Illustrasi dari piaxabay |
Dia bukan sedang narik penumpang ojek saja, tapi bekerja melayani, mengantarkan penumpang sampai hingga tujuan dengan selamat. Sama mulianya dengan pekerjaan kantor lainnya, ga ada bedanya.
Klise sebenarnya, kerja itu adalah
ibadah. Mudah untuk diucapkan sulit untuk dilaksanakan. Berapa banyak dari kita
yang bisa menjawab jujur, apakah kita sudah bekerja seperti kita beribadah?
Saya pribadi belum, teriak-teriak anak Tuhan sementara masih banyak kerjaan yang
belum beres dalam pelaksanaannya. Sampai kemarin ketemu babang (abang) gojek dan
kembali diingatkan.
Hello, daerah Cikini apalagi untuk
jam-jam datang dan pulang kerja sangat sulit untuk melakukan pemesanan ojek
online, anehnya banyak abang-abang gojek yang pada nongkrong. Dan
beberapa kali ketemu babang gojek mengeluhkan pendapatan mereka semakin
minim sementara persaingan antar driver semakin ketat.
Lalu kalau persaingan makin ketat
kenapa juga masih ada driver ojol yang ongkang-ongkang kaki ketika jam sibuk,
bukan? Pertanyaan sederhana ini saya simpan rapi dalam benak, entah kapan
akan terungkap kelak, waktu itu.
Pertanyaan sederhana lainnya muncul,
jika di ojek online sudah tidak nyaman, lalu mengapa yang melakukan
pendaftaran makin hari semakin banyak saja. Lalu untuk para driver yang
mengatakan persaingan di ojek online sudah semakin ketat, mengapa tidak mencoba
bermigrasi ke usaha atau pekerjaan lain? Kembali pertanyaan ini saya simpan rapi
didalam benak.
***
Hingga kemarin saya bertemu dengan seorang
driver ojek online, usianya paruh baya, kalau dari suaranya mungkin usianya sekitaran
45-50 tahun. Tidak terbilang muda tapi tidak terlalu tua juga untuk usianya.
Tapi semangat berbagi ceritanya itu yang berapi-api. Padahal kala itu ia
bercerita kondisi fisiknya sedang drop a.ka sakit.
Mengapa ia bercerita berapi-api, alasan sederhananya ia juga jengkel dengan driver-driver yang suka memilih-milih pesanan. Begini ya pak, “saya sich, sebisa mungkin menerima semua pesanan, bukan untuk mengejar point tapi untuk mengejar uang, kalau point pasti nyusul kok.”
“Saya keluar rumah jam 6 pagi, lalu usahakan minimal untuk mendapat tarikan (sebutan ketika mendapatkan orderan
penumpang) sekitar 20 an, persetan itu nanti jauh atau dekat ya. Selama masih
bisa di laju pakai motor akan saya ambil. Nah dari 20 tarikan tadi kan minimal
dapat 1 point, apalagi kalau di jam sibuk seperti jam datang dan pulang kerja,
pastinya akan mendapat 2 point.” Lanjutnya.
Hmmm, terus pak, saya juga tertarik
untuk terus mendengarkan cerita dari kursi belakang sepeda motornya. “Kerja
bagi saya itu ibadah, pak”. Kata-kata itu beberapa kali ia ulangi sepanjang
percakapan. Banyak-banyak ucap syukur aja, pak.
Ia pun menganalogikannya secara
sederhana, dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore
itu 12 jam, kalau beruntung dapat jalur pendek 1 jam itu bisa 2 kali
atau 3 kali tarikan. Kita katakanlah
dapat 20 tarikan sampai sore. Hitung aja sekali tarikan tarifnya Rp.10.000,-
aja, karena menurut beliau ada beberapa rute konsumen yang mendapat promo
tarifnya bisa di bawah Rp.10.000,-. “Ok dech kita hitung aja rata-rata 8 ribuan
ya pak”, lanjutnya.
Delapan ribu dikalikan 20 orderan
penumpang, sekitar Rp.160.000 ribuan kan pak, sambil masih bersemangat
menceritakan pengalamannya. Itu belum termasuk tips yang dibagi sama konsumen
(tapi ini ga bisa dipastikan, karena ga semua konsumen memberikan tips). Dan
dari 20 orderan tadi pihak penyedia jasa driver online akan memberikan bonus
kisaran Rp.80.000,- perhitungan ini
sudah sangat minim loh pak. Paling potongan untuk biaya hidup dijalan sama
bensin habis-habis sekitar Rp, 50,000,-
Coba bayangin pak, “kapan lagi punya
penghasilan bersih Rp.190.000,- , kita buletin saja angka Rp.200.000,-
perhari dikalikan 22 hari kerja, ia sabtu minggu mengkhususkan diri untuk
tinggal dirumah dan bermain bersama keluarga, total mendapat sebulan sekitar 4
jutaan.” keren kan pak, imbuhnya lagi.
Itu belum termasuk kalau di hari
tertentu ia selalu dapat lebih dari 20 point kadang 30 point, waktu saya naik
itu, ia sempat menunjukkan appsnya bahwa saya penumpang yang sudah memberikan
padanya point hingga 16 point, alhasil ia hanya nunggu 2 orderan lagi (karena
waktu itu jam 5 sore) 1 orderan akan mendapatkan 2 point. Palingan jam 6 nanti
genap 20 point, udah saya mau pulang aja, istriahat pak, katanya.
Ia sendiri mengaku tinggal
disekitaran Depok bersama keluarga kecilnya, hanya saja motor ia titipkan ke
rumah orang tuanya disekitaran gondangdia dan ia memilih pulang dan pergi menggunakan commuter
line. Praktis ia merasa ia seolah-olah memang sedang bekerja layaknya
pekerja-pekerja lainnya.
Memang untuk penumpang ia selalu
tidak memilih, tetapi untuk yang lain ia pilih-pilih juga, katanya. Terutama untuk
pesanan makanan dan pengiriman barang, beberapa kali ia kena dikerjain sama
konsumen-konsumen nakal yang melakukan pesanan fiktif, untuk makanan memang
bisa dibawa untuk keluarganya, lah kalau barang, beberapa kali pernah ia harus
menghabiskan waktu lebih dari setengah harian untuk melakukan pengiriman
barang, bukan karena jauhnya tapi karena konsumennya sulit untuk dihubungi.
Tapi untuk antaran penumpang hampir tidak
pernah ia tolak, untuk makanan masih sesekali ia terima asalkan konsumen dapat
dihubungi.
Kerja itu Ibadah.
Lihat, setengah jam berbincang
sepanjang jalan dengan driver online, mendapatkan semacam pencerahan. Bagi itu
driver, dia bukan sedang narik penumpang ojek saja, tapi bekerja melayani,
mengantarkan penumpang sampai hingga tujuan dengan selamat. Sama mulianya dengan pekerjaan kantor lainnya,
ga ada bedanya.
Dari segi penghasilan, driver ini
sangat puas dan bangga ia dapat menghidupi keluarganya bahkan masih memiliki
waktu akhir pekan bersama keluarga. Edan bukan, sementara beberapa dari kita
masih mengutuki pekerjaan, ada yang belum sesuailah, atau beban kerja yang
terlalu berlebihan yang tidak sesuai dengan penghasilan yang diterima atau
masih banyak segudang alasan buruk lainnya.
So, masih merasa kita yang paling
kurang beruntung atau sekarang sudah merasa bahwa kita sebenarnya kurang
bersyukur.
Semangat Beraktivitas, Edisi
Menyemangati Diri Sendiri.
Ceritanya keren Mas! Jadi pengen ketemu sama abang ojol model beginian yang selalu punya niat buat kerja cari duit yang bener. Dan kebanyakan yang begini malah yang sudah agak lanjut usianya. Atau yang malah muda2 sekalian. Yang usianya nanggung2 tuh yang suka nyebelin. Berasa paling susah sedunia tapi cari duit ogah2an. Ya ga semua kayak gini sih. Tinggal balik ke motivasi masing2 orangnya saja.
BalasHapusnah itu dia bro nuno... yang saya ceritakan ini jarang banget,,, seringan dapet yang berkeluh kesah gmana gitu.. menjengkelkan banget kadang2 :)
Hapus