Semoga kita masih disiplin untuk mengurangi aktivitas diluar sementara waktu, menjauhi kerumunan, rutin mencuci tangan, menggunakan masker dan banyak berdoa agar bangsa kita dapat melewati pandemi dengan baik.
Masih dapat berdiam diri tinggal dalam rumah dan tetap sehat adalah sebuah kemewahan yang harus disyukuri akhir-akhir ini. Padahal sebagai manusia yang merupakan mahluk sosial sesekali kita butuh traveling keluar dari rutinitas untuk kembali menyegarkan pikiran dan mendapatkan semangat baru.
Namun tidak dapat dipungkiri, berwisata atau traveling saat musim pandemi menjadi tidak menarik lagi, perasaan takut, dan cemas muncul. Tidak hanya khaawatir terpapar, jangan-jangan kitalah yang sebenarnya membawa dan menularkan virus tersebut dalam tempat wisata.
Traveling pun menjadi tidak sama seperti dahulu, dari webinar yang dihelat IDS mengambil tema besar “Nasib Wisata Ditengah Pandemi” semakin tahu bahwa kondisi pandemi membuat semua sektor industri terpukul tidak terkecuali industri pariwisata.
Industri Pariwisata Mati Suri
Dari penjelasan Kak Lidya Intan, VIP Operation Jalan GIH, memaparkan bahwa industri pariwisata terdampak disemua lini, sebut beberapa sepertii staycation, road trip, ekowisata, solo traveling, semua mengalami mati suri untuk sementara waktu.
Tetapi meskipun demikian ia berujar, menjadi pelaku industri pariwisata yang sadar akan situasi pastinya akan terus melakukan inovasi-inovasi demi bertahan hidup dan menyesuaikan dengan keadaan sekarang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa fakta yang dihadap,i semua pemesanan traveling dilakukan secara online. Setidaknya 63% pencarian, booking dan pembayaran dilakukan secara daring. Hampir 300 per menit review masuk ke situs tripadvisor. Mau tidak mau, transaksi on line saat ini menjadi sebuah pilihan menarik dan harus dilakukan.
Menjadi Traveler Yang Bijak dan Bertanggung Jawab
Sementara Kak, Jovita Ayu, salah satu traveling Influencer membagikan pengalaman selama traveling beberapa waktu lalu (dalam masa pandemi). Tapi tidak saya sarankan juga untuk melakukan traveling dalam waktu dekat ya.
Tetapi memang dari pengalaman dan sharing Kak Jovita Ayu, sudah sepantasnya digunakan dan dilaksanakan ketika berpergian traveling. Kita dituntut untuk menjadi responsible traveling (during pandemic). Ya iyalah, bahkan tidak dalam keadaan pandemik pun kita sudah sepatutnya menjadi traveler yang bertanggung jawab kan.
Oh iya, biar tau aja nih, kak Jovita ayu, saat ini aktif sebagai Travel dan Lifestye Content Creator, ia juga ditugasi oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai Digital Marketing Consultan. Keren kan.
Pemaparan Ka Jovita, ia menerjemahkan traveler sebagai pejalan, maka kita saat ini dituntut untuk menjadi pejalan yang bijak. Mengutip Didi Kasim dari Natgeo Indonesia, Pejalan Bijak adalah saat seseorang telah meninggalkan tempat perjalanannya, maka tempat itu akan lebih baik setelah kita tinggalkan.
Dalam melakukan perjalanan wisata, yang harus di ingat adalah jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki dan jangan ambil apapun selain foto.
Bahkan pasir atau tanah atau kerikil di lokasi wisata atau bunga atau apapun jangan diambil selain dokumentasi fotografi.
Cerita Jalan2nya Jovita Ayu |
Dan pastikan hal dibawah ini ketika kalian hendak berwisata :
1. Pastikan diri kita SEHAT. Penting untuk memastikan diri kita sehat. Sebab traveling akan menyenangkan kala tubuh kita sehat dan bugar. Kalau sedang sakit ada baiknya ditunda untuk sementara waktu, lagian tidak nikmat pastinya berlibur dalam kondisi badan tidak fit. Apalagi kalau kita menjadi pembawa sumber penyakit dan berpotensi menularkan kepada yang lainnya. Terlebih di musim pandemi ataupun sesudah pandemi annti tetap lakukan test dan selalu menjaga agar imun untuk tetap sehat.
2. Taat Protokol kesehatan kemanapun dan dimanapun kita berwisata. Mentaati protolkol kesehata tidak hanya baik untuk kita tetapi juga untuk tempat wisata yang kita kunjungi dan pengunjung wisata berikutnya.
3. Jaga diri = menjaga tempat yang kita kunjungi, kita dituntut ber-EMPATI
Tempat wisata sudah menyiapkan tempat dengan baik, jangan sampai kesombronoan kita membuat tempat wisata jadi tutup karena kehadiran kita yang membawa penyakit.
4. Biasakan untuk mengeksplore budaya setempat, kunjungi tempat wisata orang lokal, support mereka karena saat pandemi mereka yang paling terdampak .
Ø Nikmati makanan tradisional. Kalau tempat ramai sebaiknya hindari, namun dapat disiasati dengan memesan take away (bungkus).
Ø Membeli produk lokal dan dukung UMKM Lokal, seperti membeli oleh-oleh, membeli batik atau scarf juga bisa, kalau terbatas dengan dana kalain bisa mendukung produk lokak dengan membantu share di medsos. Bantu informasikan produk mereka di medsos kita sebagai bentuk dukungan terhadap positif terhadap UMKM lokal.
5. Membawa misi lingkungan/sosial, tidak perlu muluk-muluk mulai dari membawa botol minum sendiri (tumbler), mengurangi sampah plastik sekali pakai dengan membawa totte bag dan membuang sampah pada tempatnya.
6. Berbagi momen, jangan lupa untuk berbagi cerita yang positif, bermanfaat dan inspiratif, share juga travel essential seperti masker, sanitizer dan disinfektan. Informasikan traveler, apa sih yang perlu dipersiapkan ketika jalan dalam keadaan pandemi. Ingatkan untuk patuh dalam melaksanakan protokol kesehatan.
7. Share dan Explore tempat yang dekat dahulu saja, tidak hanya karena pandemi juga sich, bisa juga karena keterbatasan dana. Namun teraveling tetap dapat dilaksanakan dengan mengunjungi tempat-tempat yang dekat saja dahulu. Untuk yang tinggal di Jakarta, bisa eksplore lebih dalam lagi tentang wisata Bogor, Tangerang, Banten. Banyak yang bagus sebenarnya didekat kita, namun luput dari pengamatan.
Work From Bali Experience
Pengalaman Kak Jovita ketika melaksanakan Work From Bali, sekarang ini kondisinya masih sepi dan masih sedikit yang buka tempat wisata. Ia menuturkan, ketika di Bali ia lebih banyak tinggal di vila, menikmati alam sekitaran atau pelayanan vila.
Kalaupun hendak jalan sebaiknya disiasati dengan memilih waktu yang tidak ramai pengunjung, seperti pagi hari.
Beberapa kegiatan wisata memang sudah dilakukan seperti di Uluwatu, tarian kecak sudah dilakukan namun dengan protokol kesehatan ketat dengan lebih sedikit pengunjung dan pemain kecak.
Ditempat wisata Bali, tidak semua tempat wisata sepi beberapa ramai, nah kita disini dituntut untuk tetap taat dengan protokol kesehatan. Meskipun nantinya kalian lihat (pastinya) akan ada beberapa yang tidak patuh, sebagai pejalan bijak sudah sepantasnya dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu dalam hal memberikan contoh baik.
Ketika kita sebagai pejalan, sebagai manusia, memanusiakan suatu tempat dengan segala isinya sebelum, saat dan sesudah mengunjunginya, Jovita Ayu.
Terakhir Kak Jovita menutup dengan berpesan, ayo berempati dan lakukan bagian kita sebagai Traveler yang bertanggung jawab (dalam keadaan pandemi ataupun keadaan normal).
Salam Jalan_Jalan Namun Tetap Waspada dan Berhati-Hati.