Kami Bersama Amang Tua Taralan Tambunan |
Sejatinya Kelahiran, Hidup hingga Kematian adalah rahasia Yang Maha Kuasa. Dan merupakan sebuah Anugerah yang luar biasa orang tua kami genap berusia 75 tahun.
Diusianya yang ke 75 tahun, kesederhanaan masih tampak dengan gurat kebijaksanaan yang makin terlihat. Amang Tua tidak seperti kebanyakan orang Sumatera pada umumnya yang gemar berbicara. Ia akan berbicara seperlunya saja. Kesan pendiam akan terlihat bagi yang belum mengenalnya.
Usia 75 bagi sebagian orang sudah lanjut dan waktunya untuk beristirahat bermain dengan cucu. Berbeda sedikit dengan beliau, masih bermain dengan cucu tetapi aktivitas rutin dan utama tetap dilakukan.
Ia sudah menganggap kegiatan rutin yang dilakukannya adalah sebuah pelayanan bukan sebagai sebuah pekerjaan. Sebagai seorang dokter ahli anak, amang tua serius menekuni profesinya.
Dalam perayaan sederhana bersama keluarga besarnya, ia sempat berbagi cerita mengenai pengalaman dan perjuangannya hingga sampai ke tanah jawa. Saya beruntung sempat mendengarnya langsung dan berikut catatannya.
Amang Tua sendiri lahir di Sidikalang, tahun 1945 sempat pindah ke Bonapasogit. Sebelumnya pernah juga pindah-pindah dari sau tempat ke tempat lainnya. Ia sendiri mengalami langsung masa-masa agresi Belanda.
Tahun 1950 pindah ke Lubuk Pakam, diikuti lahirnya adik-adik dari Prof Taralan Tambunan. Barulah pada tahun 1962 ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta hingga hari sekarang.
Hari ini ia genap 75 tahun, karena latar belakang medis akan dibahas secara medis apa yang sudah dialami 75 tahun dalam hidupnya.
salah satu yang berkesan adalah Ende (lagu batak) No 204 ayat 2 yang menjadi ingatan bagi beliau. Apa benar lagu ini sudah di praktekkan dalam hidup?
Berfoto bersama keluarga besar, Anak dan Cucu Prof Taralan Tambunan |
Sudah diberi hidup. Apa artinya hidup 75 tahun sekitar 27.375 hari. Sekitaran 657.000 jam dan denyut nadi sekitaran 2 Milyar.
Darah yang dipompa jantung 142 juta liter selama seumur hidup dan tidak pernah sekalipun berhenti.
Bagaimana tentang nafas. Pun berlaku sama dengan darah. Ada nilai yang luar biasa di hirup .
Bahkan rambut pun jika dihitung berdasarkan pertumbuhan 2 cm maka perkiraan panjang kira-kira 18 meter. Bahkan ia sempat menghitung jumlah nasi yang dikonsumsi selama 75 tahun.
Ia sendiri sudah ke Mancanegara dengan 4 benua.
Dalam
hidup memang ada pasang surutnya. Ini ia akui sendiri. Bahkan tahun 1980 sempat ia rasakan
membawa nasi ke kantor dan sempat membawa rice cooker ke luar negri demi menghemat di negara orang.
Prof TaralanTambunan sendiri baru saja kembali dari Yerusalem. Dan cocoklah untuk merefleksikan diri. Mengalami langsung via Dolorosa, membayangkan penderitaan Yesus Kristus kala itu.
Oleh sebab itu dapat katakannya kasih setia Tuhan luar biasa tidak dapat diukur oleh Matematik manusia.
Semenjak kepergian pasangan, kembali ia harus belajar untuk beradaptasi sendiri.
Ia pun sempat bertanya di sela-sela refleksi dirinya, apakah saya sudah mampu menjala/melayani Tuhan dan Manusia?
Waktu lulus SMA orang tuanya mengantar ke sekolah pendeta. Dan sempat ia tolak dan memutuskan berangkat ke Jakarta menimba ilmu di Fakultas Kedokteran.
Bahkan
ia pun di beri tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa FKUI dan
membuat silabus tentang kuliah agama Kristen. Refleksi iman Kristen
Tahun 1996 sampai tahun 2008 silabus digunakan.
Hal tadi adalah jawaban dari penolakan saya dulu ketika sekolah SMA, bahwa saya dipanggil untuk tetap melayani Tuhan.
Kenapa harus saya? Dulu sempat terlintas pada saat itu. Puluhan tahun kemudian baru dibalas.
Bahkan ia mensupport pasangan untuk mengambil sekolah pendeta dan melayani Tuhan.
Kepergian
pasangan diambil sebagai hal positif untuk meninggalkan zona nyaman.
Dengan mensyukuri berkat Tuhan yang sudah pernah dialami dari pada
meratapi kesedihan dan kepergian istri.
Terimakasih ..... Prof Taralan menutup Refleksi 75 tahun hidup dan pelayanannya.
Ditutup dengan Khotbah Singkat.
Hiduplah
dalam pengharapan dan kesetiaan. Alasannya adalah kita menjalani
kehidupan baik bagi yang percaya dan juga yang aktif dalam
pelayanan. Sering dihadapkan kedalam permasalahan dan kesulitan .
Sekitar 3 Minggu lalu Opung Andrew Boru di panggil Tuhan. Malam ini kita bersyukur akan kebaikan Tuhan. Hidup sejatinya akan seperti itu.
Dalam kitab dikatakan kala kita perhatikan nasehat Tuhan maka akan mendapatkan kasih dari Allah.
Amang
Taralan Tambunan sudah menjadi berkat, panutan dan bapak bagi generasi kita.
Masih ingat kisah Ayubkan. Ketika ia letakkan pengharapan kepada
Tuhan. Ia (Ayub) hidupnya amat diberkati.
Memang harapan kita adalah kehidupan dalam kelimpahan tapi ada oknum yang tidak suka kita ada dalam kelimpahan yaitu si iblis.
Ayub sebagai bukti pribadi yang ketika dalam kelimpahan dan kemakmuran, Ayub tetap membangun persekutuan kepada Tuhan.
Ketika
Ayub dihadapkan ke dalam kesulitan, ketika semua anaknya meninggal.
Hartanya habis. Ayub berseru kepada Tuhan dengan Ucapan Syukur. Tetap
Tuhan dimuliakan. Tidak menuduh Tuhan. Iblis kecewa ketika melihat Ayub
tetap setia kepada Tuhan. Bahkan ketika Ayub diuji akan kesehatannya.
Iman pengharapan kepada Tuhan harus terus ada dan menyala dalam hidup kita.
Ayub
42:16 (TB) Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun
lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang
keempat.
Semoga dengan bertambahnya usia amang tua, semakin diberi kelimpahan kesehatan, kebijaksanaan.
Kiranya damai sejahtera Allah yang melebihi akal pikiran kita melingkupi kita sekalian. Amin.
Selamat Ulang Tahun Amang Tua GBU