Ilustrasi dari piaxabay(dot)com |
Pandemi Covid 19 memaksa orang untuk tinggal dirumah,
namun hal ini tidak mematikan kreativitas-kreativitas pegiat medsos yang
sudah ada. Koh Ernest Prakarsa melalui IG Live TVnya bekerja sama dengan
Ka Asma Nadia berbagi tips dan trick serta semangat dalam
dunia kepenulisan. Sebenarnya ada beberapa penulis yang ia ajak selain ka
Asma Nadia tapi di hari yang berbeda.
Rupanya dari beberapa penulis yang ia ajak
interaktif di IG nya koh Ernest, saya hanya menyempatkan dan kebagian ilmunya
Ka Asmanadia. Berikut catatan saya.
Asmandia sendiri kurang lebih saat ini sudah menulis 59
buku.
Ketika Ernest menanyakan buku pertama yang ia buat dan
kesannya? Kalau ga salah tahunnya itu 1999 dengan cover tipis dan kualitas
kertas yang masih buruk pada saat itu. Tapi dari pengalaman ini, kak Asma
sendiri jadi paham dan perduli dengan kualitas sebuah buku.
Lalu Koh Ernest menanyakan, buku ke berapa best
seller? Siapa sangka buku pertama saja Ka Asma sudah memperoleh best seller,
kueren.
Ka Asma sendiri memiliki trik untuk menerbitkan sebuah
buku.
Mulai dari mengantarnya sendiri ke penerbit dan jangan
menyerah ketika ditolak penerbit sembari mencari tahu alasan kenapa ditolak.
Dan perhatikan judul dari tulisan yang kita buat, karena judul mengambil
peranan yang sangat penting.
Ada anggapan Judul itu harus uni dan relate seperti
surga yang tak dirindukan, assalamualakum beijing... apakah ada teknik khusus
dalam penentuan sebuah judul?
Tips khusus ka Asma sendiri tidak menerapkan. Tapi dalam
membuat judul yang sering ia perhatikan adalah
^ menggambarkan tapi tidak membocorkan isi cerita.
^ membuat banyak cadangan judul.
^ sebisa mungkin judul tidak hanya menarik untuk buku
tapi usahakan megah juga dilayar lebar.
Ka Asma mengambil sebuah contoh "Derai Sunyi"
diganti judulnya menjadi "Bidadari Berbisik" dan lebih menggigit
mrnurutnya.
Sementara Surga yang tak dirindukan awalnya berjudul
istana ke dua.
Untuk mendapatkan judul terbaik, ia menyarankan agar
belajar eksplorasi kata. Ia sendiri dalam menentukan sebuah judul terkadang
didepan sebelum menulis sebuah cerita atau beberapa dibelakang setelah jadi
sebuah tulisan.
Lalu untuk melakukan tes ombak terhadap sebuah karya,
biasanya Ka Asma mencoba membaginya ke group yang ia miliki. Saat ini ia
memiliki Komunitas Bisa Menulis di Facebook dengan anggota sekitara 800
ribuan orang.
Karena pekerjaan penulis yang tidak memiliki atasan
langsung a.ka bos, ada baiknya mengikatkan diri pada komunitas biar lebih ada
ikatan dan rasa tanggung jawab.
Ernest sendiri penasaran, sebagai seorang penulis,
sekelas Asma Nadia apakah ia memiliki karya favorit sendiri yang sudah ia
hasilkan? Ada dong, untuk cerpen, ia favoritkan "aku ingin naik
haji", "catatan seorang istri" sebab dari cerpen ini yang
membuat ia mendapatkan pembaca dari berbagai golongan.
Atau lain lagi karyanya "bidadari yang
berbisik" ini juga salah satu favoritnya. Idenya sendiri berasal dari Head
Line sebuah koran tentang pembunuhan pembantu di Surabaya. Dan
hasil otopsinya kala itu ditemukan kotoran manusia di kerongkongan.
Untuk karya yang terakhir ini, Kak Asma tidak melakukan
riset, ia hanya adaptasi dan digabungkan dengan kekuatan imajinasi.
Lalu bagaimana mengatasi generasi medsos yang tidak suka
membaca?
Hmmm, ka Asma sendiri sampai saat ini mempertahankan
kebiasaan membaca. Dulu ia harus selesai membaca 1 buku. Saat ini harus satu
bagian selesai. Karena menurutnya membaca dan menulis adalah sebuah kegiatan
yang berdampingan.
Membaca itu ia lakukan seperti snacking sedikit
tapi sering.
Sementara trik lainnya yang ia lakukan ketika traveling
mencari karya penulis penulis lokal daerah yang ia kunjungi.
Terkait beberapa penulis yang takut untuk memulai
menulis karena khawatir dengan komentar netizen yang pedas, bagaiamana
pandangan ka Asma sendiri?
Ia (Kak Asma Nadia) sendiri belajar menulis
secara otodidak. Ia sendiri mengakui orang yang membenci kita banyak tapi ada
juga yang tidak membenci tetapi memberikan kritik yang membangun. Ini yang
perlu dibedakan antara kritik dan benci ya.
Penulis sendiri harus tahu kekurangan dan kelebihan
karya yang ia hasilkan.
Ka Asma sendiri menerima kritikan yang membangun, untuk
yang membencinya ia menolak untuk sakit hati. Alih alih sakit hati ia memilih
bahagia untuk terus berkarya dan produktif setiap saat.
Dari kritik yang datang, ia terima substansinya dan
mempelajarinya agar menjadi lebih baik lagi. Karena ketika seseorang merasa
puas atau merasa hebat akan mematikan proses kreatifitas itu sendiri.
Terakhir ia menutup, baginya Menulis itu adalah
berjuang.
Lihat ke bawah untuk selalu dapat mengucap syukur. Kalau
sedang sombong lihat keatas.
Sekelas Asmanadia saja bilang siapa saya, saya kan belum
sekelas JK. Rowling.
Sebelum menutup, Ka Asma membagikan tips untuk
menulis cerpen.
^ buat out line.
·
pertumbuhan dari
paragraph-paragraph
·
Tahapan dan cerita.
^ perlu seting khusus
·
Horor ... malam hari
·
Setting waktu dan tempat mendetail.
^ memulai dengan adegan terbaik.
·
Opening yang memikat.
·
Opening harus kuat untuk membuat orang
stay dan pembaca tidak beralih.
^ Bagian penting dalam sebuah tulisan (cerpen dan
novel)
·
Judul, opening dan ending.
Ending sendiri mengetahui kekuatan atau kelemahan
seorang penulis.
Dalam sebuah tulisan / karya, letakkan empati
didalamnya, ajak pembaca untuk merenung dan memikirkannya.
Lalu bagaimana dengan writers block?
^ break sesaat cari suasana baru.
^ cari sumber kebuntuan.
^ cari jam biologis yang semangat untuk menulis.
^ menulis itu seperti meneliti, siapkan referensi dan
riset. Jika sedang hadir writers block, lakukan saja riset nya
atau referensinya sehingga dapat ide untuk meneruskan karya tulisan.
Ka Asma menyarankan untuk
penulis pemula membaca buku "101 dosa penulis pemula" buku
ini sangat membantu menurutnya.
Terakhir ia menutup "MULAILAH MENULIS"
KETAKUTAN TIDAK MENGHASILKAN SESUATU SEMENTARA
KEBERANIAN MENGHASILKAN KEAJAIBAN.
Salam Menulis.