Dalam salah satu bagian buku ini, dr. Wahidin
Soedirohoesodo berujar sebagai dokter ia merasa tidak berguna bagi kemajuan
bangsanya. Bangsa ini tetap terlelap dalam impian kacau tapi indah.
Sebagai dokter ia tidak bisa hanya menyembuhkan luka pada pasien tapi
juga harus menyembuhkan luka sebuah bangsa yang sedang sakit. Ini lah cikal
bakal setelah 30 tahun menjadi dokter dr. Wahidin berkecimpung dalam sebuah
organisasi.
Nah dr. Wahidin ini salah satu tokoh yang menginspirasi
bagi Dr. Soetomo agar mendirikan sebuah organisasi. Sementara orang Tiongkok
sudah berorganisasi sejak tahun 1900 Tiong Hoa Hwee Koan (THKK) dan orang Arab
sudah mendirikan Sumatra Batavia Alkhairah pada tahun 1902.
Di awal halaman jadi tahu bahwa sebenarnya nama pertama
dr. Soetomo itu ada Soebroto karena nama itu digunakan untuk masuk sekolah dan
ditolak maka Soebroto mendaftar kembali dengan nama Soetomo dan (anehnya) lolos.
Tepat pada tanggal 20 Mei 1908 rapat pembentukan
organisasi Boedi Oetomo disalah satu ruangan kelas STOVIA. Baru pada
tanggal 5 Oktober 1908 Boedi Oetomo menyelenggarakan kongres mereka yang
pertama dan menentukan susunan kepengurusan. Bahkan Tjipto Mangoenkusumo yang
berprofesi dokter di Demak ikut membidani lahirnya organisasi ini.
Dalam perjalanannya Tjipto merasa ada yang kurang dengan
organisasi ini, akhirnya bersama orang Indo yang berfikiran radikal Douwes
Dekker dan Soewardi mendirikan Indische Partij, partai politik pertama di
Indonesia.
Memang selain menjajah bangsa kita, ada juga beberapa
orang Belanda yang berbaik hati untuk kemajuan bangsa ini. Salah satunya
adalah Mr. Conrad Theodore Van Deventer yang antusias dengan kelahiran Boedi
Oetomo bahkan ia berujar "Het wonder is geschied, insulide, de schooner
slaapter is ontwaakt" suatu keajaiban telah terjadi, putri jelita (sebutan
untuk STOVIA) yang tidur itu. Halaman 24.
direktur STOVIA Dr. H. F. ROLL |
Bahkan ketika dr. Soetomo hendak dikeluarkan dari STOVIA
direktur STOVIA sendiri Dr. H. F. ROLL membelanya dan perjuangan Boedi
Oetomo. Bahkan Dr. Roll memberikan sumbangan agar kongres pertama Boedi Oetomo
berjalan lancar. Kongres pertama Boedi Oetomo sendiri berlangsung pada tanggal
3-5 Oktober 1908 (berarti memang dari dulu udah ada kongres dan kegiatan
sejenis yang dilangsungkan lebih dari satu hari dan memakan biaya banyak).
Perjalanan hidup terus membawa Dr. Soetomo untuk menimba
ilmu dan berbagi ilmu pada saat bersamaan keliling pulau yang ada di nusantara.
Bahkan ia sempat mempersunting gadis Belanda sebagai istri, Everdina
Johanna Bruring dan dipisahkan maut pada tahun 1934.
Dr. Soetomo sendiri sepulangnya dari Belanda aktif
kembali di Boedi Oetomo dan akrab juga dengan organisasi awal Muhammadiyah,
bahkan ia pula yang mengelola poliklinik Muhammadiyah cikal bakal Rumah Sakit
Muhammadiyah saat ini. Halaman 40.
Selama bersekolah di Belanda, Dr. Soetomo berkenalan dan
aktif di Perhimpunan Indonesia (PI) disini ia bergaul dengan Mohammad Hatta,
Ahmad Soebardjo dll.
Setelah mendapatkan diploma kedokterannya, Dr. Soetomo
menjadi asisten ilmu dermatologist dan terus memperdalam keahlian dibidang
penyakit kulit dan kelamin (baru tahu rupanya beliau adalah spesialisasi
penyakit ini).
Dari buku Kak Anom Whani Wicaksana ini saya jadi
tahu, Dr. Soetomo tidak hanya aktif sebagai dokter dan politikus. Rupanya dunia
jurnalis a.ka ke-wartawanan ia geluti juga, bahkan ia sempat menjadi Pemimpin
umum surat kabar bulanan Soeloeh Indonesia dan masih ada beberapa surat kabar
lainya (hal.58).
Soetomo juga menuliskan segala keluh kesahnya untuk
memajukan Indonesia melalui media, hmmm serupa dengan Om Pramoedya juga, yang
menyatakan cita-citanya dengan menggunakan pena dan pers.
Dr. Soetomo sendiri ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional
melalui SK Presiden No 657 pada tanggal 27 Desember 1961. Beliau sendiri wafat
pada tahun 1938, empat tahun setelah kepergian istri tercinta. Tepatnya Dr.
Soetomo meninggal pada bulan Maret 1938 diusia 49 tahun tanpa meninggalkan
keturunan.
Ciri khas kepemimpinan Dr. Soetomo yang ditulis kak
Anom yaitu kemampuannya menyesuaikan diri, walaupun mengalami tekanan dan
kondisi yang sangat kompleks. Ia memikul beban yang berat sehingga ia sering
kecewa ketika melihat betapa sulitnya para pemimpin lain menerima pemikiran
beliau.
Salah satu buku yang menginspirasi Dr. Soetomo adalah Max Havelaar
tulisan dari Multatuli (kayaknya saya punya buku ini tapi belum sempat dibaca).
Oh iya sebagai pengantar penutup tulisan saya,
Boedi Oetomo itu sendiri artinya adalah "berbudi luhur"
terinspirasi dari ceramah dr Wahidin "Punika setuggaling padametan sae
sarta nelakaken budi utami!" Yang artinya "itu adalah suatu perbuatan
yang baik dan menunjukkan keluhuran budi".