Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak perduli seluruh isi langit bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak perduli seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.
Setiap buku apapun menceritakan
hal berbeda, meninggalkan setiap kenangan akan pengalaman setelah membacanya.
Demikian juga setelah membaca Rembulan tenggelam diwajahmu. Sekilas memang dari
judulnya agak sedikit “dangdut” gimana gitu (sambil cengir-cengir sendiri inget
lagunya Caca Handika yang judulnya Rembulan bersinar lagi.... ).
Tapi terlepas dari judulnya yang
menurut saya tidak ear cathing, tetap saja saya memutuskan untuk menjadikannya
salah satu koleksi buku perpustakaan pribadi. Dan benar saja, meskipun
judulnya sederhana buku Rembulan
Tenggelam d Wajahmu sudah masuk Cetakan ke 33 tepat bulan juni 2017 lalu.
Cetakan pertaman sendiri itu 1 Februari 2009. Memang si Tere Liye ini kalau
bikin buku kebanyakan ngehits, beberapa yang telah saya baca dan rangkumkan,
kalau menurut saya pribadi beliau (tere liye) kaya dalam meramu sebuah
rangkaian cerita namun tetap sederhana menyampaikannya kedalam
kata-kata.
Untuk buku Rembulan Tenggelam di
Wajahmu saya dapatkan ketika mengunjungi Pameran IIBF 2017 lalu, secara sering
ke Toko Buku “G” ngga pernah liat buku yang satu ini. Baru kemarin buku terbitan
Republika Publishing ini menyasar mata. Tidak penasaran awalnya dengan tampilan
warna sampul yang merah sederhana dan judul yang alakadar-nya, setelah membaca
sebagian, penasaran dan memutuskan untuk membelinya dan menuntaskannya.
Rembulan Tenggelam Diwajahmu.
Menghabiskan buku setebal 425
halaman perlu waktu seminggu bagi saya, dan ini terbilang cukup lama mengingat
kalau baca buku Tere Liye palingan hanya butuh waktu 1-2 hari untuk buku diatas
300 halaman. Tapi entah kenapa buku ini memaksa saya menikmatinya
perlahan-lahan.
Yup, daya khayal bercampur ketika
membaca Rembulan Tenggelam diwajahmu. Kalau yang lahir di generasi 80 an
pastinya kenal dengan film Quantum Leap, ituloh sosok yang dapat
berpindah-pindah ke tubuh seseorang melewati ruang dan waktu. Ini pun serupa
hanya saja, Ray (tokoh utamanya) melompati ruang dan waktu untuk melihat
kehidupannya sendiri.
Kisah dimulai dari kehidupan
Rinai seorang anak kecil di salah satu panti asuhan, cerita yang berawal dari
pertanyaan, “mengapa saya tidak memiliki ayah dan ibu?”
Langsung layar cerita berubah ke
kerasnya kehidupan seorang bocah kecil yang juga sama yatim – piatu, bedanya
dia tahu orangtuanya sudah meninggal dalam sebuah kebakaran yang menghanguskan
komplek mereka tinggal.
Sama-sama yatim piatu tapi dilahirkan
dengan hati yang berbeda. Kisah Rinai akan terjawab diujung cerita sementara
kisah Ray-lah yang dikilik Rembulan Tenggelam diwajahmu.
Ray kecil tumbuh dilingkungan
panti dengan pengasuh panti yang memiliki karakter kejam dan keras terhadapnya.
Yang pada akhirnya menjadikan sosok Ray membangkang dan keras kepala. Kerasnya kehidupan
terminal dan jalanan sudah menjadi makanan sehari-hari. Kebencian akan bapak
pemilik panti sudah mengakar dan mengurat kedalam hatinya (yang akan
dikenangnya sepanjang umurnya kelak).
Dua buku dari pameran kemarin |
Sementara kerasnya kehidupan
dipanti tidak menggerus rasa persaudaraan yang tertanam antara Ray dengan Diar.
Bahkan untuk kesalahan yang Diar lakukan Ray bersedia menanggung akibatnya
(tapi lebih kepada karena kebencian dia kepada pemilik panti). Tapi siapa
sangka karena kebodohannya juga yang menyebabkan Diar meregang nyawa.
Tapi siapa juga sangka jalan
hidup membawanya ke petualangan selanjutnya, kepergian Diar membuat si pemilik
panti sadar akan kesalahannya dan memutuskan untuk membantu keseluruhan
pengobatan Ray. Untuk setiap hal dimuka bumi pasti ada alasan, karena Ray (yang
ini perwakilan kita sebagai manusia) tidak dapat melihat keseluruhan cerita
kehidupan.
Perjalanan kehidupan Ray selanjutnya
tidak kalah kerasnya, lepas kehilangan Dias, ia kembali tinggal tapi tidak
dipanti tapi dirumah singgah, disini ia beranjak dewasa dan berkenalan dengan
orang-orang baik Bang Ape, pemilik rumah singgah, selalu memberikan pesan dan
nilai positif. Ray butuh waktu untuk bisa akrab dengan penghuni rumah singgah
dan ketika keakraban itu sudah hadir, ada saja yang mengusik ketenangan itu.
Sampai ketika ada anak bengal yang mengusik anak rumah singgah, Ray emosi dan
kembali manghajar para begundal yang mengusik anak rumah singgah. Memang sich
balas dendam terbayarkan tapi dampaknya yang tidak pernah Ray sedikitpun pikir.
Bahkan dalam salah satu percakapan dengan Bang Ape dan Ray, bang Ape berpesan “Mungkin untuk urusan ini semua orang akan berpihak kepadamu. Tapi apakah dengan
semua orang memihakmu maka apa yang baru
saja kau lakukan bisa dibenarkan? Terkadang pilihan lari dari mereka akan
menimbulkan akibat negatif lebih kecill” halaman 125. Tapi Ray belum dapat menerima pesan dari
Bang Ape, baginya lari adalah pilihan pengecut.
Dalam hal memberikan pesan positif
kepada Ray, bang Ape lah jagonya, halaman 127, “kalian akan tetap menjadi
saudara dimanapun berada, kalian sungguh tetap akan menjadi saudara, tidak ada
yang akan pergi dari hati. Tidak ada yang akan hilang dari sebuah kenangan. Kalian
sunggu akan tetap menjadi saudara.”
Kehidupan panti berantakan bagi
Ray, ketika tinggal dirumah singgah keadaan sudah menjadi baik tetapi tetap
(sepertinya) kebahagian itu direnggut darinya. Alih-alih untuk membela rumah
singgah semuanya hancur berantakan dan untuk semua hal berantakan yang sudah
terjadi Ray selalu menyalahkan keadilan Tuhan (saya rasa ini nilai atai norma
yang coba tere liye sampaikan). “Ray, kehidupan ini selalu adil, keadilan
langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali,
tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan
tidak adil?” Halaman 172.
Ray rupanya menyimpan sebuah
pertanyaan sedari kecil, mengapa orang tuanya meninggal dalam kebakaran dan
siapa sebenarnya yang menyebabkan itu semua terjadi. Meskipun pesan bang Ape
masih terngiang di kupingnya “Kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang
dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi. Rasa sakit
yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan itu sementara. Pemahaman
dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan itulah abadi, dan benar kita
bisa memilih untuk menerimanya” halaman 212. Tapi tetap saja Ray selalu
bersikukuh pendapatnya selalu benar.
Dihalaman selanjutnya ketika Ray
diajak kembali melihat masa lalunya, ia diingatkan, Ray kalau Tuhan
menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak perduli seluruh
isi langit bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak
menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak perduli
seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya. Kejadian buruk itu datang
sesuai takdir langit. Hanya ada satu hal yang bisa mencegahnya. Satu hal, sama
seperti siklus sebab akibat, berbagi, ya berbagi apa saja dengan orang lain.
Tidak juga.
Sebenarnya berbagi tidak bisa mencegah secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu damai. Hanya orang-orang dengan hati damailah yang bisa menerima kejadian buruk dengan lega. Sayangnya, apa mau dikata, selama ini kau (Ray) tidak pernah berdamai dengan hatinya.
Sebenarnya berbagi tidak bisa mencegah secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu damai. Hanya orang-orang dengan hati damailah yang bisa menerima kejadian buruk dengan lega. Sayangnya, apa mau dikata, selama ini kau (Ray) tidak pernah berdamai dengan hatinya.
Dan faktanya Tere dalam bentuk Malaikat
Ray bercerita Sayangnya kita selalu menurutkan perasaan. Kita selalu
berprasangka buruk dan membiarkan hati yang mengambil alih. Menduga-duga. Tidak
puas dengan itu kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Dan kemudian tega
sekali menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah laku
keliru kita, Halaman 200.
Sebenarnya inti dari Rembulan
Tenggelam di Wajahmu adalah Ray diberikan kesempatan melihat secara keseluruhan
proses hidup yang sudah dilewatinya. Ia diberikan 5 pertanyaan yang untuk
kesemuan jawabannya Ray sendiri melihat proses itu (tapi pada saat proses itu
berlangsung ia tidak berbuat apa-apa, ketika ia melihatnya dan hendak berbuat
sesuatu, Ray tidak bisa, karena ia hanya diijinkan mellihatnya saja).
Ilustrasi |
***
Kalau saya sempat bertanya
sebenarnya, hubungannya dengan judul Rembulan Tenggelam di Wajahmu apa ya? Hmm,
ini terkait dengan kesukaan Ray menatap rembulan dari ketinggian dan menekuri
keindahannya dan masih berterimakasih kepada Tuhan untuk keindahannya yang
dihadirkan.
Terakhir pertanyaan saya terjawab
juga ketika kaitannya Ray dengan Rinai, ada loh dimuka bumi dengan masalah yang
serupa (hampir mirip bahkan lebih susah) tapi penerimaan akan keadaan itu
berbeda dengan yang lainnya.
Kalau saya bilang sich, yang cocok
baca novel ini adalah orang-orang yang sedang dirundung kekecewaan mendalam
atau orang–orang yang kurang mensyukuri keindahan sebenarnya kehidupan ini atau memang orang-orang yang sukanya baca buku (seperti sayah, halllah).
Baiknya sich kalian baca isi
Novel ini secara keseluruhan biar tuntas, pastinya kalau jadi Ray akan mengangguk-anggukan
kepala sendiri (tanda persetujuan), banyak hal terjadi kalau diselami saat
itu pasti sulit untuk dimengerti tapi kalau dillihat secara keseleruhan baru
mengerti.
Perjalanan hidup Ray, sianak
panti bengal, yang beranjak baik lalu
hancur lagi hingga berada diujung tangga kesuksesan dan ketika mengetahui semua
hal yang terjadi dan menyaksikan secara langsung. Bahkan tanpa disadari ia juga
merupakan peenyebab untuk kejadian lainnya.
Lalu bagaimana sebenarnya
kehidupan Ray? Rumah tangganya? Siapa nama anaknya? Atau siapa keluarganya?
Setelah Ray sukses meniti karir
dari nol, beranjak besar ketika mengetahui siapa-siapa saja yang jahat dan yang
baik?
Semacam menemukan serpihan
filosofi sederhana dalam bentuk sebuah novel ya.
Kayaknya novelnya bagus ya.....
BalasHapuskalau karya tere liye memang sudah terbukti karyanya bagus dan mudah untuk dinikmati.
Hapusya saya jg sdh baca. bagus. malah pas pengakuan Fitri sbg pealacur di hadapan Ray bikin aku nangis.
BalasHapusdan Ray menerimanya dengan bijak.. sayang hidup tidak bersahabat kepada mereka ya
Hapusnovelnyaa emang bagussss.... saya baru baca separooh hehehe
BalasHapuskalau sudah baca separuh.. harus diselesaikan sampai habis dong... :)
HapusRembulan Tenggelam di Wajahmu ini karena terbitan Republika jadi jarang muncul di toko buku G. Makanya perlu usaha yang lebih buat dapetin buku ini ya. Pengin juga baca karya Tere Liye yang lain, sebab baru sekuel Negeri Bedebah aja yang sudah dibaca.
BalasHapusNegeri para bedebah juga keren..saya sudah selesai bacanya...cuman buku ini akan tayang versi layar lebarnya pertengahan bulan desember ini
Hapus“Ray, kehidupan ini selalu adil, keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil?” Halaman 172.
BalasHapussaya suka penggalan ini, menurut saya tidak ada yg berhak mengatakan Tuhan itu tidak adil, dan tidak ada juga yang berhak mengatakan yang adil hanya Tuhan.
duh saya suka deh artikel ini
Bukunya keren..saya penasaran sama filmnya
HapusSaya sebagai penikmat buku Tere Liye masih melewatkan judul yang ini. Padahal di tahun 2019 ini, bakal segera rilis filmnya. Kecolongan ini mah, hehe
BalasHapusYup..pertengahan desember ini akan tayang di bioskop, saya penasaran banget gmana filmnya
HapusSaya sering membaca review novel Tere Liye. Review-nya hampir selalu positif. Entah kenapa saya belum pernah berminat.
BalasHapusTapi setelah membaca review ini, mungkin saya akan coba beli satu :)
Ada beberapa karya om darwis a.ka tereliye yg menarik utk disimak kok
HapusEntah kenapa masih banyak orang yang suka baca buku cetak ya? Jujur, Saya juga lebih suka baca buku cerita ataupun novel gitu pada buku cetak, padahal sekarang sudah serba banyak tersedia dalam bentuk digital.
BalasHapusAlasan saya, hasrat membaca buku lebih enak dan masih banyak peminat, alasan sederhanaku yaitu bisa membolak balik halaman demi halaman buku tsb. Momen tersebut tidak bisa kita nikmati dalam bentuk digital.
Bener mas...tapi sepertinya zaman tetap akan bergerak ke digital meninggalkan yang manual
Hapus"Masalah di dunia ini banyak yang serupa, atau lebih berat. Tetapi beda orang penerimaannya akan beda"
BalasHapusJleb. Ambil cermin dan berkata: Hey Ari, masalahmu itu nggak berat. Ayo Bangun dan selesaikan!"
Sama saya juga mas... hey kornelius..ayo beranjak dan bergerak... isi blog mu ...:)
HapusToss bang! Ini juga salah satu buku koleksi saya. Gak pernah bosan lah pokoknya sama coretan-coretan Tere Liye.
BalasHapusHaseekkkk...ketemu sama tereliye lovers juga... akhirnya...
HapusKarya Tere Liye selalu ngehits memang dan tidak pernah sepi di toko buku, pasti semuanya masih di jajaran best seller. Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini mau dibikin film ya? Kayaknya sebelum menonton filmnya, harus baca bukunya.
BalasHapusDari resensinya sih kayaknya buku ini mengisahkan tentang seorang yang ingin menemukan jawaban dari pertanyaan
Yup.. mau tayang besok lusa.. dan memang mencari jawaban atas pertanyaan... ayo kita saksikan jawaban itu
HapusAku nunggu film nya aja kak, Tere liye memang Karya bukunya udah ga diragukan lagi dehh di pasaran semoga filmnya juga sekeren isi bukunya ya ...
BalasHapusAku nunggu film nya aja kak, Tere liye memang Karya bukunya udah ga diragukan lagi dehh di pasaran semoga filmnya juga sekeren isi bukunya ya ...
BalasHapusYup semoga filmnya semenarik bukunya
HapusTerkadang manusia tidak sadar sudah diberikan bagian terbaik di mata Tuhan ..terbaik dari kaca mata Tuhan...dan tersempurna dari yang sempurna Dimata manusia..begitulah..manusia dengan segala kekurangannya ..suka khilaf menyalahkan Tuhan bila situasi yg didapatkan tidak sesuai keinginannya..cerita buku yg menginspirasi..
BalasHapusDan untungnya Tuhan baik tidak mendendam atas perbuatan khilaf manusia ... ga kebayang kalau Tuhan juga berkata Dia sedang Khilaf...
HapusSuka sama bagian dimana Bang Ape bilang ke Ray, bahwa sekalipun semua orang memihak kita, itu tidak membenarkan tindakan kita yang salah. Mirisnya sekarang banyak orang justru keblinger hanya karena merasa 1 kubu atau di pihak yang sama. Nice bukunya tere liye memang selalu banyak value yang bisa diambil.
BalasHapusHehehe...beberapa value bisa diambil dari novel ini...novel lainnya juga keren2 kok
Hapusselama ini baru mengetahui nama tere liye yang terkenal dengan karya buku bukunya, belum pernah baca langsung buku karyanya. membaca ulasan dari bang kornelius tentang buku karya tere liye udah kelihatan bobot isi bacaannya. bang kornelius juga keren dengan apik memberikan informasi tentang buku rembulan tenggelam di wajahmu ini.
BalasHapusBeberapa karya tere liye lainnya sudah saya baca dan memang karya2 beliau terbilang bagus ...
HapusRembulan Tenggelam di Wajahmu ya, noted ntar dicari deh. Scr sy suka karya² nya Tere Liye, selalu menggugah dan menguras sisi emosional dan akhirnya nangis deh, hehe,, di situ nikmatnya
BalasHapusBah... sampe nangis2an segala...
HapusBaca reviewnya saya jadi penasaran pengen baca bukunya. Saya juga suka baca buku-buku karya Tere Liye, bahasanya sederhana, mudah di pahami. Tapi buku ini saya belum punya, bisa nih masuk wishlist
BalasHapusHarus baca yg ini ka nanik...bagus kok...
HapusTere Liye tuh bikin pembacanya nangis mulu dah heheheeh
BalasHapusSaya ada novel Tere Liye saat dia masih menggunakan nama Darwis dan iya, sama-sama menyedihkan
Judul novel yg k endah baca apa?
HapusMenarik sekali, kisah Rey ini.
BalasHapusSaya sudah agak lama tidak baca novel atau cerita fiksi. Saya khawatir tenggelam dalam novel dan tak jenak saat mengerjakan yang lain. Hal itu sering terjadi. Stelah itu saya hanya baca yg nonfiksi. Padahal banyak novel yang bagus seperti ini. Jadi membayangkan kelak, saat hidup sudah tenang, rambut memutih saya duduk menikmati hari dengan membaca novel sehari 1. Alangkah asyiknya
Hmmmm...seru juga..1 hari 1 novel
HapusBang Cornelius penggemar novel rupanya nih, terutama Tere Liye. Banyak yg mereview karyanya bagus². Sayangnya saya sekarang jarang baca novel, rasanya kok berat. Merasa msh banyak yg harus dikerjakan.
BalasHapusSaya juga kadang2 kok...membaca di waktu senggang
HapusWkwkwk auto ikutan nyanyi lagu dangdut aku baca judulnya. Hihi
BalasHapusBtw kak.. 400 halaman aku bisa slesw sebulan kaliii.. Jarang bgt baca. Menarik tapi nih buat dicoba.. Siapa tau jadi demen baca juga kayak kakak
Semoga jatuh cinta dan suka dengan membaca
Hapusaku pikir tadinya mau bahas filmnya
BalasHapussaya bukan penggemar tere liye sih, tapi penasaran pengen lihat filmnya
soalnya ada anya geraldine
Saya juga penasaran sama filmnya ... nanti kalau tayang saya usahkan nonton ag
HapusKarya-karyanya memang tidak diragukan lagi yah, menginspirasi dan sering menggugah perasaan pembacanya. Keren sih jadi tau juga proses kehidupan yang sebenarnya sudah dijalani Rey yah.
BalasHapusBeberapa karya beliau memamg keren keren kok
HapusSampai cetakan ke 33? Itupun pada tahun 2017 ya Bang. Memang karya Tere Liye ini sangat populer, tema yang diangkatkan pun tidak jauh-jauh dari kehidupan rakyat kecil
BalasHapusYup... ga jauh dari rakyat kecil... mungkin saat ini sudah tembus cetak ulang ke 40 kali ya
HapusSedih banget ini kisahnya. Novel Tere Liye selalu menguras airmata, walau aku jarang bisa nangis kalo baca-baca beginian.
BalasHapusOm tere jagonya ngaduk2 perasaan dalam bentuk tulisan ka ida raihan ...
Hapus