Saya dengan latar belakang Pak Hendra |
Lokasi lapak tempat ia mangkal, tidak ada persis lapaknya. Hanya sekenanya saja ia meletakkan kotak perkakas sol sepatu yang ia gunakan untuk bekerja.
Kisah Pak Hendra Tukang Sol Sepatu dibawah Fly Over Jatinegara
Sore menjelang magrib, sedianya ia hendak bersiap-siap membereskan kotak perlengkapannya. Demi melayani saya konsumen terakhirnya ia merelakan untuk memberikan waktunya.
Hendra, demikian ia memperkenalkan dirinya. Saya taksir usianya lebih tua dari saya. Secara tampilan fisiknya menunjukkan itu. Saya salah, usianya terpaut 3 tahun dari saya dan lebih muda. Bah, kok bisa, mungkin kerasnya kehidupan membentuk ia sedemikian rupan sehingga tampilan fisiknya pun turut berubah.
Sambil bekerja membereskan sol sepatu yang jebol karena pemakaian dan usia juga, ia bertutur mengenai kehidupannya.
Setidaknya sudah lebih dari 10 tahun ia menekuni bidang pekerjaan sol sepatu ini. Sebelum ia mangkal di bawah fly over jatinegara. Pak Hendra dulunya mangkal di trotoar stasiun Jatinegara. Atas nama ketertiban penggunaan trotoar, ia harus tersingkirkan dan minggir hingga ke bawah jembatan fly over jatinegara.
Lokasi lapak tempat ia mangkal, tidak ada persis lapaknya. Hanya sekenanya saja ia meletakkan kotak perkakas sol sepatu yang ia gunakan untuk bekerja.
Tapi kebiasaan ia mangkal berada di pojokan jalan Sereh, kalau dari arah kebon nanas sebelum gerbang masuk tol pedati ada jalan alternatif ke kiri. Ikuti jakan sampai kalian berada dibawah jembatan fly over Jatinegara.
Biasanya Pak Hendra ini mangkal bersama beberapa teman yang seprofesinya dan belasan lain teman-teman yang berprofesi sebagai penjahit.
sepatu yang diperbaiki |
Ia sendiri menuturkan penghasilan sehari-harinya tidak menentu. Memang untuk makan dan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Tapi lain cerita untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keluarganya ia tinggalkan di Garut, dua orang anak dan satu orang istri. Demi mengais rezeki di Ibukota Metropolitan ia kesampingkan egonya dan menitipkan keluarga ke mertuanya.
Untuk satu kali sol sepatu, seperti yang sedang ia kerjakan saat ini. Pak Hendra mematok harga Rp. 25.000,- (terbilang mahal atau murah ya). Sempat berujar ke Pak Hendra, wah lumayan juga ya pak kalau sehari dapat orderan 20 sol an. Bisa bawa pulang Rp. 500.000,-.
Pak Hendra hanya tersenyum kecut, ah sulit pak, apalagi saat sekarang-sekarang ini. Selain sudah banyak saingan, semakin sedikit saja orang yang mau servis sepatu, kebanyakan lebih memilih untuk membeli yang baru.
Ada konsumen 5-10 aja sudah hebat. Memang tidak ia pungkiri dalam sehari ga mungkin ia tidak mendapat order/konsumen.
Belum lagi terkadang ia harus kucing-kucingan dengan satpol PP agar tetap bisa mangkal mengais recehan.
Hal ini juga yang membuat ia jarang pulang ke kampung halamannya Garut untuk menjumpai istri dan anaknya. Padahal jarak Jakarta-Garut tidak terbilang jauh (menurut saya, karena pernah tugas sebentar ke Garut dan balik lagi keesokan harinya). Tapi ia berujar, sayang di ongkosnya pak.
Ia lebih memilih untuk menunda kepulangannya hingga terkumpul lebih banyak uang yang bisa ia berikan kepada keluarganya.
Pak Hendra dengan Latar Belakang Spanduk dilarang berjualan |
Pak Hendra yang bekerja sedari jam 7 pagi hingga jam 5 sore kadang lebih awal dan kadang juga lebih sore, seperti hari ini ketika ia membantu saya.
Untuk tempat tingga ia memilih numpang tinggal di rumah kerabat bersama beberapa temannya, sekedar numpang tidur di malam hari saja.
Untuk beralih profesi ia tidak punya keahlian lain selain sol sepatu. Tapi untuk.melamar sebagai OB atau cleaning service beberapa teman sempat menawarkan kepadanya. Tapi harus menyerahkan sejumlah uang terlebih dahulu, nah uang ini yang ia tidak miliki.
Sementara ia terus menunggu pekerjaan yang lebih baik. Pak Hendra fokus menekuni sol sepatu ini, entah sampai kapan. Yang pasti dari kerjaan yang ia sudah lakukan terlihat hasilnya ia serius melakukan pekerjaannya.
Tetap semangat pak Hendra, terimakasih untuk inspirasi yang sudah diberikan.
Semoga Pak Hendra rejekinya lancar dan senantiasa dicukupkan, ya....
BalasHapusKadang orang-orang seperti pak hendra ini mengajarkan kita Arti bersyukur tanpa harus ia berceramah ya bang kornel.
BalasHapusSemoga ia sehat terus sehingga lancar mencari nafkah
Betul kakak.. pengajaran bersyukur tanpa perlu berceramah..
HapusPerjuangan yang berat demi anak istri. Semog pak Hendra selalu dilancarkan rejekinya, halal dan berkah.
BalasHapusAmin... tuch pa hendra..banyak yg doain loh...
HapusKami punya tuh langganan tukang sol sepatu yang ngider di kompleks pakai sepeda. Pekerjaannya rapi dan kuat, karena dia memperbaikinya dijahit bukan hanya dilem. Memperbaiki tas juga bisa. Itu tuh pegangan tas atau ransel kan sering jebol. Nunggu aja si Mamang lewat. Mudah-mudahan pa Hendra banyak langganan deh.
BalasHapusNah itu dia semenjak pindah dibawah fly over... ditambah banyak teman yang satu profesi mau ga mau harus berbagi pelanggan...
HapusBanyak pelajaran hidup bisa kita petik dari mereka orang-orang pinggiran. Dulu saya masih ingat pernah ngobrol sama pemulung pancing di bawah jembatan Kali Sentiong. Ceritanya gak kalah sedih. Mindset mereka akan ibu kota membuat mereka nekat tetap datang hanya bermodalkan fisik saja. Setelah menjalani kehidupan di perkotaan, tantangan yg dihadapi berkali lipat lebih berat. Semoga Pak Hendra tetap kuat demi keluarga.
BalasHapusYup...pak Hendra ga ounya pilihan selain harus kuat demi keluarga yang dikasihinya
HapusSaya dulu SMAN 8 Bukit Duri dan anak kost pula, sy punya banyak langganan pedagang di pasar Mester Jatinegara..mulai dari pedagang pakaian seragam, pedagang aneka makanan sampe tukang sol sepatu ...dulu sih masih masih banyak ya tukang sol sepatu ..dan sy salah satu yg setia ke tukang sol sepatu karena sepatu sy cepat mangap depannya krna sering nerjang air kalo hujan..maklum daerah bukit duri dulu langganan banjir hehe..semoga Pak Hendra tetap bnyk pelanggannya
BalasHapusBah...ada yang ex anak sman 8.. sering ke juga ke jatinegara ya... memang deket2an sich lokasinya
HapusSemoga rezeki Pak Hendra makin banyak dan selalu sehat. aamiin
BalasHapusAmin...makasih sudah mampir ka endah
HapusSemoga sehat selalu untuk Pak Hendra agar terus mencari rejeki untuk anak dan istri di kampung halamannya
BalasHapusAmin... semangat beliau sepertinya ga putus demi keluarga di kampung
Hapushanya bisa mendoakan dari jauh untuk pak Hendra karena aku sejarang itu kalo ke Jatinegara. Melihat memang saat ini sudah banyak jasa untuk sol sepatu dan memang prefer beli baru kalo pembelian dari harga sepatunya rata-rata 200rb (kalo aku)
BalasHapusYa memamg kembali lagi ke selera kk grandys... ada yg cocok beli lagi..karena pertimbangan ongkos juga... benerin ganti karet bisa kena 80 ribuan sampe 100 ribuan... belum ongkos mondar mandirnya... ganti baru 200 ribu ..udah beres..
HapusSemoga Pak Hendra sehat selalu yaa, demi keluarga yang ada jauh dari ibu kota. Kalau suka servisnya, kadang di post di twitter juga bisa pakai kata-kata Twitter please do your magic hehe
BalasHapusBener kk faradila...anak twiter emang suka bikin gitu... saya masih nyaman di blog aja...
HapusPekerjaan apapun asal dilakukan dg ikhlas dan sungguh-sungguh pasti akan membawa hasil yg oke ya... Hitung saja tukang sol sepatu bs take home pay 500k lohh,, ngalahin ASN deh wkwk
BalasHapusApapun kalau ditekunin hasilnya memang luar biasa ya
HapusSemoga Psk Hendra rejekinya mengalir ya. Biar bisa plg k kmpung menjenguk kluarganya. Aamiin
BalasHapusAmin..terimkasih sudah mampir ya
HapusSalut aku tuh sama bapak-bapak/suami yang bertanggungjawab seperti pak Hendra. Enggak mengeluh dan tetap menjalankan profesinya juga rela jauh dari keluarga demi memberikan nafkah. Semoga lancar selalu rezekinya pak Hendra.
BalasHapusAmin...makasih kak gilang..sudah mampir
HapusSemoga lancar rezeki Pak Hendra ini. Saya jadi agak miris, pas baca bagian harus membayar untuk bisa melamar kerja sebagai OB dan Cleaning Service dari tawaran temannya itu, perekonomian sekarang memang sulit ya. Semoga Pak Hendra tetap semangat dalam bekerja.
BalasHapusYa..begitulah... akan selalu ada yang mengambil keuntungan dalam kesulitan orang lainnya
HapusBang, aku di Salatiga juga entah kenapa suka banget benerin celana jeans atau sepatu gitu di area pasaraya. Murah dan kualitasnya bagus.
BalasHapusSeneng aja rasanya begitu mereka selesain servisan trs kita bayar -yg mana murah sbnere- trs mereka keliatan seneng gt saat kita bilang 'maturnuwn njih Pak'.
Iya mas ari... seneng ya melihat orang seneng dan bikin orang seneng... kita seneng hasil kerjanya..dia juga puas terima hasil jerih payahnya..
HapusSemoga pak Hendra rejekinya makin melimpah.
BalasHapusSaya juga kadang pergo ke tukang sol sepatu, atau tukang jahit yang mangkal di pinggir jalan. Walau sebenarnya bisa di jahit tangan sendiri, tapi pengen aja ke sana. Mungkin Allah yang menggerakkn hati saya untuk berbagi rejeki pada tukang jahit itu
Amin...semoga pa Hendra dan keluarga semakin baik kehidupannya...
HapusSehat terus ya Pak Hendra biar bs cari nafkah utk keluarga. Semoga jg ada yg bisa kasih kesempatan utk pak Hendra kerja biar lbh layak ya utk menghidupi keluarga krn memang sekarang sudah sangat jarang banget orang mau benerin sol sepatu dan sudah jarang juga tukang sol keliling.
BalasHapusAmin... bener kak... profesi ini semakin langka
HapusSemoga rejeki serta kesehatn Pak Hendra selalu lancar dan selalu tercukupi kebutuhan keluarganya. Tetap semangat dan jangan menyerah.
BalasHapusAmin... tetap semangat dan jangan menyerah
HapusSol sepatu 25 ribu itu harga pasar kak
BalasHapussalut dengan semangat pak amir, semoga berkah selalu mengalir kepadanya
Syukurlah... berarti ga kemahalan ya kak... trims sudah mampir melipir ya
Hapustersentuh banget nih baca cerita ini.. :'(
BalasHapussemoga lancar rezekinya selalu untuk pak hendra pun pak kornel, aamiin
Amin...doa yang sama buat kak isma ya
Hapus