Masih
belum sembuh dari Flu berat tapi sudah ke Puskesmas dan diberikan beberapa obat
generik. Ya jadi efeknya tidak terlalu cepat membaik, ada perubahan tapi
perlahan-lahan.
Alhasil
jam istirahat pun masih berantakan, apalagi aktivitas hari ini lumayan padat
mukai dari menemani istri kontrol ke RSCM lanjut ke kantor, alhasil pulang
ngantor tenaga mulai kepayahan dan jatuh tertidur. Jelang jam 23.00 wib
terbangun. Makan malam dan menikmati sajian layar kaca yang tersedia. Sehari
sebelumnya saya menyaksikan Alladin dan hari ini TV Lokal menyajikan drama
psikologi kriminal Alex Cross.
Cerita
Kriminal Ala Alex Cross.
Judulnya
ga menarik untuk disimak sebenarnya, siapa sich Alex Cross ini. Sampai
ketika menyaksikan 15 menit pertama film ini, penasaran endingnya akan seperti
apa? Rupanya usut punya usut film ini diangkat dari sebuah novel yang ditulis
James Patterson dengan tokoh protagonisnya Alex Cross. Alex ini seorang
detektif yang memiliki latar belakang psikologi. Jadi ingat film seri Criminal
Minds yang juga kumpulan dari beberapa ahli psikologi.
Alex
Cross, atau DR Alex Cross ditugaskan untuk menangani sebuah kasus
pembunuhan. Nah si pembunuh ini memiliki ketrampilan diatas rata-rata. Jago
banget, skil berkelahinya tinggi, skill penggunaan senjatanya ok,
kemampuan masuk menerobos tanpa terdeteksi. Pokoknya pembunuh dengan
sebutan Piccaso adalah highly recomendded killer.
Sumber gambar Jagat review (dot) com |
Piccaso
disematkan kepadanya karena ia senang meninggalkan sketsa korbannya selama
disiksa.
Alex
Cross, Tommy dan Monica (mereka ini satu tim di kepolisian
Detroit) berhasil mengindentifikasi sasaran berikutnya dari Picasso. Hal
ini membuat Picasso berang dan murka sehingga memutuskan untuk membunuh istri
Alex yang sedang hamil. Bahkan sebelum menghabisi istri Alex, Picasso terlebih
dahulu "menguliti" Monica.
Terbawa
dalam emosional, Alex berjanji akan mencari Picasso kemanapun dia pergi. Bahkan
dalam sebuah percakapan antara Alex dengan sang ibu terucap "aku akan
membuat neraka baginya agar bisa mengantarnya (Picasso) ke
surga."
Alex
tidak mau kehilangan lagi orang yang dikasihinya satu persatu. Dan jawaban
genderang perang Alex disambut Picasso, "jika kamu membalas dendam,
setidaknya sediakan dua lobang kubur, yang satu untuk mu dan sisanya
untukku."
Tomy
yang rupanya kekasih Monica, juga merasa berang, jengkel dan dendam terhadap
kelakuan Picasso. Bersama mereka menelusuri dan membongkar kasus ini.
Picasso sedang beraksi (sumber gambar dari tribun) |
Menyaksikan
Film Alex Cross ini memaksa penonton untuk menyimak dan berfikir kemana
endingnya. Bagaimana menemukan benang merah keseluruhan cerita.
Sederhana
saja, rupanya mereka harus menelusuri mulai siapa penyuplai atau pembuat obat jenis TTX Picasso ini. Karena dalam melakukan aksinya Picasso menyiksa korbannya
dan membuat korban tetap tersadar tanpa mampu berteriak atau berbuat
sesuatu.
Langkah
berikutnya, cari tahu siapa yang ahli dalam hal tersebut, Picasso
hanya tahu satu orang saja sementara Alex mengenal orang yang mengetahui
semua ilmuwan yang menguasai bidang TTX.
Dapat.
Cerita
semakin seru dan menegangkan, Alex harus menyelami pikiran si Picasso, kalau
jadi dia langkah apa yang diambil dan target berikutnya apa?
Siapa
sangka, ketika Alex mengetahui pola si Picasso dan langkah berikutnya bahkan
Alex berhasil mengalahkan Picasso.
Sampai
disini saya pikir cerita selesai, rupanya ada keanehan dibagian endingnya.
Ada intrik politik yang disematkan dalam keseluruhan cerita.
Iya
intrik seorang politikus yang menghindari kebangkrutan dengan berbagai
macam cara salah satunya menggunakan jasa Picasso ini. Salahnya adalah kasus
melebar ketika istri Alex dan Monica menjadi korban.
Kalau
melihat dari sutradara yang membuat film ini yaitu Rob Cohen,
ekspektasi saya jadi berubah kok sesederhana itu jalan ceritanya. Secara sebelum
ini Om Rob Cohen sendiri membuat The Fast and the Furious, XXX hingga
Stealth.
Tanggal
rilis:
19 Oktober 2012 (AS)
Genre:
Laga, kriminal, misteri
Durasi:
101 menit
Sutradara:
Rob Cohen
Pemeran:
Tyler Perry (sebagai Alex Cross), Matthew Fox (sebagai
Picasso), Edward Burns (sebagai Tomy), Rachel Nichols (Sebagai Monica)