Indonesia memiliki ragam budaya dan kaya akan keindahan keunikannya masing-masing, karena kita terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa. Sudah sejatinya kekayaan ini harus dilestarikan dan salah satu melestarikannya adalah dengan mencatat dan menceritakannya kelak ke generasi-generasi berikutnya. Seperti kesenian Tambur Minang, beruntung saya sempat menyaksikan langsung meskipun bukan dari kota asalnya.
Budaya Tambur ini asli berasal dari
Minangkabau, suku Padang tepatnya. Tapi ketika saya berkunjung ke Padang kala itu
belum ada/tidak menemukan langsung
budaya Tambur. Barulah ketika ada teman kantor yang menikahkan anaknya,
kami berangkat ke Lampung, memenuhi undangan beliau dan menikmati budaya Padang
berupa Tambur disana.
Seperti yang sudah sebutkan diawal, Tambur
atau sebagian menyebutnya Tambua merupakan kesenian tradisional dari
Minangkabau, biasanya kesenian ini terdiri dari gendang yang diolah menggunakan
kayu bulat yang dilubangi dan diberikan kulit kambing atau sapi dibagian atas
dan bawahnya. Setidaknya ukuran sebuah Tambua ini memiliki diameter antara
40-50 cm dan memiliki panjang 60-70 cm. Cara memainkannya sederhana yaitu
dipukul dengan tongkat bagian atas dan bawahnya sehingga menghasilkan sebuah
bunyi.
Setidaknya saya menyaksikan kesenian Tambua
kurang lebih 1-2 jam, Tambur ini, yang
akhirnya saya ketahui namanya melalui brosing-brosing di dumay. Secara saya
sendiri sempat menanyakan ke yang punya hajat dan beberapa teman berasal yang
notabene berasal dari Padang, sulit juga untuk dapat penjelasannya.
Kesenian Tambua ini biasanya dilakukan pada
acara tertentu saja rupanya, patut ketika berkunjung ke Padang tidak
menemukannya langsung (terjawab sudah). Tambua dilakukan dalam acara seperti
mengarak pasangan pengantin, pawai khatam Alquran, pawai hari kemerdekaan dan
beberapa acara penting lain.
Sepengamatan saya, Tambur minang ini
terdiri dari beberapa orang. Kala itu hampir semua pesertanya adalah pria, tapi
tidak tertutup kemungkinan wanita (ini saya ketahui setelah brosing-brosing
juga didumay). Beberapa Orang memeluk
Tambur atau Tambua, gendang besar berukuran kurang lebih 40-50 cm kalian
bayangin Bas Drum tapi mainnya di peluk dan dipukul bagian atas dan bawahnya.
Setidaknya kemarin ada 8 orang kemarin
membentuk 2 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 4 orang
berhadap-hadapan. Dengan satu lagi pemain Tansa, sebagai leader instrumennya.
Tansa sendiri adalah alat musik pukul juga yang berupa bejana berbentuk kuali
besar berdiameter 14 inch, Tansa terbuat dari alumunium dengan permukaan yang
ditutup kulit tipis. Tansa kalau di Drum seperi Snare yang bunyinya lebih
nyaring dan dominan ketimbang Tambur. Komando keseluruhan musik ada di Tansa.
Jadi kalau kalian perhatikan, Tansa yang memimpin didukung oleh tetabuhan bunyi
Tambua-Tambua.
Sumber Gambar Tambur Minang dari Merdeka(dot)com |
Jadi karena ini alat musik pukul (diatonis)
yang menghasilkan ketukan-ketukan, alhasil mereka hanya memainkan ketukan
dengan tempo yang bervariatif. Seru juga, ketika tempo dari lambat, berjalan
pelan ke moderat dan terakhir cepat dan ditutup sangat cepat lalu kembali ke tempo lambat lagi, perasaan kayak diaduk-aduk gimana gitu. Jadi tidak hanya penonton
yang keasikan melihat bunyi-bunyian saling bersaut-sautan, bahkan pemainnya
sendiri pun ikut asik sendiri bahkan sampai ada yang hilang kesadaran (kesurupan) dan
ini saya saksikan sendiri di depan mata saya.
Tapi kalau menurut saya pribadi, mereka
kesurupan (atau semacam itu) karena mereka keletihan hampir selama 1-2 jam
menabuh tambur terus menerus sekaligus mereka juga menikmati dan hanyut dalam
suasana yang dimainkan. Sehingga dari kacamata saya tidak melihat adanya unsur
mistis atau sejenisnya, ga tau juga kalau diawal permainan ada disematkan ya.
Sekilas Mengenai Bandar Lampung.
Tidak memerlukan waktu lama untuk mencapai kota Bandar Lampung,
berangkat pagi jam 7.00 wib, tepat makan siang kita sudah menjejakan kaki di
Pelabuhan Bakaheuni, Lampung. Tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di kota
Bandar Lampung itu sendiri.
Dari Wikipedia saya jadi tahu bahwa Bandar Lampung adalah sebuah kota di
Indonesia sekaligus ibukota dan kota besar di Provinsi Lampung. Bandar Lampung
juga merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di Pulau Sumatera setelah
Medan dan Palembang menurut jumlah penduduk, Lampung juga termasuk salah satu
kota besar di Indonesia dan kota terpadat diluar pulau Jawa. Secara gerografis
kota Lampung menjadi pintu gerbang pulau Sumatra, Lampung sendiri memiliki
andil dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik
dari Jawa menuju Sumatra dan sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan penginapan kalau kita sudah berada disana, tenang bro
dan sist, Kota Bandar Lampung yang memiliki luas wilayah daratan 169,21 km2 dengan 20 buah Kecamatan dan 126 Kelurahan
sudah hadir OYO Rooms disana.
Masih dari Wiki OYO Rooms, umumnya dikenal sebagai OYO, yang adalah
jaringan layanan perhotelan dan hotel hemat di India. Didirikan pada 2013 oleh
Ritesh Agarwal dan sejak itu berkembang menjadi lebih dari 8.500 hotel di 230
kota di India, Malaysia, Nepal, Cina, dan Indonesia.
Lainnya mengenai Perjalanan Ke Lampung
Mampir Sebentar Di Lampung Menikmati Pantai Mutun
Menikmati Durian Lampung
Sumber Pendukung
https://www.viva.co.id/blog/budaya/976822-mengenal-kesenian-tambua-ranah-minang
https://www.cendananews.com/2016/12/grup-seni-tambua-tansa-ppsb-angkat-kearifan-lokal-minang-di-jakarta.html
Aku paling suka kesenian daerah seperti ini. Apalagi kalau masyarakat juga support pengembangannya jadi tidak dilupakan generasi selanjutnya.
BalasHapusKalau bukan kuta yang menyukai budaya kita...lalu siapa lagi... semoga kita semua suka akan budaya kita
HapusTanbur minang ni ternyata mirip2 kayak rombongan pengantar di budaya betawi ya Bang? Awalnya ini di Padang, trs baca lagi kedua kalinya baru paham. Ohalah, ni di Bandar Lampung.
BalasHapusBtw sy jadi inget, pernah 6 bulan di Sumberjaya Lampung Barat :) Penelitian skripsi di kebun kopi rakyat..
Bah... lama juga ya di lampung...6 bulanan ... saya kemarin ke kemiling
HapusIndonesia emang unik ya. Kalau di tempat saya ada janengan. Kesenian mirip tambur namun yang memainkan orang tua dab berlangsung di malam hari
BalasHapusNamanya beda...tapi kebudayaan dan maknanya ga jauh2 banget ya
HapusSeru loh bias menyaksikan kesenian tradisional yang udah langka banget. Btw, ak baru ngeh kalo OYO itu asalnya dari India nehi-nehi toh...
BalasHapusSama saya juga baru tau oyo dari india... kirain produk kita
HapusTambun apa tambur kak wkwkw beda makna ya tambur ini seperti main rebana atau gendang besar ya wahh menarik sekali kalau bisa lihat acara seperti. Makasih kak atas share budaya lampung semoga selalu dilestarikan sehibgga budaya ini teejaga dan tidak punah
BalasHapusJangan sampe punah... nanti kasihan anak cucu kita yang ga kenal lagi sama kebudayaannya
HapusMirip-mirip budaya melayu juga tambur ini ya bang kornel. Kalo di melayu kita ada gendang rebana juga.
BalasHapusYap..serupa lah... beda beda tipis
HapusBudaya Acara seperti ini apakah merata untuk semua kalangan atas dan bawah min?
BalasHapusSepertinya merata untuk semua golongan mas kholis
Hapussaya sangat suka pertunjukkan seni, semoga bisa diturunkan ke generasi berikutnya. Tentang OYO saya suka pakai OYO juga lho
BalasHapusYup... coba dishare pengalaman menggunakan oyo ka...nanti saya ceritakan juga pengalaman saya menggunakan oyo ya...
HapusKemana aja udah mudah ya,, nginap tinggal minta bantuan OYO beres deh, jd gak sabar pingin berangkat liburan.
BalasHapusYuks...liburan bersama keluarga pasti menyenangkan
HapusBudaya daerah jangan sampai punah. Saya yang tinggal di Jakarta pun udah jarang banget lihat budaya Palang Pintu di pernikahan adat Betawi. Kasihan anak cucu kita nanti kalau sampai budaya kita ga ada lagi
BalasHapusBener...kasihan anak cucu kita kalau hanya mendengar ceritanya saja..tanpa dapat melihatnya langsung
HapusAku sebagai urang sumando kok ndak tahu yo soal tambur iko. Dulu pas nikah sambutnyo jo tari piriang se.
BalasHapusAyo da..cari tau tentang kebudaayaan tambur
HapusSaat menikah secara adat di kampung halaman, keluarga saya juga mempersembahkan tambur. Hehehe. Sekarang gak perlu repot mikirin penginapan murah kalo mau pelesiran ke luar kota atau luar daerah, OYO udah ada di mana-mana.
BalasHapusOoooo....yg punya adat tambur kk nya... seru ya pastinya
HapusWah kalo gak nemu artikel ini aku nggak tau tuh tambur itu apaan... Hihi taunya petamburan. Lah itu kan nama tempat yaa. :v
BalasHapusHahahaha...untung juga ga tambun ya.. nama daerah di bekasi kk
HapusSaya pernah baca mengenai tambur tapi sekilas saja karena tidak tahu bentuknya kayak apa, lah cuma sebut nama doang tanpa penjelasan foto dan detailnya.
BalasHapusSenang baca ini jadi bisa tahu kayak apa. Ternyata seru juga, ya. Jadi pengen lihat langsung acaranya. Suami saya lahir dan berasal dari Lampung. Sekarang tinggal di Garut bersama istri dan anak tercintanya, kami belum pernah berkunjung bertiga ke Lampung. Semoga jika kesempatan itu ada, kami bisa sekalian melihat tambur. Harus pada saat tertentu rupanya.
Amin..semoga kesampaian ya
HapusWah saya 10 tahun di Palembang hanya lewat saja jika ke Lampung ketika saya akan menyeberang dari Bekauheuni ke Merak...
BalasHapus.
Sepertinya Lampung menarik untuk dikunjungi karena atraksi wisatanya. Kebetulan saya suka traveling dan suka sekali jika bisa melihat atraksi wisata yg menggambarkan ciri khas suatu daerah..makasih ya infonya..pasti sy akan berkunjung ke Lampung ..
Sama..saya juga beberapa kali lewat... ini aja baru mampir
HapusAku baru tau ada kesenian yang namanya tambur. Biasanya acara penting apa aja ya yang ada pementasan taburan ini selain khataman Al-qur'an?
BalasHapusBeberapa seperti penyambutan kepala daerah
Hapusdulu waktu masih anak anak saya senang memainkan alat ini, bunyi nya seperti bass, apalagi jika dibarengi dengan bnyk kelompok dan alat musik lain, suara yg didengarkan pasti merdu
BalasHapusWah..pemain musik juga... dan memang semakin banyak alat musik semakin merdu dan meriah bunyinya
HapusBener kak... Orang baik itu rejekinya akan baik. Ini seperti hukum alam, bahwa siapa yang menabur pasti akan menuai. Thanks sharingnya kak
BalasHapusSip..sama2 ka
HapusSaat ini sudah semakin sedikit yang pada saat melaksanakan resepsi menggunakan hiburan rakyat secara adat. hanya orang orang tertentu yang tergolong pada menengah keatas yang masih menggunakan acara adat. padahal untuk melestarikannya sangat penting sebagai upaya mempertahankannya tetap adadan eksist.
BalasHapusboleh juga dicoba hotel fasilitas OYO nya, selama ini belum tahu.
Nah itu dia..fungsi kita sebagai generasi penerus untuk melanjutkan kebudayaan
HapusWah unik sekali budayanya
BalasHapusJadi tambur ini semacam musik iring-iringan pengantin ya
pasti bakalan semarak banget acaranya kalau dilengkapi dengan tambur
Jadi pengen lihat langsung deh
Beberapa acara lain juga menggunakan tambur dan memang jadi lebih semarak acaranya
HapusBaru baca saja terasa keseruannya kesenian tambur minang ini. Apalagi lihat langsung. Pasti menjadi pengalaman berharga.
BalasHapusIya ... lebih seru bisa liat langsung
HapusPaling suka melihat pertunjuksn daerah kalau ada hajatan. Aku orang minang yang tinggal di Lampung saat ini. Melihat ulasan ini membuatku rindu kampung halaman.
BalasHapusKemarin saya menyaksikan budaya ini juga ketika lagi di Lampung kk rika
HapusMenarik banget nih tanah minangkabau
BalasHapuslebih tepatnya Budaya Indonesia semuanya menarik ya kak...makanya banyak wisman tertarik untuk berkunjung ke negara kita
HapusPunya rencana ke tanah minang, tapi belum kesampaian.. semoga akhir tahun ini bisa kesana
BalasHapusamin.. amin.. saya doakan kesampaian ya mas
Hapus