LION AIR |
Baru kemarin saya merasakan kenyamanan
dengan maskapai citilink. Bahkan beberapa bulan lalu sempat juga menggunakan
Lion, Minggu sore beranjak dari Sumatera
ke Penang menggunakan Lion air.
Bandara Kualanamu ramai
dipadati pengunjung sore kemarin. Mungkin karena besok itu hari senin semua
siap-siap kembali ke kota asalnya untuk ber-aktivitas seperti sedia kala.
Berbeda sedikit dengan saya. Lepas menghadiri hajatan
kerabat di Kabanjahe kami (saya dan istri) meneruskan perjalanan ke Penang.
Yup. Pilihan jatuh kepada Lion selain karena ketersediaan
pesawat harga juga merupakan salah satu unsur yang menjadi pertimbangan.
Dari Medan ke Penang menggunakan Lion itu jatuh di
harga Rp. 665.000,- tapi kalau menurut saya sich ngga murah-murah banget kan ya.
Yang bikin sedikit kuciwa itu ketika maskapai melakukaan delay dengan alasan apapun dan tanpa kompensasi apapun.
Replika di Bandara KualaNamu Medan |
Kebayang kan kalau penumpang terlambat, ngga ada alasan
apapun pasti ditinggal. Tapi itu ngga seberapa ketimbang pilotnya ngga rapi dalam
me-lepas landas-kan pesawat.
Guncangan yang keras ketika mendarat sangat tidak
nyaman. Entah ini bergantung kepada mesin pesawat atau keahlian si pilot itu
sendiri.
Kalau dikatakan bergantung kepada mesin pesawat, beberapa
kali juga naik pesawat yang tergolong anyar dsn berguncang juga ketika
mendarat. Atau pernah juga sebaliknya ketika menggunakan pesawat lawas tapi tetap mulus dalam melakukan pendaratan.
Jadi sampai sekarang saya masih menyimpulkan keahlian pilot
masih menjadi faktor penentu dalam kenyamanan ketika lepas landas.
Yah, untungnya (saya kan orang Indonesia, selalu melihat
sesuatu dari sisi positifnya) penerbangan Sumut ke Penang hanya 30 menit.
Selain tidak perlu berlama-lama diudara.
Sedikit guncangan ketika mendarat menjadi sebuah hal “yang
tidak apa-apa” penerimaan diri semakin besar. Atau sudah menjadi kebiasaan.
Sutuasi Bandara KualaNamu |
Kok sepertinya hampir-hampir sama ya polanya. Ketika ada
masalah semua layanan berubah drastis melakukan yang terbaik. Tapi ketika
kondisi berangsur-angsur normal, maka pelayanan terbaik kembali diabaikan.
Hingga muncuk pemicunya untuk kembali meningkatkan pelayanan.
Semoga kedepannya pelayanan moda transportasi semakin lebih
baik.