Rabu sore ini adalah jadwal saya untuk menjadi tuan rumah (secara virtual) Perpulungen Jabu-Jabu (PJJ) secara harafiah perkumpulan rumah tangga. Biasanya PJJ ini diadakan satu minggu sekali di luar kebaktian minggu pada umumnya. Untuk tuan rumah digilir masing-masing anggota jemaat dengan topik bahasan yang berbeda dan sudah ditentukan sebelumnya oleh Moderamen GBKP (Gereja Batak Karo Protestan).
Tetap Bersatu Didalam Kristus.
Topik yang akan dibahas sore nanti, mengambil bahan dari
1 Korintus 1 ; 10-17. Membaca kitab Korintus secara garis besarnya adalah membahas
mengenai perpecahan yang akan / sudah terjadi.
Jadi Rasul Paulus memberi nasihat agar kita dalam
perkumpulan seia-sekata dan jangan ada perpecahan tetapi harus erat bersatu dan
sehati sepikir (ayat 1).
Hal ini berawal dari adanya informasi yang sampai ke
Paulus bahwa jemaat di Korintus pada saat itu sedang ada perselisihan. Bukan perselisihan
perbedaan pendapat tetapi perselisihan yang satu merasa lebih baik dari yang
lain, “aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos atau golongan Kefas (nama lain Petrus).”
Golongan Paulus memiliki pengetahuan yang luar biasa (terpelajar) sementara Apolos memiliki kepandaian dalam hal retorika (kemampuan dalam hal berbicara) sementara golongan Petrus, hamba Tuhan yang paling senior atau sangat senior. Lalu golongan Kristus adalah golongan yang merasa (paling) setia dengan Kristus.
Memang tidak dapat dipungkiri saat ini membedakan diri
dan membuat diri terasa lebih ketimbang yang lain sudah bukan menjadi rahasia
umum. Seolah-olah ketika kita menyebutkan kita dari golongan mana akan membuat kita
mendapatkan priveledge/fasilitas tertentu.
Contoh sederhananya sangat terasa di birokrat PNS,
bagaimana kaum berseragam yang menunjukkan golongan mana mereka berasal
terkadang bertindak dan berbuat seenak maunya. Tidak perduli akan membuat malu
atau mencoreng seragam mereka kelak, selama masih bisa dimanfaatkan untuk
mendapatkan fasilitas tertentu mengapa tidak dimanfaatkan.
Pun tidak berbeda dengan birokrat-birokrat lainnya,
bahkan bukan tidak mungkin terjadi dalam lingkungan gereja, yang merasa
seolah-olah gereja adalah milik-nya karena jabatan yang dianut, karena senioritas
atau karena kedekatan dengan pendeta. Sehingga merasa diri dan golongannya
lebih baik dari yang lain dan menjadi akar cikal bakal menimbulkan perpecahan.
Bahkan tidak luput juga gereja-gereja mengalami hal
serupa, merasa gereja A lebih baik dari gereja B. Gereja yang satu lebih
diberkati ketimbang gereja lain.
Kembali diingatkan dari bacaan kita bahwa kata kuncinya adalah ”agar kita dalam perkumpulan seia-sekata dan jangan ada perpecahan tetapi harus erat bersatu dan sehati sepikir”. Tidak memandang kita lebih ketimbang yang lain atau sebaliknya. Tidak memandang kita yang perlu dilayani tanpa menyadari bahwa seharusnya kita adalah menjadi pelayan bagi yang lain.
Karena sudah sepantasnya keragaman (perbedaan) yang ada
dan terjadi bukan untuk dipertentangkan tapi menjadi sebuah alat untuk saling melengkapi
dan menjadikan diri/gereja lebih baik. Agar gereja dan jemaat tumbuh menjadi
lebih baik dan berguna bagi kehidupan sekitarnya.
Lalu ada pertanyaan yang harus dibahas.
Apa yang membuat timbul perpecahan di Korintus? Sudah jelas
bahwa mereka menganggap golongan yang satu lebih dari yang lain. Golongan
Paulus lebih dari Golongan Kefas dan sebaliknya.
Apa yang harus kita lakukan agar tidak jadi perpecahan
seperti di jemaat Korintus?
Setidaknya dari gambaran jemaat Korintus, saya pribadi
belajar untuk tidak menganggap diri sendiri atau gereja kita lebih ketimbang
yang lain. Setiap jemaat, setiap pribadi memiliki keunikan masing-masing,
ada yang berbakat dalam pelayanan diakonia, atau baik dalam pujian dan
penyembahan dan lain sebagainya.
Sudah seharusnya keunikan yang ada dan terjadi diangkat
sebagai sebuah pemersatu bahkan lambang negara kita Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika, berbeda namun tetap satu bukan. Keunikan yang seharusnya membuat kita /
gereja tetap bersama dan saling melengkapi. Karena saling melengkapi inilah
yang menjadi tujuan Yesus hadir bagi gereja.
Dan menjadikan Yesus Kristus sendiri sebagai pusat. Banyak gereja
terpecah karena menjadikan liturgi, doktrin bahkan pendeta sebagai pusat bukan
Kristus itu sendiri. Penting untuk menjadikan Kristus sebagai pusat agar
jemaat/gereja tidak terkotak-kotak.
Salam bersatu padu dalam Kristus Yesus Tuhan kita… Amin