Sumber gambar dari pemilu(dot)com |
Padahal, kedua Capres pun mengingikan hal yang sama untuk bangsa ini seperti Indonesia yang lebih baik, masyarakat yang lebih sejahtera, kepastian hukum dan masih banyak hal baik lainnya. Lalu kalau yang kita inginkan semuanya baik kenapa bisa di akar rumput (baca: masyarakat) menjadi tidak baik dengan saling mengumpat, menghujat dan lainnya.
Akhirnya sampailah kita di tanggal hari ini 17 April 2019. Yang katanya pesta akbar demokrasi dan ditandai dengan berlangsungnya Pemilihan Umum dengan asasnya yang terkenal LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia).
Tapi siapa sangka dunia teknologi informasi mengiring perdebatan berlangsung sengit di dunia media sosial. Iya, benar, tidak banyak lagi konvoi dan pawai kendaraan serta unjuk kekuatan masa dari suatu golongan atau partai. Tapi di media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan sejenisnya, wuih, perang informasi ga berkesudahan.
Saya sendiri bukan pendukung fanatik dari salah satu pemilih suka merasa geleng-geleng kepala melihat pendukung paslon yang memang mati-matian menjadi pendukungnya. Entah, mungkin hidup mereka seperti para elit politikus yang kalau tidak mendukung salah satu paslon mereka, ya mereka tidak hidup.
Bahkan sempat dengar cerita dari seorang teman pegiat sosial, yang menemukan bahwa demi hidup (mendapatkan uang) rela mendukung paslon yang bukan pilihannya.
Sementara itu Jokowi dan Prabowo.
Iya, mereka dua orang besar yang sudah mencontohkan kepada bangsa ini bagaimana tetap menghormati jalannya pesta demokrasi yang bersih.
Saya sendiri (dan beberapa kawan lainnya) sempat khawatir, jangan-jangan pemilu kali ini akan berjalan rusuh. Ya, Mungkin saja petahana akan menggunakan kekuatannya (mengatasnamakan keamanan negara) demi tertibnya pemilihan. Atau sang lawan akan mengerahkan massanya habis-habisan (mengatasnamakan ketidakadilan yang mereka rasakan) mengintimidasi jalannya pesta demokrasi ini.
Sebagai warga negara yang baik ikut serta dalam pemilihan presiden (dok.pri) |
Tarra, puji Tuhannya, benar yang dikatakan seorang ahli psikologi, hampir sebagian besar (90 persen) ketakutan yang kita khawatirkan tidak terbukti, bahkan 10 persennya yang terbukti (jika terbukti) hampir 95 persennya dapat ditangani dengan baik.
Dan pesta kali ini berjalan dengan baik, bahkan sang mantan jenderal koppasus ini (baca Pak Prabowo) yang setiap kampanye selalu bersemangat dan berapi-api dan terkesan galak, angker dan sejenisnya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk menciderai pesta demokrasi yang tengah berlangsung.
Pun sama dengan Presiden Jokowi, tidak serta merta menggunakan semua sumber daya keamanan yang ia miliki, semua berjalan normal seperti sedia kala.
Sejatinya mereka-mereka ini (Pak Jokowi dan Pak Prabowo) yang harus kita contoh, jelas beda pilihan tapi tidak menjadikan mereka bermusuhan. Kalaupun ada perbedaan pendapat disampaikan dengan etika sopan santun, pernah kalian dengar salah satu paslon mencaci paslon yang lain?
Tapi lihat pendukungnya, berapa banyak umpatan kebencian seperti dungu, bodoh, goblok dan sejenisnya beredar di dunia maya.
Terakhir sebagai catatan saya pribadi, siapapun nanti presiden bangsa Indonesia ini, saya akan dukung dengan apa yang bisa saya lakukan, seperti yang ringan-ringan sajalah tidak membuang sampah sembarangan, tidak melanggar rambu dan peraturan yang sudah dibuat, hingga bekerja sebaik-baiknya.
Lah mau nanti presidennya Jokowi ataupun Prabowo, sama-sama saya tetap harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga saya. Tetap juga hari minggu itu tanggal merah siapapun presidennya nanti.
Yang aneh menurut saya itu ketika presiden yang terpilih nanti bukan salahsatu paslon yang kita dukung atau pilih, seakan-akan dunia kiamat dan nasib bangsa ini sedang berada diujung tanduknya.
Padahal, kedua Capres tadipun mengingikan hal yang sama untuk bangsa ini seperti Indonesia yang lebih baik, masyarakat yang lebih sejahtera, kepastian hukum dan masih banyak hal lainnya.
Lalu kalau yang kita inginkan semuanya baik kenapa bisa di akar rumput (baca: masyarakat) menjadi tidak baik dengan saling mengumpat, menghujat dan lainnya.
Toch Pak De Jokowi dan Sang Jenderal Prabowo Subianto sudah mencontohkan dan menampilkan semangat yang baik, lalu sampai kapan kita akan ribut dengan sesama, bahkan tetangga atau saudara sendiri. Ga malu kita sudah ga bertegur sapa, sementara mereka (Jokowi dan Prabowo) tetap berjabat erat dan tetap bersahabat.
Salam Indonesia Hebat dan Kuat.