Pertemuan yang membuat jalan cerita semakin rumit
dan menarik sedikit. Borno
harus mengatur siasat agar dapat bertemu dengan Mei setiap harinya. Berawal
dari sepucuk angpao yang tertinggal.
Yess,
akhirnya baca lagi karya mas Tereliye. Yup kali ini akan saya bahas buku Aku, Kau dan sepucuk Angpao Merah. Kalau sudah terbiasa dengan
karya beliau sedikit gagap juga baca yang lain.
Tapi baca karya selain mas Tere juga sangat perlu. Selain menambah wawasan juga penyegaran pastinya.
Tapi baca karya selain mas Tere juga sangat perlu. Selain menambah wawasan juga penyegaran pastinya.
Ok..ini
dia Aku, Kau dan Sepucuk Angpao Merah.
***
Kisah sepanjang Aku, Kau dan Sepucuk Angpao Merah akan
berputar sekitar kehidupan Borno sebagai tokoh utama. Borno kecil yang berjuang
sebagai anak yang ditinggalkan bapak sedari kecil membuatnya akrab dengan
kerasnya kehidupan sungai Kapuas. Sisi positifnya, kerasnya kehidupan tidak
merubah Borno menjadi sosok yang keras seturut tempaan jamannya melainkan tetap
memiliki hati yang lurus (bahasa kerennya anti main stream).
Kisah bermula ketika sang ayah dipanggil Tuhan,
pertemuan itu tanpa sengaja terjadi seolah-olah alam semesta ikut campur
tangan. Borno kecil memulai jalan ceritanya,
Pernah
kalian diperhatikan seperti tontonan yang menarik? Aku belum, baru kali itu.
Aku ikut menatapnya, tetapi dia tetap memperhatikanku dari ujung kaki hingga
ujung rambut seperti sedang melihat mahluk dari galaksi lain. Halaman 15,
pertemuan Borno dengan gadis kecil kala sang ayah meninggalkannya.
Borno
hidup di tepian Sungai Kapuas, Pontianak. Menceritakan sedikit asal muasal nama
Pontianak yang berasal dari hantu sejenis Kuntilanak yang di beri nama Ponti.
Nah Ponti ini berhasil dilumpuhkan oleh seorang anak muda. Alhasil nama
Pontianak disematkan oleh anak muda tadi.
Halaman
awal menceritakan perjuangan Borno tanggung mencari pekerjaan. Mulai dari
bekerja di pabrik karet hingga menjadi penjaga pintu masuk pelampung (sebutan
kapal besar di Pontianak).
Bahkan
pekerjaan Borno disalah satu pelampung membuat “gerah” penduduk dan sempat
memboikot dengan tidak mengizinkan Borno menumpang kecuali ia berhenti dari pelampung.
Bahkan ketika berhenti pun beberapa masih mempertanyakan. Untunglah. Ada pak
tua yang membela Borno remaja. Dengan kalimat bijaknya ia menghalau musuh-musuh
Borno, "Dalam banyak urusan, kita terkadang sudah merasa selesai sebelum
benar-benar berhenti, bukan." Yang ada para pembenci Borno mundur teratur dan perlahan.
Persahabatan Borno dengan Andi dari kecil
kental diceritakan, tak luput peran Pak Tua tetangga sekaligus sebagai peganti
sosok ayah bagi Borno. Atau ada lagi Bang Togar pendatang sekaligus penguasa
kecil juga ketua dari perkumpulan “sepit” di mana Borno tinggal.
***
Kisah berjalan, 300 halaman pertama sangat
ringan bahkan menurut saya terkesan sedikit membosankan. Karena hanya seputar
kehidupan Borno dengan kampong kecilnya di pinggiran Sungai Kapuas, yah meskipun
sedikit senang mengetahui budaya sekitaran Pontianak, saya diajak sebentar
untuk mengenal Istana Kadariah.
Istana Kadariah Punya Ka wiki |
Wiki Pedia menjelaskan
sedikit mengenai Keraton
Kadariah adalah istana Kesultanan Pontianak yang
dibangun dari tahun 1771 sampai 1778 masehi. Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri
adalah sultan pertama yang mendiami istana tersebut. Keraton ini berada di
dekat pusat Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai cikal-bakal lahirnya Kota
Pontianak, Keraton Kadariah menjadi salah satu objek wisata sejarah. Dalam
perkembanganya, keraton ini terus mengalami proses renovasi dan rekrontruksi
hingga menjadi bentuk yang sekarang.
Atau
di lain cerita saya diajak mengenal panglima burung dari Suku Dayak pedalaman,
yang mana salah satunya adalah mertua dari bang Togar.
Ini
membawa saya kepada penelusuran dan menemukan di boombastis.com bahwa Panglima
Burung yang dianggap sebagai gambaran dari suku Dayak. Sosoknya dianggap kalem, sopan, sangat menghormati alam dan
tidak suka macam-macam. Tapi, sosok yang seperti ini dapat hilang dalam sekejap
ketika Panglima Burung dihadapkan pada situasi yang mengancam eksistensi orang
Dayak. Ia akan jadi pemarah, kejam, dan tanpa ampun.
Panglima Burung sumber boombastis.com |
Banyak
cerita beredar di masyarakat maupun internet tentang kesaktian sosok Panglima ini. Sering
dikatakan jika Panglima Burung kebal terhadap benda tajam apa pun. Sehingga
sangat sia-sia melawannya dengan memakai senjata.
Sosok
Panglima Burung juga memiliki kemampuan legendaris seperti bisa menerbangkan
Mandau yang akan mencari korbannya sendiri. Ia juga bisa mencium bau musuhnya
dengan sangat jelas hanya dari aroma dan darah. Satu hal lagi, ia juga punya
mistis yang sangat kuat. Bayangin bang Togar yang jahat terhadap istrinya, jika saja mertuanya mau membunuh dia dengan sekali lempar pasti mampu, demi melihat anaknya
sudah memaafkan, sang panglima hilang pula murkanya terhadap Togar.
***
Cerita berjalan, waktu pun berjalan, Borno tumbuh
dewasa yang memaksanya mau tidak mau harus menekuni profesi sebagi penarik
sepit. Kisah dimulai disini kala pertemuannya dengan Mei. Gadis berwajah sendu
keturunan Tionghoa Pontianak.
Pertemuan ini yang membuat jalan cerita semakin rumit
dan menarik sedikit. Borno
harus mengatur siasat agar dapat bertemu dengan Mei setiap harinya. Berawal
dari sepucuk angpao yang tertinggal. Siapa sangka kebersamaan mereka hanya
sebentar, Mei mampir ke Potinanak demi menyelesaikan tugas akhir kuliahnya.
Waktu juga yang membawa Borno menyusul Mei ke
tempatnya di Surabaya. Dalam perjalanan ceritanya Borno banyak bertukar pikiran
dengan Pak Tua. Sementara Pak tua membagi sebuah kisah romantis temannya masa lampau, Fulan dan Fulani, siapa sangka akhirnya mereka bertemu dengan kisah cinta Fulan
dan Pulani yang bukan sebatas cerita tetapi menyaksikan langsung.
Bahkan Bang Togar ikut memberikan Tips kepada Borno
agar mendapatkan hati wanita.
- Jadilah diri sendiri, banyak pecinta yang yang justru hendak tampil hebat, keren, gagah sampai-sampai dia lupa menjadi diri sendiri.
- Jadilah pendengar yang baik. Banyak sekali pecinta yang merusak acara mereka karena dia justru mendominasi pembicaraan. Ingin terlihat pintar ingin menutupi gugup sehingga banyak bicara.
- Pusatkan perhatian pada wanita. Tunjukkan betap kau tertarik kepadanya.
- Terakhir ditutup dengan kalimat bahwa kau senang menghabiskan waktu bersamanya.
Yah, entah kebenaran keberhasilannya buat Borno, tapi dengan
rumus itu bang Togar mampu menarik perhatian anak kepala suku dayak pedalaman.
Siapa sangka gayung bersambut, Mei memberikan respon
positif. Hanya saja alam semesta sepertinya masih memberikan ujian dan cobaan
kepada hubungan mereka berdua.
Ketika situasi memburuk ketika semua teras berat dan
membebani jangan pernah merusak diri sendiri. Hal 479 pesan pak tua ketia Borno
mulai rapuh.
Hingga perjuangan Borno tidak berakhir disana, alam
semesta membawanya kepada pertemuan dengan gadis Tionghoa lainnya. Sarah, seorang
dokter gigi. Dari sarah ini semuanya akan terkuak informasi sepuluh tahun lalu.
Perihal kepergian sang ayah yang meninggalkan budi
baik dan kesan positif kepada keluarga Sarah. Ini juga yang membawa Borno tahu
sosok siapa Mei sebenarnya.
Dan siapa sangka Angpao yang di letakkan Mei di sepit
Borno bukan sembarang Angpao melainkan sepucuk surat yang selama ini tidak
pernah Borno baca.
Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama
halnya dengan perasaan senang, gembira, sedih sama dengan suka makan gulai
kepala ikan, suka mesin. Kita ini terbiasa mengistemewakan gumpal perasaan yang
disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan terus
menggumpal dan membesar. Coba saja kau cueki, kau lupakan maka gumpal cinta itu
juga akan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan. Pesan pa Tua
kepada Borno Halaman 430.
Keterangan Buku :
Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2012
ISBN : 978-979-22-7913-9
Tebal : 512 hlm.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2012
ISBN : 978-979-22-7913-9
Tebal : 512 hlm.
Belum baca nih buku TL yang ini..
BalasHapusHarus baca kalau gitu mba.. :)
HapusBuku tere liye ma cuman bikin mewek mewek baca ceritanya hahahah
BalasHapushampir sebagian besar iya.. tapi di negeri para bedebah dan negara di ujung tanduk engga juga :)
HapusBener juga yaa, gumpalan perasaan yang kalau diingat terus tetep menggumpal dan apabila dicueki, gumpalannya akan berkurang, Seru bukunya
BalasHapusMemang seru kok mba bukunya..
Hapusbaru punya satu bukunya Tere Liye. hahahaha.. baca satu aja udah baper.. wkwkw
BalasHapussaya ada beberapa sich mas uwan.. tapi sejauh ini belum baper2an :)
Hapussaya udah baca 3 buku.. negeri para biadab, pulang, antara kau aku dan angpau merah... semua seruu.. apalagi "pulang" kerenn.. semua bagus kok.. enak penulisan dan critanya ga pusing.. heheheh
BalasHapuswah... tere liye lovers juga sepertinya :)
Hapus