Kita hidup dimasa yang dimana seharusnya rasa saling menghargai sudah semakin tinggi, baik sebagai orangtua maupun anak. Segala keputusan yang sudah sepakat diambil baiknya tetap dijaga kebaikannya. Mengenai masa depan siapa yang mengetahui, tetapi menikmati kebersamaan saat ini adalah sebuah anugerah tersendiri.
Linimasa akhir – akhir ini
ramai sekali dengan kehadiran salah satu film karya anak bangsa yang akan mucul
awal Nopember nanti. Nah bicara mengenai film karya anak bangsa, sudah
sewajarnya kalau ada waktu kita saksikan bersama teman, keluarga dan kerabat.
Hmm, pastinya ini akan menjadi perdebatan, lah ngapain juga menyaksikan film
karya anak bangsa yang kualitasnya belum jelas. Dan memang kalau kalian hendak
datang hanya untuk mencari kekurangan dari sebuah film ada aja dan siap-siap
akan kecewa.
Sementara saya sendiri
beberapa kali menyaksikan karya anak bangsa, dan betul memang ada kecewa untuk
beberapa film yang tidak sesuai ekspectasi (terutama untuk film yang bukan
genre saya, horor ngga jelas gitu) tapi tetap saja saya enggan mengomentari
terlalu jauh. Setidaknya dengan tidak banyak berkomentar saya menunjukkan
apresiasi besar saya terhadap karya anak bangsa.
Pun
sama dengan film My Generation yang akan tayang Nopember nanti, cek hastagnya
saja #MygenerationFilm
#FilmMyGeneration #NungguFilmMyGeneration banyak informasi yang bisa kalian
temukan disana. Dan sukses membuat saya penasaran untuk turut menantikan dan
menyaksikannya.
Salah satu Cupllikan Perbedaan pendapat antara anak dengan orang tua. |
Ide kreatifnya segar
dengan menampilkan konflik keluarga kekinian. Belum tayang saja beberapa teman
sudah mempertanyakan akan jalan ceritanya. Dan memang masalah kekinian yang
berhubungan dengan anak muda yang berbeda pendapat dengan generasi yang lebih
lawas selalu menarik untuk disimak, semangat perlawanan melawan bijaknya pengalaman, gemuruh pemberontakan versus kematangan yang tenang.
Dalam
salah satu postingan FB saya mengibaratkan Kalau kata Bang Rhoma nich, darah
muda, darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah ngga mau mengalah.. darah
muda. Dan memang selalu banyak yang dapat diceritakan dari masa muda yang
kita sudah lewati bukan. Nah ada baiknya tidak hanya menceritakan/mendengarkan
kisah masa muda yang sudah dilewati, tetapi menyaksikan bersama-sama keluarga
cerita masa muda dengan versi yang berbeda (baca;generasi kekinian) ada kesan
yang berbeda. Semoga film ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dan
semoga tidak menjadi kontroversi apalagi dijadikan sebagai bahan provokasi.
Salah satu scene film My Generation |
Dan
untuk menyaksikan film ini kita perlu menyiapkan hati dengan setiap
perbedaan pendapat yang akan muncul, perdebatan yang hadir sebagai bumbu
manis dalam sebuah jalan cerita yang ditampilkan di Film ini.
Film
‘My Generation’
Film
ini mencoba bercerita tentang persahabatan 4 anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan
Orly. Diawali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka
yang memprotes guru, sekolah, dan orang tua going viral di sekolah mereka.
Hingga mereka dihukum tidak boleh pergi liburan. Tapi mereka terlalu keren
untuk mengutuki keadaan dan membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka
puas.
Liburan
sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada
kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam
kehidupan mereka. Karakter mereka yang berbeda menjadi kekuatan cerita film
ini, Orly sebagai perempuan yang kritis, pintar dan berprinsip dan ia sedang
dalam masa senang-senangnya melakukan pemberontakan akan kesetaraan gender dan
hal lainnya yang melabeli kaum perempuan, salah satu iisu hangatnya adalah
keperawanan (ini isu sensitif terutama kita yang menganut prinsip ketimuran
yang kuat).
Ini dia Para Pemainnya |
Atau
lainnya Zeke, pemuda pembangkang yang easy going dan sangat loyal pada
sahabatnya ternyata memendam masalah yang sangat besar dan menyimpan luka hati.
Zeke merasa orang tuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan
keberadaannya (entah benar demikian atau hanya perasaan Zeke saja?)
Ada
lagi Suki, sosok perempuan paling cool diantara yang lainnya. Suki memiliki
krisis rasa percaya diri yang berusaha ia sembunyikan dengan keras. Sementara
krisis itu semakin besar seiring dengan sikap orang tua yang selalu berfikiran
negatif terhadapnya.
Sosok
yang terakhir adalah Konji, pemuda polos dan naif yang tengah mengalami dilema
denga masa pubertasnya. Perasaan konji mengatakan bahwa ia tertekan dengan
aturan yang dibuat oleh orang tuanya. Hingga puncaknya ada sebuah peristiwa
yang membuatnya balik mempertanyakan
moralitas orangtuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang
orangtua tuntuk kepada konji.
Film
yang merupakan besutan IFI Sinema ini dengan bangga mempersembahkan
My Generation dan dengan apik disutradarai oleh mba Upi / @Upirocks yang salah
satu filmnya itu my stupid bos, masih ada beberapa lainnya. Dan banyak pemain
baru ditampilkan dalam film My Generation ini, sebut saja Bryan Langelo, Arya
Vasco, Alexandra Kosasie dan Lutesha. Tapi masih ada juga pemain senior yang
mendampingi juniornya, ada Om Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Surya Saputra dan
beberapa lainnya.
Pesan yang coba diangkat dari film ini adalah permasalahan yang dihadapi generasi kekinian lebih kompleks. Dan sebagai orang tua juga dituntut untuk terus belajar.
Dalam salah satu postingan saya juga pernah berbagi ide "Kita hidup dimasa dimana seharusnya rasa saling menghargai sudah semakin tinggi, baik sebagai orang tua maupun anak. Segala keputusan yang sudah sepakat diambil baiknya tetap dijaga kebaikannya. Mengenai masa depan siapa yang mengetahui, tetapi menikmati kebersamaan saat ini adalah sebuah anugerah tersendiri.
Harus dipahami setiap keinginan yang diutarakan anak adalah baik, kemauan orang tua juga baik, mempertemukan dan memfasilitasi semua keinginan yang muncul bukan perkara yang mudah. Terlebih ketika ego hadir ditengah itu semua.
Jiwa jiwa kreatif yang sedang melalui masa pemberontakannya |
Orang tua dengan pengalamannya sementara anak juga datang dengan segudang mimpi dan harapannya dan memperbandingkan mana yang lebih baik sepertinya tidak bijak. Terlebih zaman orang tua tumbuh dengan zaman anak tumbuh pastinya berbeda dan diperlukan kebijaksanaan untuk melihat dari setiap sisi yang ada. Ada kekurangan dan kelebihan dari setiap zaman yang dilewati dan akan dilalui."
Ifi
Sinema sendiri bukan pemain baru dalam industri perfilman, sejak tahun 2007
sudah memproduksi film seperti Coklat dan strawbery, Radit dan Jani, 3 Doa 3
Cinta, Serigala Terakhir, Mika dan masih ada beberapa lainnya.
Terakhir
saya sudah melingkari tanggal 9 Nopember nanti untuk launching perdananya bersama dengan pasangan dan kalau
memungkinkan bersama keluarga besar juga biar seru.
@mygenerationfilm
@upirock
iya teknologi semakin berkembang zaman juga terus mengikuti perubahan. Masalah anak2 juga makin kompleks ya . Tapi kita nggak perlu parno apalagi menjauh. Dengan komunikasi yang terus berjalan semua akan berjalan baik ya. Belajar memang nggak ada habisnya.
BalasHapusBaik orang tua maupun anak2 diperlukan sikap belajar yang ngga pernah habis ya :)
HapusAnak perlu bimbingan, jangan sampai salah jalan dan jangan biarkan mereka mencari jati diri yang salah
BalasHapusSeoakat anak jangan sampai mendapatkan bimbingan yang salah.. fatal akibatnya
HapusWah, tak sabar pengin nonton filmnya :)
BalasHapussama ngga sabarnya.. jangan lupa ajak keluarga dan teman2
HapusBenar - benar harus menjalin persahabatan antara anak dan orangtua, jadi komunikasi dapat terjalin dengan baik
BalasHapusYup.. sehingga anak tidak mencari sahabat instan di luaran sana
Hapusdengan adanya teknologi sebenarnya orang tua dipaksa melek dan lebih canggih dari anak-anaknya ya, jadi bisa mengarahkan anak
BalasHapusiya.. orang tua juga setidaknya mau belajar dan mengerti teknologi meskipun hanya sebatas pengguna saja (setidaknya tahu)
Hapusiya saya sadar betul kalo ngasuh anak abg komunikasi yg paling penting
BalasHapussepakat memang kata kuncinya adalah komunikasi yang menjadi peran sangat penting dalam mengasuh anak2 (generasi masa depan bangsa ini).
HapusWah, film ini ditonton anak-anak perlu pengawasan, soalnya ada adegan yang seharusnya tidak diperlihatkan pada anak2, sebab mereka lebih rentan melakukan apa yang mereka lihat dan dengar
BalasHapusbenar mba elva.. terutama untuk anak dibawah umur (belum remaja) sebaiknya dihindari.. tapi kalau anaknya beranjak remaja, bisa dijadikan ajang nobar dan sekalian ajak diskusi setelah menyaksikannya
Hapuslebih baik orangtua tahu kelakuan anaknya sekalipun itu tidak terpuji, ketimbang orang tua cuma tahu kelakuan baik-baik anaknya aja tapi gak tahu di belakangnya. dan dari film ini orangtua bisa belajar
BalasHapussepakat.. ada yang bisa kita pelajari dari film ini
Hapus