Kisah Jim berlanjut dengan berlayar
bersama Armada Terapung menuju Tanah Harapan. Iya, dimana tanah yang belum
pernah dikunjungi manusia benua lain. Siapa sangka perjalanan Jim rupanya
bertemu dengan pembuat dongeng lainnya yang dipandu sang penandai juga.
Ada sahabat yang juga gemar
membaca buku mengutarakan bahwa hampir sebagian besar karya Tere membuat
Baper (bawa perasaan). Kalau menikmati karya Tere secara berlebihan pastinya
akan seperti itu.
Dan memang dari judulnya saja kalau
disimak sudah pasti akan bikin baper, sebut saja Aku, Kau dan Sepucuk Angpao Merah atau Tentang Kamu. Tapi coba simak juga Negeri di Ujung Tanduk atau Negeri Para Bedebah, pasti akan sedikit merubah persepsi kalian.
Seperti bukunya mas Tere yang saya
beli di Gramedia Matraman, bukan tertarik dengan judulnya (yang menurut saya
tidak eksotis) atau desain sampulnya (untuk edisi yang saya pegang masih terasa
kesan jadulnya).
Lalu pastinya kalian akan bertanya
kenapa memilih buku ini? Tau kenapa? Saya hanya melihat halaman testimoni yang
membaca, salah satunya adalah wartawan kompas Budiarto Shambazy yang menyatakan
Tere Liye berhasil membawa khayal kita ke dunia antah berantah yang penuh
kejutan. Atau seorang pengamat ekonomi Faisal Basri menuturkan, saya
seumur-umur belum pernah membaca novel sampai habis. Novel yang menakjubkan!
Sungguh novel ini sangat menyenangkan hingga ke akhir cerita, jauh dari
membosankan dan tidak cengeng.
Entah mereka diberikan buku lalu
memberikan kesan setelah membacanya atau mereka secara sukarela membeli sendiri
(seperti saya) dan memberikan kesan, hanya mereka dan mas Tere yang tahu.
Menarik bukan sekelas mereka memberikan
kesan positif dan apresiasi terhadap Kisah Sang Penandai.Entah nanti isinya
menarik atau tidak setidaknya buat saya pribadi, membaca sudah menjadi
sebuah kewajiban. Dan ada kenikmatan ketika berusaha menceritakannya kembali.
Berikut kisahnya, Kisah Sang
Penandai.
Pecinta sejati tidak akan pernah
menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya, halaman
29.
Kata-kata diatas yang menjadi
pengingat sepanjang perjalanan hidup Jim. Diceritakan diawal cerita Jim pemuda
tanggung yang kehidupannya biasa saja. Dan berubah 180 derajat ketika bertemu
Nayla. Seorang gadis yang datang dari keturunan bukan biasa-biasa saja. Cinta
mereka berpaut, sayang alam semesta dan keluarga tidak mendukung. Nayla
mengambil jalan pintas, ketimbang dijodohkan dengan pria lain selain Jim, ia
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sementara Jim yang masih kaget dengan
cepatnya kejadian itu bimbang, mengikuti jejak Nayla ia tidak punya
nyali.
Hingga datanglah Sang Penandai,
sosok misterius yang kedatangannya disertai ribuan capung. Pesan diatas jelas
diucapkannya. Jim harus pergi dan membuat cerita dongengnya sendiri. Siapa
sangka waktu berkejaran. Suku beduin yang diutus keluarga Nayla menginginkan
kematin Jim juga.
Saya jadi kenalan juga dengan suku beduin, salah satu
terkejam. Apa sih suku Beduin itu? Informasi dari Wikipedia menjelaskan bahwa Suku Badui
atau Badawi (بدوي) atau Bedouin (/ˈbɛdᵿ.ɪn/) adalah sebuah suku pengembara
yang ada di Jazirah Arab. Sebagaimana
suku-suku pengembara lainnya, suku Badui berpindah dari satu tempat ke tempat
lain sembari menggembalakan kambing.
SUmber Foto archief.wereldomroep.nl |
Suku Badui merupakan salah satu dari suku asli di
Arab. Perawakan suku Badui yang khas menyebabkan suku ini dapat langsung
dikenali. Perawakannya sebagaimana ditulis dalam buku-buku sejarah Arab: suku
ini berperawakan tinggi, dengan hidung mancung. Lain halnya dengan suku
pendatang yang ada di Arab, suku Badui tetap mempertahankan budaya dan cara
hidup mengembara. Berbeda dengan yang diceritakan di Kisah sang Penandai, suku
Beduin terkenal sadis dan garang.
Mengutip merdeka.com tahun 2012 Suku Beduin yang
mendiami daerah Semenanjung Sinai kerap merampok dan menculik para pelancong
dan membuat daerah itu tidak aman. Mereka melakukan itu sebagai tekanan kepada
pemerintah setempat lantaran wilayah itu miskin dan seakan mereka tidak
diperhatikan. Februari lalu, dua turis asal Amerika diculik di wilayah sama.
Kalau yang ini agak mirip sedikitlah sama konsep ceritanya Sang Penandai.
Tapi tenang, Sang Penandai demi
menolong Jim menorehkan dongengnya. Suku Beduin bukan tandingan sang penandai.
Tahukah kalian di kota tempat
tinggal Jim yang terkenal dengan kota seribu jam. Setiap tanggal tujuh di bulan
tujuh akan berdentang tujuh kali di pukul tujuh demi mengingat sebuah kisah
perpisahan 200 tahun sebelum sekarang.
Buku Kisah Sang Penandai sendiri sudah
masuk cetak ulang yang ke 9 tahun 2016 Nopember lalu dengan cetakan pertama di
tahun 2011 bulan Juli. Covernya bernuansa gelap dengan latar perahu besar dan
dua sosok diatasnya. Kalau istri saya melihat covernya saja tidak tertarik.
Hanya butuh waktu 2 hari
menyelesaikan buku 293 halaman yang dibanderol seharga Rp. 55.000, -.
Kisah Jim berlanjut dengan berlayar
bersama Armada Terapung menuju Tanah Harapan. Iya, dimana tanah yang belum
pernah dikunjungi manusia benua lain. Siapa sangka perjalanan Jim rupanya
bertemu dengan pembuat dongeng lainnya yang dipandu sang penandai juga.
Persahabatan Jim dengan Pate
terjalin kuat lepas setelah menjadi kelasi Armada Terapung. Dibawah komando
Laksamana Ramirez mereka berdua menjadi sosok tangguh.
Siapa sangka yang awalnya sebutan
Jim adalah kelasi yang menangis (karena awal naik kapal kerjanya hanya menangis
terus) berubah menjadi Jim yang tangguh dan pandai memainkan pedang dan
terpilih juga sebagi wakil Laksamana tapi tetap saja nama yang disematkan
adalah wakil laksamana yang menangis.
Dalam sebuah percakapan antara
laksamana dengan Jim terungkap bahwa "Tapi yang amat penting bagimu dan juga
kau adalah kita memang tidak pernah tahu kekuasaan apa saja yang ada diatas
dunia ini, apalagi kekuasaan yang ada dilangit." Halaman 117 ketika Jim mencari
tahu siapa sosok laksamana sebenarnya yang disebut Pate adalah sosok terpilih.
Lalu siapa penandai itu? Dia adalah
yang mengukir dongeng melalui orang-orang yang dipilihnya. Menggurat dongeng
yang dibutuhkan oleh dunia. Memberikan pengharapan bagi yang mendengarnya,
janji kebaikan selalu memang, kejahatan selalu kalah. Pesannya adalah jangan
pernah berhenti bermimpi, agar kehidupan berjalan jauh lebih baik.
Masalahnya yang muncul kemudian
adalah semakin lama orang-orang semakin disibukkan dengan akal sehat dan rasio.
Dikalahkan oleh rutinitas dan ketakutan akan hidup itu sendiri. Dibutakan oleh
batasan-batasan sesuatu yang masuk akal dan tidak masuk akal. Maka hilanglah
kepercayaan atas dongeng-dongeng itu. Halaman 258.
Menjelang halaman akhir ada
kebijaksanaan terungkap, kita tidak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalu
jika kita memulainya dengan memaafkan diri sendiri. Kita harus mulai memaafkan
semua kejadian yang telah terjadi. Tidak ada yang patut disalahkan.
Dalam kasus
Jim, semua hal terjadi bukan semata kesalahan orang tua Nayla, pemburu suku Beduin
atau pemilik semesta alam yang menakdirkan segalanya. Jim harus memulainya
dengan tidak menyalahkan dirinya sendiri.
Biasalah Tereliye selalu memberikan
pesan positif kepada pembacanya. Meskipun nanti diujung cerita kembali kisah
dongeng itu yang terjadi.
Jim sendiri berjuang keras
menciptakan dongengnya sendiri, bahkan ia memutuskan untuk terus lanjut
berjuang. Setidaknya dua kali ia bertemu dengan sosok yang menarik hatinya,
bahkan terakhir Jim bertemu dengan sosok yang persis serupa dengan Nayla.
Bimbang kembali menerpa, apakah terus lanjut ke Tanah Harapan atau berhenti dan
selesai?
Ada lagi cerita menarik dan tegang
ketika armada Kota Terapung harus berhadapan dengan perampok atau bertemu
dengan kura-kura raksasa yang akhirnya sepakat hingga hari ini, para pelaut
tidak boleh menangkap kura-kura di laut.
Seru dan menghibur sich secara keseluruhan juga ringan banget..
Selamat membaca :)
Agak beda ya dengan cerita roman ala Tere Liye macam Daun yang Jatuh.
BalasHapusIya mba nita yang ini beda dengan daun yang jatuh
Hapusmasih ada gak ya buku nya kak?
BalasHapusBuku ini tergolong buku baru dan laris..jadi masih tersedia banyak di gramedia terdekat mba elina :)
Hapus