Jadi berdasarkan informasi salah satu abang parkiran sekitaran Bukit Pelangi, lebih
dekat menuju ke arah Bukit Cilember dan jalan yang akan dilewati juga terbilang
luas. Maka pilihan berikutnya dari jalan-jalan yang tidak direncanakan adalah
menuju ke Curug Cilember.
Memang sich jalan terbilang cukup untuk dua kendaraan roda
empat, namun kurangnya marka jalan membuat google maps kembali mengarahkan ke
arah Puncak/Gadok. Jadi yang sedari awal menghindari jalur puncak terpaksa juga
melewatinya.
Saya hitung dari Bukit Pelangi ke arah Curug Cilember yang
info mamang parkiran dekat, karena diarahkan oleh Google Maps ke jalur puncak
setidaknya membutuhkan ± 1 jam lebih lama 30 menit dari yang diperkirakan abang
parkiran.
(Bukan) Curug Cilember Puncak
Curug Cilember Puncak biasanya akan ramai dikunjungi orang,
ya iyalah secara wisata alam sangat menarik orang kota yang suntuk dengan hiruk
pikuk macet dan polusi yang menyebalkan. Suasana alam yang hijau dan seger membuat
tingkat stres menurun sejenak.
Curug Cilember Puncak yang dikelilingi hutan hujan tropis dengan
suhu sekitaran 18-230C, ini yang menjadi incaran masyarakat kota
sekitaran Jabodetabek.
Curug yang dikelola oeh Perhutani sejak tahun 1990 dan diresmikan
oleh Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2000 memiliki luas kawasan 5, 9 hektare serta
didominasi tanaman pinus memang cocok untuk merefresh diri keluar dari
kepenatan sejenak.
Informasinya didalam Curug Cilember terdiri dari 7 (tujuh) curug, jadi kalian didalam bisa menikmati salah satu curug atau mencoba menjelajahi ketujuh curug yang ada (kalau kuat).
Bahkan karena keindahan curug dan terselip cerita misteri
didalamnya, saya juga baru tahu Curug Cilember diangkat ke dalam versi layar
kaca, FTV, Legenda Curug 7 Cilember, hmm harus nonton.
Menarik bukan menikmati Curug Cilember. Sudah dapat gambaran
akan melakukan apa saja disana?
Dan kami yang sedari awal yang memang tidak berencana ke
sini, akhirnya sampai juga. SAYANGNYA, Curug Cilember belum beroperasi. Memang
sich informasi di medsos mereka masih buka, namun google sendiri mencatat
mereka tidak beroperasi.
Rupanya kami tidak sendirian masih ada beberapa keluarga
lainnya yang sudah sampai namun “kecele” karena Curug Cilember masih tutup
karena PPKM.
Kami mah sudah siap, toch niat awal hanya berkeliling di
Bukit Pelangi Sentul, namun kaki membawa juga ke situs Cilember.
Lalu, …
Kembali mendapatkan informasi dari abang parkiran
disekitaran curug, bahwa ada curug lain. Memang tidak sebesar Curug Cilember. Tidak
dibuka untuk umum, hanya fasilitas sebuah penginapan. Namun jika kami mau, diijinkan
masuk dengan membayar tiket tidak resmi sebesar Rp. 25.000,- keputusan ada pada kami. Setelah dipandu ke
arah atas sedikit melewati kawasan Curug Cilember. Kesanalah kami.
Curug 8, Bukan Curug 7 Cilember |
Sebentaran Menikmati Curug 8
Benar saja, efek Curug Cilember tutup, meskipun terbatas dan
tidak terbuka untuk umum, karena diinformasikan, terbilang ramai juga
pengunjung Curug 8. Dengan petugas dari penduduk sekitaran yang menjaga
ketertiban mengatur keluar masuk pengunjung. Kalau menurut mereka disekitaran Curug
8 masih ramai, maka pengunjung masuk ditahan terlebih dahulu hingga pengunjung yang
berada dalam curug keluar. Bergantian, demikian petugas berusaha mengatur jumlah
pengunjung Curug.
Kami mengamati sekitaran Curug 8 terlebih dahulu, karena
mereka tidak memaksa untuk kami masuk, silahkan lihat-lihat saja terlebih
dahulu, kalau berkenan masuk, tidak juga tidak mengapa.
Memang ada penduduk yang mengatur agar tidak ramai
pengunjung di sekitaran curug. Namun petugas tidak tertib dalam mengelola
Protokol Kesehatan (Prokes) pengunjung. Bahkan terkesan membiarkan pengunjung
yang tidak bermasker masuk ke dalam kawasan curug 8.
Akhirnya terpaksa kami menunggu beberapa saat, hingga
kira-kira (menurut kami) Curug 8 tidak terlalu ramai dan pengunjung yang masuk
terbilang patuh dengan prokes.
Tiba giliran kami, masuk 500 meter ke dalam, dari parkiran
salah satu vila, masih ada monyet-monyet liar, seru juga menambah kesan alam bebas.
Benar saja, Curug 8 terbilang kecil dan memang didesain untuk pengunjung vila/penginapan saja. Ada kursi cantik di tepian air terjun, bahkan ada juga kawasan untuk berkemah (camping ground). Masih dengan prokes ketat, kami mencoba menikmati sejenak keasrian dan kesejukan Curug 8.
Sekalian momen yang ada kami mengambil dokumentasi sejenak dan
mengenalkan kepada anak tentang alam sekitaran, air terjun, pohon-pohon plus
monyet liar.
Selesai, tidak lebih dari 30 menit, kami segera beranjak pulang,
selain agar tidak terlalu lama dalam curug juga bergantian agar pengunjung lain
masuk.
Curug 8, Bukan Curug 7 Cilember |
Tips Wisata tipis-tipis kala pandemi.
Memang tidak dapat dipungkiri, PPKM yang membatasi ruang
gerak membuat jenuh (sudah pasti) namun pilihan kita saat pandemi tidak banyak.
Kalaupun memilih untuk berwisata tipis-tipis menikmati sekitaran, minimal mulai
dari diri sendiri dan keluarga untuk patuh serta taat dengan protokol kesehatan.
Meskipun nanti di lokasi banyak juga yang tidak taat dengan prokes, biasanya
demi melihat yang lain patuh, maka orang sekitar juga akan patuh. Berikut hal
yang harus diperhatikan ketika berwisata ketika masih pandemi.
1.
Pastikan untuk membawa sertifikat vaksin dan sudah
mendownload aplikasi pedulilindungi.
2.
Protokol Kesehatan jangan kendur apapun alasannya.
Sediakan stok masker untuk berganti dan handsanitizer cadangan.
3.
Pastikan untuk mengunjungi lokasi wisata yang
dekat-dekat saja dahulu.
4.
Pastikan kondisi fisik dalam keadaan prima.
5.
Jangan memaksakan masuk lokasi wisata jika
keadaan tidak memungkinkan (sangat ramai)
6.
Sediakan alternatif lokasi wisata lain, jika
lokasi wisata yang hendak dikunjungi sangat ramai atau tutup.
7.
Jangan juga berlama-lama dalam lokasi wisata,
datang, nikmati dan segera pulang.
Salam sehat untuk kita semua.
Tambahan Ref ;
Harga Tiket Masuk Curug 7 Cilember Bogor, Villa Penginapan
Peta Menuju Rute Ke Air Terjun Jawa Barat | JejakPiknik.Com