Waktu hampir menunjukkan pukul 16.10 WIB, kalau hari
Jumat ASN pulang 30 menit lebih lambat ketimbang hari biasanya, dikarenakan
karena hari Jumat di pagiharinya digunakan untuk senam senam bersama plus
siangnya terpotong juga untuk kegiatan sholat jumat.
Saya sendiri baru mengenal sosok Pak Dinminin praktis
belum 1 tahun. Secara per November 2021 tahun lalu saya bergabung di instansi
ini.
Sosoknya terlihat tidak neko-neko, pribadi yang
bersahaja tampil apa adanya. Puasa
Senin_Kamis rutin ia lakukan. Berbicara dan berinteraksi dengan rekan kerja
juga terlihat wajar dan baik. Bertanya dibagian ia tidak mengerti dan berkerja
sesuai dengan jadwal kerja yang telah disepakati.
Hingga dikantor ada promosi terhadap salah satu
jabatan tertentu, secara administrasi, bapak ini telah memenuhi segala
persyaratannya. Namun telah beberapa kali promosi tetap ia tidak lolos, namun
ia sendiri tidak pernah mengetahui perihak kekurangan yang menyebabkan tidak
lolos untuk promosi tersebut.
Sempat bertanya kepada beliau, sudah ikutan melamar
terhadap promosi yang ditawarkan. Ia hanya mengangguk saja, namun ada senyum
yang coba ia sembunyikan.
Saya mencoba menyemangatinya, apapun nanti hasilnya
coba ajaa dulu. Urusan gagal atau tidak. itu perkara lain lagi.
Tidak berselang, kurang lebih 3-4 hari tim promosi
kantor menyatakan ia tidak lolos kembali. Bukan karena kemampuan yang ia miliki
makanya tidak lolos. Hanya tidak ada namanya tercantum sebagai orang yang
mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan promosi.
“ah, ini mah udah biasa, bahkan udah ketebak dari awal
akan seperti ini hasilnya.” Ujarnya.
Kok gitu, saya masih sempat terheran. Udah tahu akan
seperti ini tetapi tetap mendaftarkan adalah konyol menurut saya, ada yang
salah dengan promosi yang berlangsung.
Saya pun menimpali, “apa ga mau bertanya ke tim
promosi, mengapa tidak lolos.”
“ga, perlu, ujarnya memotong ucapan saya.
Lalu bagaimana kita tahu dimana kurangnya sehingga
tahu untuk memperbaiki diri agar di masa promosi mendatang kekurangan tadi
telah diperbaiki.
“gw sih udah tahu, ujarnya. Nanti kapam ada waktu gw
ceritain ke elo semuanya… kali ini ada seringai kekecewaan didalam senyumnya.
Selama Bapak itu (ia menyebutkan salah satu unsur
pimpinan dikantor) masih menjabat, ia tidak akan pernah mau untuk menanyakan.
“Males gw”, timpalnya.
“ada satu perkataan dia (bos kami) yang membuat gw
sakit hati, tapi ga akan pernah gw ceritain ke siapapun juga”.
“cukup gw aja yang merasakan,” dan semenjak saat itu
gw putuskanj, jika ada promosi dan dibuka umum, gw akan ikut tetapi untuk hasil
yang akan keluar, sedikitpun gw ga akan perduli
Ada yang aneh menurut saya, Pak Dinminin menampilkan
pribadi yang tidak aneh-aneh, bahkan untuk disiplin kerja terbilang ia cukup
ketat. Meskipun tidak ada yang mengawasi, jam masuh dan jam pulang ia memilih
untuk selalu tepat waktu.
Palingan kalau mau dilihat sebagai kekurangan adalah
ketidakcekatan bapak ini dalam berinteraksi dengan komputer, tetapi meskipun
lambat, semua pekerjaan tidak ada yang tertunggak, semuanya tuntas selesai.
Entahlah, terkadang ini yang membuat saya geram dengan
pola promosi yang terjadi, hanya melihat yang tersurat tidak yang tersirat.
Bahkan ketika yang tersurat dan tersirat pun telah baik, (kadang) akan kalah
dengan yang terdekat.
Sementara yang tulus berkerja, semangat berkerja tapi tidak memiliki “itu” ya sudah minggir perlahan-lahan akan digantikan.
Kepemimpinan terkadang terlihart seperti juri-juri
dalam sebuah kompetisi tidak dapat diganggu gugat. Kaku seperti kanebo kering.
Bahkan dalam pertandingan bola, gol saja dapat dianulir wasit setelah melihat
layar rekaman terlebih dahulu.
Masa iya,untuk mendapatkan pribadi yang baik, mau
berkerja dan mau untuk terus belajar akan terkalahkan dengan yang namanya
“kedekatan” atau kalah dengan yang mendapatkan “priveledge” tertentu.
Ada yang salah dengan sistem promosi yang terjadi. Dan
ini berlaku dalam level mid manajemen, bahkan pimpinan puncak sendiri tidak
mengetahui. Hanya paham bahwa semuanya aman terkendali, baik-baik saja.
Saya hanya bisa mengusap punggungnya sembari
mengucapkan “sabar. Ya pak” mungkin bukan hari ini rejeki bapak (tapi kapan….
hati saya sendiri menjawabnya)
Meskipun terlihat kekecewaan dalam guratan wajah yang
sudah tidak muda lagi, namun untuk urusan pekerjaan ia tetap sama. Tidak
mengurangi kualitas yang mampu ia berikan.
Salut saya melihatnya, jadi teringat perkataan seiorang teman beberapa tahun lalu, “dunia tidak akan pernah kiamat, selama masih ada orang-orang baik yang disakiti dan yang disakiti tersebut tidak pernah merasa tersakiti, hanya menundukkan wajah, berdoa dan berharap dalam hati bahwa Tuhan akan memihaknya.”
Ah, negara beruntung memilki pribadi-pribadi baik
seperti engkau pak, bekerja tanpa pamrih meskipun keberadaanmu mereka tak
pernah perduli namun engkau memutuskan untuk terus berjalan tidak berhenti.
“suatu saat nanti akan gw ceritain ke elo, kenapa gw
ga akan pernah komplen ke bos yang itu.: ujarnya menutup menutup pembicaraan
sore itu.
Jakarta_Sore Itu Ketika Menjelang Pulang……