu semangat Dam untuk menjadi lebih baik. Ketika Dam
berkelahi dengan Jarjit,sang ayah menasehatkan “kadang cara membalas yang
terbaik justru dengan tidak membalas.” Tau ngga kalimat ini juga di dapat
ketika sang ayah berkunjung ke salah satu Suku Angin.
Dilain waktu sang ayah juga menceritakan pesan
dari suku angin, bahwa untuk memenangkan sebuah peperangan yang dibutuhkan hanya
kesabaran hati dan keteguhan yang
panjang (seperti lagi membaca kisah revolusioner pada masa merebut kemerdekaan
melawan penjajahan Belanda).
Tapi siapa sangka ditengah cerita Dam yang sedikit banyak termotivasi dari cerita sang ayah meragukan kebenaran ceritanya. Hingga Dam menemukan sebuah buku dongeng yang ceritanya sama persis dengan pengalaman yang diceritakan sang ayah.
Cerita berlanjut dengan keluarga Dam semasa
dewasa, pun berlaku hal yang sama. Sang ayah menceritakan dongeng yang sama
kepada anak Dam. Disini cerita bergerak “naik”. Konflik Ayah, kakek anak dan
pasangan hindup dimulai.
Ego Dam keluar, sebagai kepala
keluarga, ia sangat tidak suka dengan segala cerita yang pernah ia dengar diceritakan
kembali kepada anaknya. Terlebih ia yakin ada kebohongan didalamnya. Kekecewaan
hatinya membuncah kala ia kehilangan ibu, sementara sang ayah masih percaya
dengan dongeng tolol itu.
Menyimak sendiri cerita lanjutan
dari Ayahku (bukan) pembohong akan menarik. Alurnya sederhana dan sebagai buku
yang tahun 2016 April lalu sudah masuk cetakan ke 15 cocok sebagai teman
menghabiskan berakhir pekan, santai sejenak di sudut pinggiran warung kopi.
***
Dibandingkan beberapa bukunya
tere yang sudah saya baca, Ayahku (bukan) Pembohong memang terkesan lebih
ringan dan lebih santai, sehingga kesan untuk melahapnya habis dalam semalam
tidak terlintas.
Pesan kesederhanaan, dongeng
ringan dan konflik nyata hubungan ayah dan anak serta lingkungan masih relevan
dengan keadaan sekarang.
Berbeda dengan Novel sebelumnya Hujan dengan nuansa modern romantis ala masa depan. Atau Negeri di ujung Tanduk
yang kental dengan muatan politis dan ala-ala mafia yang menegangkan. Ayahku (bukan) pembohong sekali lagi
terkesan santai tapi tetap berisi.
Terakhir di halaman 293, Dam
masih beruntung mendengar cerita ketika sang ayah bertemu para Sufi
(orang-orang yang tidak mencintai dunia dan seisinya, orang yang sibuk dengan
fillsafat hidup, makna hidup dan prinsip-prinsip hidup yang agung)
"Kebahagiaan itu datang dari hati sendiri, bukan dari hati orang lain, harta benda, ketenaran apalagi kekuasaan. Tidak perduli seberapa jahat dan merusak sekitar, tidak perduli seberapa banyak parit-parit itu menggelontorkan air keruh, ketika kau memiliki mata air sendiri dalam hati, maka dengan cepat danau (baca : hati) itu akan bening sendiri."
Masih bingung ceritanya ayah Dam
itu nyata atau dongeng sich?
Kalau nyata kenapa ceritanya
kayak dongeng ya?
Kalau dongeng kok bisa menjadi
sebuah kenyataan?
Detil Bukunya
Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2011
Halaman : 304 Halaman
Penulis : Tere Liye
Selamat menikmati akhir pekan Sob :)
kayaknya sich cerita nyata ni Bang ...:)
BalasHapusIya, kayanya nyata sich ....atau cuma sekedar dongeng.
HapusIya, kayanya nyata sich ....atau cuma sekedar dongeng.
HapusAwal nya tere liye ini gw pikir ce lho, karna banyak sudutpadnag cerita nya kayak ce hehehe
BalasHapusLebih parah saya dulu mas. Saya pikir tere masih ada fam dari india sana..
HapusSekilas novel Ayahku (Bukan) Pembohong kayak film Hollywood yang pernah saya tonton. Lupa judulnya kayaknya ada kata Fish gitu, deh.
BalasHapusKayanya judulnya big fish gitu mba myra :)
HapusKarangan Tere Liye bagus2.. tapi baru baca satu karangan saja nih.. belom yang lain..
BalasHapusHarus baca yang lain juga mas. Karya tere ringan untuk disimak kok. #ngepop banget
Hapus