Ilustrasi |
Sudah selayaknya kasus Pahinggar
Indrawan menjadi kasus yang pertama dan terakhir. Dan tidak ada pihak-pihak
yang mencari keuntungan dari viral video yang beredar. Semoga tidak menjadi
contoh bagi jiwa lainnya yang rentan ataupun di jadikan bahan candaan atau
mencari sensasi lainnya.
Beberapa hari belakangan dunia media sosial kembali diramaikan oleh berita gantung diri Pahinggar Indrawan (35 tahun) pada waktu awal munculnya video viral tersebut sempat sedikit ragu. Ini video beneran atau lucu-lucuan. Kalau bener keterlaluan atau kalau buat lucu-lucuan juga kebangetan (nyawa kok di jadikan bahan becandaan).
Beberapa hari belakangan dunia media sosial kembali diramaikan oleh berita gantung diri Pahinggar Indrawan (35 tahun) pada waktu awal munculnya video viral tersebut sempat sedikit ragu. Ini video beneran atau lucu-lucuan. Kalau bener keterlaluan atau kalau buat lucu-lucuan juga kebangetan (nyawa kok di jadikan bahan becandaan).
Saya sendiri menyaksikan
langsung meskipun tidak mengunduhnya, terpikir untuk mengunduhnya saja tidak. Yang saya khawatirkan
pada saat menyaksikan berita tersebut adalah bagaimana hal ini nantinya akan
diikuti oleh orang lain. Mulai dari yang hanya sekedar mencari sensasi atau
bahan yang memang berniat berbuat jahat. Kekhawatiran saya diamini juga oleh
salah satu psikologi UI Nathanael EJ Sumampouw dalam sedikit tulisaanya yang
dikutip Kompas hari ini.
Setidaknya ada beberapa ciri pribadi
orang yang rentan bunuh diri menurutnya :
- Orang yang memiliki ketrampilan sosial minim.
- Dukungan sosial yang dimiliki terbatas.
- Seringnya mempersepsikan dunia tidak adil.
- Terbitnya faktor pencetus berupa pengalaman tertentu seperti putus cinta.
- Sering terjadi kepada (dan lebih sering) bagi yang memiliki gangguan kejiwaan (orang dengan gangguan kejiwaan ODGJ) tipe gangguan suasana hati dan depresif.
Biasanya orang-orang ini memberikan
tanda kepada lingkungan sekitar tetapi lingkungan sekitar tidak peka akan tanda
tersebut. Merujuk ke diri saya sendiri, saya pun belum tentu peka dengan tanda
yang ada karena saya tidak paham dengan tandanya.
Psikolog menyarankan agar pemerintah
memberikan edukasi kepada masyarakat melalui puskemas.
Sudah selayaknya kasus Pahinggar
Indrawan menjadi kasus yang pertama dan terakhir. Dan tidak ada pihak-pihak
yang mencari keuntungan dari viral video yang beredar. Semoga tidak menjadi
contoh bagi jiwa lainnya yang rentan ataupun di jadikan bahan candaan atau
mencari sensasi lainnya.
Peka terhadap individu yang merasa
sendiri, merasa gagal total dan tidak ada yang bisa mengerti. Nah pertanyaan
berikutnya kalau sudah peka, langkah selanjutnya apa yang akan dilakukan?
Kemana akan melaporkan atau
setidaknya tahu harus melakukan apa sepertinya menjadi sebuah hal yang harus di
beritahukan kepada masyarakat luas.
Ilustrass |
Saya dan pengendara yang lewat hanya
sebatas menghindar dan mafum akan keadaan orang tersebut. Sementara di pojokan
lamou pengatur lalu lintas ada petugas kepolisian yang melihat dan
memantau dari kejauhan tanpa berbuat sesuatu (mungkin mereka juga bingung mau
diapakan orang seperti itu).
Terlepas dari apapun masalah yang
dihadapi Pahinggar Indrawan yang akhirnya memutuskan menyudahi hidupnya. Cukup
untuk membahasnya, baiknya cari tahu bagaimana membuat diri kita peka akan
keberadaan orang seperti itu setidaknya untuk keluarga kecil dirumah. Dan sudah
cukup Indra menjadi korban pertama dan terakhir akan ketidapekaan tersebut.
aamiin aamiin semoga tidak ada pahinggar berikutnya ya
BalasHapussemoga ini yang pertama dan terakhir ya mba dian
HapusKasus Indra itu benar-benar membuat prihatin. Meskipun saya tidak (kuat) menyaksikan detik-detik bunuh dirinya, namun saya menyaksikan video bagian lainnya. Dimana dia terlihat begitu tenang, ketika (mencoba) bunuh diri. Miris. Dan semoga kasus ini menjadi yang terakhir.
BalasHapusIya.. semoga ini yang pertama dan terakhir
Hapus