Menkeu Sri Mulyani dalam Visi Menuju Indonesia 2045 |
Indonesia sendiri pada saat ini merupakan negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di ASEAN. Namun pasar keuangan kita termasuk yang kecil, hal ini karena rendahnya literasi keuangan yang menjadi salah satu permasalahan.
Menko Luhut sangat yakin dan optimis jika Indonesia dapat masuk jajaran lima besar dunia pada tahun 2045. Karena hal ini didukung dengan sejumlah faktor salah satunya adalah peningkatan ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah.
Hal lainnya adalah indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah saat ini masih berada di level yang baik. Ditambah terus berbenah dalam bidang kebijakan agar investasi lebih mudah. Memang harus diakui birokrasi di Indonesia termasuk yang kompleks ketimbang negara Asia Tenggara lainnya.
Syarat untuk menjadi lima besar dunia, dari ibu Menkeu Sri Mulyani
Setangkapan saya selama acara berlangsung (untuk 2 pembicara ini) selalu data yang ditampilkan. Ini karena salah satu pendukung acara ini adalah katadata. Jadi kalau mau bicara sesuatu harus sesuai dengan data yang ditampilkan. Sementara kalau orang hukum, kalau bicara tidak hanya data saja tapi harus ada juga dasar hukum (kok malah ngebahas hukum ya).
Booth Katadata |
Diawal sambutannya, Menkeu Ibu Sri Mulyani mengutip ucapan Presiden, "Kita sebagai sebuah bangsa harus optimis dapat memajukan bangsa ini."
Indonesia sebagai bangsa besar menyongsong tahun 2045, ada sejumlah potensi yang dimiliki, populasi 319 juta jiwa, ekonomi ke lima terbesar di dunia, 47% penduduk Indonesia masuk usia produktif dengan 70% kelas menengah dan pendapatan perkapitanya US$23.199 (yang ini masih belum paham, lupa lupa ingat, dulu waktu masih diajar beliau sering banget bahas yang gini di ekonomi makro).
Sementara itu, lanjut beliau, untuk menjadi lima besar dunia setidaknya ada 6 syarat harus dipenuhi :
- Infrastruktur yang layak.
- Penguatan kualitas SDM.
- Pengayaan Inovasi dan teknologi.
- Birokrasi pemerintah yang efesien.
- Tata ruang wilayah yang baik
- Sumber daya ekonomi dan keuangan.
Dan untuk mendorong produktivitas daya saing bangsa diperlukan penguatan belanja yang berkualitas, pengendalian resiko APBN yang sehat dan berkelanjutan.
Indonesia sendiri pada saat ini merupakan negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di ASEAN. Namun pasar keuangan kita termasuk yang kecil, hal ini karena rendahnya literasi keuangan yang menjadi salah satu permasalahan.
Makanya ibu Menkeu ini dengan kementriannya selalu terus mengenalkan instrumen keuangan, mulai dari tabungan, deposito, reksadana, sukuk dan lainnya. Maksudnya agar masyarakat paham dan tidak ragu untuk menggunakannya. Tapi hal ini juga harus didukung dengan payung hukum yang kuat dan keseriusan aparat untuk menindak investasi nakal, tidak jelas yang selama ini kerap hadir dan mengganggu di masayarakat.
Progress bukan jaminan keberhasilan tapi akan dihadapkan dengan dinamika, fluktualitas, volatilitas dan sebagainya.
Kemampuan kita membangun sektor keuangan yang semakin advanced dan semakin dalam akan mampu membuat kita mencapai 5 besar dunia.
Tantangan untuk kita tetap fokus, memperbaiki kualitas birokrasi dan pelayanan.
Memang tidak dapat dipungkiri ada faktor yang tidak dapat kita kendalikan seperti dua raksasa besar, Tiongkok Dan Amerika, dua negara besar ini jika terjadi sesuatu maka dampaknya akan ke seluruh dunia. Sementara APBN adalah faktor yang dapat kita kendalikan, disisi ini yang harus kita jaga dan pertahankan kualitasnya
Pemerintah juga mendorong terus untuk membuat terobosan terkait pajak seperti tax holiday, tax allowance, dukungan penanaman modal negara, yang dapat merangsang kegiatan ekonomi tanpa menggangu kegiatan ekonomi itu sendiri
Terakihir Menkeu menutup bahwa sejatinya Kita optimis tapi tetap waspada. Segala sesuatu dapat berubah tidak seperti yang kita harapkan. Tapi setidaknya kita sudah bersiap diri.