Anak adalah anugerah Tuhan, bersyukur para wanita yang diberikan kepercayaan untuk menjadi seorang ibu. Yang belum menjadi ibu jangan berkecil hati, mungkin hanya masalah waktu. Kalaupun tidak, tetap takdir seorang perempuan adalah menjadi ibu dengan tetap mendidik, memberikan perhatian kepada lingkungan sekitaran.
Karena sebagai wanita, peran yang harus diemban sangat tidak mudah, tidak hanya menjadi tulang rusuk pasangan namun juga ikut repot mengurusi rumah tangga.
Satu hal yang perlu diberikan garis bawah dalam hal mendidik anak adalah ini kerja bersama. Anak membutuhkan figur orang tua, ayah dan ibu dalam fase tumbuh kembangnya.
Ini adalah proses pembelajaran terus menerus dan seumur hidup. Setiap anak berbeda dari lahir dan dengan keunikan masing-masing, hampir sebagian besar orang tua sudah paham akan hal ini. Tetapi ketika berhubungan dengan anak sehari-harinya pasti sangat tidak mudah.
To Do List Membangun Komunikasi Yang Baik Antara Anak dan Orang Tua.
Komunikasi salah satu peranan yang penting dan menjadi faktor krusial dalam tumbuh kembang anak. Bahkan beberapa rela mengikuti terapi dan sesi konsultasi demi melihat buah hati belum lancar atau terlambat untuk dapat berkomunikasi.
Melansir salah satu media online Antara News, komunikasi yang baik antara anak dan orang tua akan berpengaruh kepada tumbuh kembangnya kelak.
Jika komunikasi terbangun secara baik, buah hati akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, kreatif dan berani mencoba berbagai tantangan dan tidak tabu terhadap hal-hal baru.
Tidak jauh berbeda, Asia Parent memberikan penegasan, bahwa masa anak tumbuh dengan saat kita tumbuh adalah sebuah masa yang berbeda dan tidak mudah untuk menjelaskan dan saling memahami perbedaan masa tersebut. Masa orang tua yang masih kenal dengan permainan tradisional, sementara masa anak sekarang sudah berubah dengan masa mereka yang masuk ke era digital.
To Do List Komunikasi Anak Dengan Orang Tua |
Dalam memberikan waktu luang kepada anak, jangan juga kita melakukan hal lain atau asyik dengan peralatan/gadget sendiri. Memberikan perhatian penuh adalah kata kunci berikutnya.
Hubungan positif antara buah hati dengan orang tua terjadi jika kita menghargai keberadaan mereka, memberikan apresiasi atas sikap baik yang dilakukan.
Jangan lupa juga untuk menghormati keinginan anak, penghargaan kita sebagai orang tua akan menimbulkan kepercayaan dan mempererat hubungan anak dengan orang tua.
Merendahkan suara dan dan berbicara lebih pelan kepada anak, juga memposisikan ketinggian sejajar dengan anak, akan mengurangi rasa takut dan intimidasi. Menggunakan bahasa tubuh yang baik sangat disarankan ketika berbicara dengan buah hati.
Berbicara lebih sering dan dengan bahasa yang sederhana terutama untuk anak balita, membuat anak merasa bahwa orang tuanya akan selalu berusaha untuk terhubung dengan dirinya.
Menunjukkan rasa cinta dengan tulus melalui perbuatan dan perkataan hingga sentuhan. Membuktikan kepada anak bahwa orang tua mereka mencintai dengan tulus.
Jangan kaku terhadap anak, sesekali bersikap fleksibel tidak mengapa. Memberikan keringanan aturan selama tidak membahayakan keselamatan dan melanggar aturan dalam rumah tidak mengapa.
Jangan lupa untuk memberikan alasan jelas, jangan asal menghardik, tahan emosi. Bicarakan baik-baik terlebih dahulu jelaskan apa yang menjadi kesalahan anak dan perhatian orang tua. Hal ini sekaligus melatih diri orang tua untuk berkomunikasi dengan baik terhadap anak meskipun dalam keadaan emosi.
Melibatkan anak dalam kegiatan keluarga akan membangun komunikasi yang baik, mulai dari yang ringan seperti memutuskan ke mana hendak berlibur, restoran mana yang akan dikunjungi.
Seni Berbicara Pada Anak Ketika Terjadi Konflik.
Setelah mengetahui to do list yang harus dibangun antara anak dan orang tua, bukan berarti semua akan berjalan dengan baik-baik saja dan lurus-lurus saja. Seperti yang sebutkan di awal, komunikasi dengan buah hati adalah pembelajaran seumur hidup dan berkesinambungan.
Sangat mungkin di tengah proses pembelajaran terjadi konflik antara anak dan orang tua.
“Mama tidur di luar aja”, demikian Kevin anak kami berujar kepada mamanya. Demi melihat mama hendak berbaring tidur disamping. Atau lain waktu ia berkata, “Mama bau,” berharap mama segera pergi dari sampingnya secara ia sedang tidak mau diganggu (pada saat itu mama sendiri baru selesai mandi).
Orang tua di tuntut untuk belajar menguatkan hati dan menahan diri untuk tidak membalas ucapannya, sembari memikirkan emosi yang sedang anak rasakan dan menyebut emosi tersebut serta memasukkan ke dalam kalimat.
Itu belum seberapa konflik yang terjadi, beberapa yang menyebalkan adalah ketika buah hati melakukan aktivitas menggambar baik itu sofa atau dinding rumah, seringnya sebagai orang tua terpancing dan emosi. “kamu mau mama marah” atau “pergi ke kamar sekarang, sana.”
Padahal sebagai orangtua tidak perlu membuang energi lebih besar dengan bertengkar dengan anak, akan lebih menguntungkan ketika bersama menggalang kekuatan yang menguntungkan semua pihak, win-win solution.
Lima Peralatan Menyelesaikan Konflik :
1. Ungkapkan perasaan dengan jelas, sangat penting agar anak mengetahui perasaan orang tua dengan jelas. Dalam kasus sofa atau dinding yang dijadikan bahan percobaan spidol dan ballpoint. Sampaikan perasaan kita dengan jelas bahwa kita kecewa bukan. “papa sedih loh, kalau kamu mencoret-coret seperti itu.” Sebagai orang tua dituntut jangan asal menghardik, tahan emosi. Bicarakan baik-baik terlebih dahulu jelaskan apa yang menjadi kesalahan anak dan perhatian orang tua.
2. Tunjukkan kepada buah hati bagaimana cara memperbaiki kesalahan. “ayo kita bersihkan sama-sama, sofa ini butuh dibersihkan.” kita bersama dengan anak membersihkan dinding dan sofa yang kotor akibat coretan mengajarkan bahwa tindakannya tidak benar.
3. Tawarkan Pilihan, sebenarnya tidak salah dengan tindakan coret-mencoret anak, yang menjadi masalah adalah ketika melakukannya di dinding atau di sofa. Janga lupa berikan complement kepada anak. “ayo, kamu bisa loh menggambar diatas kertas atau dikarton daripada di sofa dan dinding.”
4. Bertindak tanpa menghina, lainnya adalah, untuk sementara ballpoint dan spidol ini mama sembunyikan dahulu untuk sementara, sepertinya ballpoint dan spidol ini sangat menggodamu untuk menggambar di sofa.
5. Mencoba Pemecahan Masalah,
a) Mengakui Perasan anak, “mama paham, sepertinya kamu sangat suka dengan menggambar ya.”
b) Gambarkan masalahnya, “mama tidak suka kamu menggambar di Sofa atau di dinding.
c) Carikan Ide, “kita cari ide tempat dimana kamu bisa menggambar, karton, kardus atau kertas.” jangan lupa dengarkan juga ide dari anak “aku mau menggambar di adik bayi”, “aku mau menggambar di kausku”
d) Putuskan ide mana yang terbaik, yang sama-sama disukai. Ajak anak berdiskusi “kalau di adik bayi, mama tidak akan mengijinkan”. “bagaimana dengan kertas besar yang menutupi seluruh dinding dan kamu bisa menggambar diatasnya.”
e) Laksanakan solusi yang sudah diambil dan disepakati.
Penutup.
Kelima peralatan untuk memecahkan konflik yang terjadi antara anak dan orang tua tidak serta merta langsung berhasil ketika digunakan. Anak yang kita miliki adalah ciptaan Tuhan yang sama seperti kita orang dewasa bukan robot. Memiliki perasaan dan pemikiran dalam pemahamannya sendiri.
Butuh proses untuk melihat, memahami, menyerap, melakukan dan mengulang-ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan. Bahwa yang coba disampaikan orang tua adalah untuk kebaikan bersama.
Karena proses komunikasi itu sendiri harus dipupuk dan dilakukan terus menerus setiap hari. Sehingga nantinya akan membuat anak merasa bahwa orang tuanya selalu berusaha untuk terhubung dengan dirinya.
Sementara itu, jangan lupa dalam setiap kesempatan ketika memperoleh sebuah keberhasilan, bahkan dalam menyelesaikan konflik sekalipun. Berikan penghargaan kepada anak. Rayakan keberhasilan sebagai momentum kebersamaan.
Salam Komunikasi Sehat.
Sumber tambahan
Family Sitting Together with their Dog · Free Stock Photo (pexels.com)
Pentingnya membangun komunikasi dengan anak - ANTARA News
https://id.theasianparent.com/10-cara-berkomunikasi-dengan-anak
Buku Seni berbicara pada anak, Panduan mendidik anak tanpa ngegas, Joanna Faber dan Julie King