Terinspirasi
dari percakapan sore kemarin sebelum pulang kantor.
Waktu
setidaknya telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, selepas rapat sore masih ada
beberapa pekerjaan yang masih harus diselesaikan.
Seorang
sahabat berceloteh, “udah …. Ayo pulang.. sudah sore…kerja terus… capek iya
kaya kagak.” Kata selorohan yang yang diucapkan secara langsung tersebut memang
sekilas diucapkan bercanda. Tapi kalau yang belum mengenal beliau pasti akan
menilai ia bukan sosok yang berkerja berdasarkan, ya gitu dech. Padahal tidak.
Selain
selorohan yang memiliki konotasi negatif tersebut kabar lainnya menyusul
seorang teman satu ruangan yang terindikasi positif. Hmmmm… makin seru saja
jumat sore ini.
Melihat
dari perspektif positif.
“Alem,
positif,” demikian teman lain berujar. Sementara Om Bagus dari belakang
komputernya menyahut dengan tenang, “syukurlah, kan selama ini itu yang ia
inginkan”. Kami yang mendengarnya saling berpandangan, maksudnya “positif” di
sini adalah teman yang positif terindikasi Covid 19. Sementara “positif” nya
yang om Bagus maksudnya adalah “positif hamil” dan memang juga sich selama ini
Alem dan pasangan sedang menginginkan dan mendambakan keturunan.
Lainya
adalah ketika teman berujar “udah …. Ayo pulang.. sudah sore…kerja terus… capek
iya kaya kagak.” Om bagus kembali menanggapi dengan santainya, “Tenang, pasti
akan kaya kok, minimal kaya pengalaman dan kaya ilmu.”
Saya terkesiap, kembali diingatkan untuk selalu kembali memandang dari pespektif positif. Minimal memulai dari perkataan.
Serupa
dengan percakapan sore ini, perspektif negatif dari positif covid dan perspektif kaya secara
material, alih-alih melihar ke sana, melihat dari perspektif lain (sebelumnya)
bahwa Alem memang menginginkan kehamilan dan kaya itu relatif minimal kaya akan
pengalaman dan kaya akan ilmu.
Dan
sejalan dengan hal diatas, dari situs Mengembangkan Konsep Diri yang Positif
(hipwee.com) jelas bahwa jika kita mampu mengembangkan konsep diri
menjadi konsep diri yang positif, tentunnya akan mengarahkan kita untuk
memiliki kepribadian yang positif. Namun, tidak semua individu mampu untuk
mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga ia menganggap dirinya tidak
berdaya, lemah, dan sebagainya. Hal ini sangat merugikan, bahkan sifat itu pun
akan berdampak kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Maka dari dari itu
sebisa mungkin virus positif thinking harus sering-sering ditularkan kepada
orang-orang sekitar.
Karena itu, penting bagi kita untuk menilai lingkungan dan pengalaman agar terbentuk konsep diri positif. Konsep diri ini harus dilalui dengan proses yang panjang dan berkesinambungan, artinya, konsep diri dapat berubah karena prosesnya kontinyu atau terus berkelanjutan yang berkembang sepanjang hidup.
Kembali
ke diri kita masing-masing, apakah tetap akan berkutat dengan
pemikiran-pemikiran negatif dari pemikiran-pemikiran negatif yang berseliweran
atau mengubahnya menjadi pemikiran-pemikiran positif. Setidaknya jika tidak
berguna untuk sekitaran minimal untuk diri sendiri dahulu pikiran-pikiran
positif akan selalu berguna.
Salam
pikiran positif.