Jam 7.20 wib berangkat dari Cikini Raya No 117. Ini kali pertama
dalam 10 tahun saya bekerja di PTTUN Jakarta menghadiri pernikahan salah satu
kerabat kantor yang diadakan diluar pulau Jawa, persisnya di Lampung.
Secara juga ga pernah main-main ke Lampung, ya sudah kalau bisa
menyelam sambil minum air, hadir hajatan sekalian jalan-jalan. Dulu sich ke Lampung
hanya transit aja sebentar di terminal Rajabasa, kalau hendak ke Medan melalui
jalur darat.
Sebelum berangkat, dimulai dengan dengan doa dan crew bus mengenalkan
diri, Pak Mustofa ( Co Driver) dan Pak Yayan (Driver). Menjelaskan
kendaraan yang kami naiki. Fasilitas bus ini ada mulai dari karaoke, charger
di belakang jok masing-masing, hingga jok yang bisa di geser melebar ke
tengah.
Ada kecelakaan yang menyebabkan tersendat sebentar tapi beruntung bisa tiba
di dermaga Merak 9.50 wib terlambat sebentar saja, kami harus menunggu sekitar
2 jam lagi.
Sekedar info aja terakhir naik kapal ferry itu tahun 1996 an, masih
semrawut kala itu. Dan sekarang ada dua pilihan tersedia, kelas eksekutif atau
kelas non eksekutif. Info dari yang sering bolak balik Lampung Jakarta,
keberangkatan kapal eksekutif dari Merak ke Bakaheuni setiap jam genap, jam 8,
10 dan jam 12 sementara jalur baliknya diberlakukan jam ganjil, jam 7, jam 9
dst. Tapi ini berlaku di hari kerja (setelah konfirmasi ke petugas
lapangan, kalau untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu diberangkatkan 4 kapal,
artinya keberangkatan dilaksanakan setiap jam. Tetapi hari biasa hanya
diberlakukan kapal 3 saja ini yang menyebabkan ganjil genap pengangkutan
penumpang kelas eksekutif.
Untuk kelas eksekutif tarifnya dikenakan Rp.50.000,- kelas
ekonomi Rp. 15.000,- yang membedakan selain harga adalah kebersihannya,
kecepatan kapal dan ketepatan waktu tibanya.
Padahal yang ekonomi itu juga keberangkatannya setiap saat, tapi jadwal
sandar dan kecepatan kapal ferry itu sendiri menyebabkan hampir butuh waktu sekitar 2 jam
atau bahkan bisa lebih dari berangkat hingga sandar tiba. Sementara eksekutif
persis 1 jam 30 menit sudah masuk dermaga awal dan keluar di dermaga tujuan.
Meninggalkan Pebauhan Merak Menuju Bakaheuni |
Tepat pukul 11.30 wib persis menjejakkan kaki di Bakaheuni Lampung. Ga
berbeda dengan Pulau Jawa, panasnya menyengat, poooll
Sempat beristirahat untuk makan siang dan sholat jumat, rumah makan Simpang
Raya yang berukuran lumayan besar sudah tutup. Fenomena yang terjadi
serupa dengan ujung jalan Cikampek dahulu, sejak berlakunya Tol Cipali, mereka
perlahan-lahan harus beralih profesi karena tidak ada pengunjung. Serupa juga
di Lampung, adanya Tol mematikan usah ekonomi sekitar, meskipun ada
perekonomian lainnya yang menggeliat.
Rest Area yang sudah sepi Pengunjung |
Pukul 13.00 wib perjalanan dilanjutkan, tidak melewati tol, tapi jalur
biasa lintas Sumatera menuju kota Kalianda Lampung sembari menikmati
keindahan Gunung Rajabasa dari kejauhan dibawah terik matahari Lampung.
Menuju Lampung Sejenak |
Taunya hanya sebatas terminal Rajabasa, rupanya nama ini berasal
dari nama sebuah gunung yaitu Gunung Rajabasa, yang merupakan gunung berapi
dengan kerucut vulkanik yang terdapat di Selat Sunda di bagian tenggara dari
Sumatra, terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Gunung Rajabasa memiliki puncak kawah dengan lebar 500x700
meter dengan bagian daratan berawa, gunung berapi diselimuti dengan berbagai
vegetasi. Ketinggiannya sendiri adalah 1.281 M.
Mari Kita Ke Lampung Sejenak dan Nikmati Perjalanannya
Kawan.
Untuk ke Lampung ternyata bisa naik bus khusus yang nyaman. Pengen bisa mengunjungi lampung dan melintasi Selat Sunda dengan feri, juga bisa melihat seperti apa Gunung Krakatau dan Rajabasa dari kekauhan. Entah kapan bisa mengunjungi tanah kelahiran suami.
BalasHapusLautnya terlihat tenang.
Mumpung ada alasan pulang.... ke tanah kelahiran suami... jalan2 bareng keluarga menikmati keindahan pulau sumatera, lampung khususnya
HapusHampir ke lampung, tapi akhirnya cmn smpe anyer. Hahahaha . Nt deh, pen rasain nyebrang naik kapal ferry
BalasHapusSeru nyebrang pake feri ke lampung
HapusDi Lampung katanya sudah maju banget ya. Banyak pabrik dan jalan tol udah ada. Gak kalah sama di Jawa. Begitukah ?
BalasHapusYup... ada jalan tol yang mempercepat ke kota meskipun akhirnya mematikan ekonomi sekitar jalan sebelumnya.. jadi ingat kasus cikampek..ketika jalan tol cipali aktif
HapusWahh aku juga pernah meninggalkan jejak kaki di Lampung tepatnya pahawang keren euyy bawah lautnya,mau ke gigi hiu belum terealisasi nie kak, jalannya katanya masih rusak,bener ga tuh.
BalasHapusSaya malah ga nyampe ke pahawang....apalagi ke gigi hiu... hikss.sebentar saja kemarin dilampung kk
HapusSerunya itu pas di kapal penyeberangannya sih. Nikmati pemandangan lautan
BalasHapusBener...karena saya juga jarang menikmati lautan...bagi orang yg sering nyebrang .. biasa aja katanya kk
HapusSekarang katanya kapal ferrynya udah canggih ya bang. Loungenya katanya sama mewahnya sama lounge pesawat. Itu kalo naik yg eksekutif. Saya terakhir naik mobil ke Lampung dari Jakarta itu 2007. Hehehe
BalasHapusIya...yg eksekutif sudah jauh lebih baik ketimbang yg biasa/ekonomi
HapusPerjalan darat sepertinya menyenangkan, lebih hemat kantong juga nih
BalasHapusKalau lewat darat bisa lebih santai mas ahmad
HapusDulu saya pernah nyebrang pake Ferry dari Surabaya ke Bali. Sempet parno keinget film Titanic. Ternyata gak berasa tuh lagi di atas kapal. Wah, belum pernah ke Lampung. Any rekomen destinasi wisata apalagi mas?
BalasHapusYah...ke Lampung juga hanya sekedar mampir sebentar...ga singgah ke banyak destinasi kk...maklum ke lampung menghadiri hajatan kerabat
HapusTarif kapal eksekutif 3 x lipat dibanding tarif kapal ekonomi ya.
BalasHapusSaya itu pengen banget ngerasain nanik kapal laut, sampai Sekarang belum kesampaian
Coba in naik yg eksekutif... nyaman kok kk
HapusAku merasa yang abang tulis ada benar nya, pada "tol mematikan usaha"
BalasHapusBerarti hampir rata di mana2 ya bang. Gak cuma jawa, lambung dan sekitarnya. Bahkan di deli Serdang area sentra oleh-oleh di Kawasan Bengkel juga demikian. Sepi bang
Nah itu dia kk... memang dilema... disatu sisi membangun sisi lainnya akan selalu ada pihak yang dirugikan
HapusBener, keberadaan tol selalu dilematis. Di satu sisi mempercepat transportasi, di sisi yang lain justru mematikan usaha yang sudah berjalan di jalur yang digantikan. Dan tol di Lampung juga begitu ya.
BalasHapusNah itu bang doel..belum ada solusi mengenai masalah ini agar semua pihak merasa win win solution
HapusAsyik jadinya enggak hanya naik bus tapi nyebrang pakai kapal Ferry juga ya. Eh fasilitas busnya buset lengkap ada karaoke, charger di belakang jok masing-masing, terus jok yang bisa digeser melebar ke tengah ini aku penasaran banget kayak gimana joknya pas digeser hehehe
BalasHapusIya..bus nya lengkap fasilitasnya... nyaman dan sopirnya pun ramah bersahabat
HapusPerbandingan harga eksekutif dengan ekonomi kok jauh banget ya
BalasHapusTapi lebih terukur dan bersih serta mewah kok mas...jadi ada harga memang ada rupa juga sich
HapusWAHAHHAHA>. Postingan ini beneran membawaku ke kenangan 2005. Saat itu saya ditugaskan mengerjakan pekerjaan lapang untuk skripsi di Sumberjaya Lampung Barat.
BalasHapusPerjalanan naik bus 38 jam dari Malang meunuju Lampung itu memang sesuatu. Termasuk pertama kalinya saya naik kapal buat nyebrang dan TAKUT saya Bang!
Wah...udah nyoba duluan mas ari..ketimbang saya ..cakep
Hapusselisih harga eksekutif dan ekonomi hanya 35 rb. kayaknya aku mending pilih yg 50rb biar dpt kenyamanan dan kebeersihannya deh mas, hehe
BalasHapusKembali ke kenyamanan dan.kemampuan masing2 ka rini..trims sudah mampir ya
Hapusperjalanan jakarta lampung memang banyak cerita, aku menggunakan bus damri kalo ke jakarta dari pringsewu, malah lebih sering pake travel yang bisa mutus mutus (ngeteng) lebih hemat ongkos.
BalasHapuskalo dari pringsewu ke jakarta kapan pun bisa saja, tapi kalo sebaliknya sebaiknya diatur waktunya, supaya sampai di bakauheni itu pagi atau siang, jangan malam.
Bener banget..kalau sampai malam...lumayan repot kalau bukan yang punya kampung asli
HapusSaya pengen banget ke Lampung. Kalau bisa memang paka ijalur darat dan laut, sih. Lebih seru dan banyak pemandangan indah yang bisa dinikmati. Setiap jalur punya kelebihannya, memang. Yang naik pesawat kkan sudah pernah. Tinggal yg jalur darat ini
BalasHapusKapan2 coba ka susi... seru juga lewat darat ...
HapusSetiap perjalanan selalu memberi pengalaman spiritual baru ya,Kak? Saya belum pernah pergi ke luar pulau menggunakan bis. Mungkin kelak ada kesempatan menggunakan moda darat ke Pulau Sumatra.
BalasHapusCobain kak pake bus...seru loh
Hapussaya sekali naik bis ke lampung waktu kondangan sohib
BalasHapusseru sih naik bis
berangkat malam, sebelum subuh sudah sampai
Cepet kan ya
Hapus