GKI
Serpong hari ini melakukan pertukaran mimbar, karena pagi ini berbeda bukan
dilayani oleh pendeta yang biasa, khusus minggu ini dilayani oleh dilayani oleh
Pdt. Alex Ricardo Saragih, yang berasal dari GKI Pondok Indah.
Dibuka
dengan membaca kisah 2 Korintus 5:16,17 dan 19 TB [16] Sebab itu kami tidak
lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah
menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya
demikian. [17] Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. [19] Sebab Allah
mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan
pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
Tema
khobah pada minggu ini adalah Hidup dalam penerimaan dan pengampunan. Mengambil
kisah anak bungsu yang pergi ke negeri sebrang diambil dari Kitab Lukas 15.
Sebelum melanjutkan khotbahnya, Pdt. Alex Ricardo Saragih bertanya kepada jemaat yang hadir pada kebaktian pagi ini. Kejadian apa yang dapat membuat kita kecewa? Kapan terakhir kali kita kecewa. Meskipun tidak ada yang menjawab, maka ia meneruskan pesannya, Hal yang menyebabkan kita kecewa adalah harapan yang tidak terlaksana
Analogi
sederhananya adalah ketika kita memberikan hadiah kepada seseorang kemudian
hadiah tersebut dibuang, maka kita akan kecewa. Karena merasa tidak dihargai,
karena harapan kita adalah hadiah tersebut akan berguna untuk orang tersebut. Ini artinya
adalah harapan kita tidak terlaksana. Yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Lalu
apakah kita berhenti berharap, atau tidak perlu untuk memiliki harapan
sekalian. Jawabannya adalah TIDAK ! ! ! !
Pdt. Alex Ricardo Saragih melanjutkan bahwa kekecewaan adalah menunjukkan apa yang paling penting dalam hidup kita.
Hidup dalam penerimaan dan pengampunan
Lalu
pertanyaannya apakah Allah pernah kecewa?
Beberapa kisah dalam Alkitab menyampaikan bahwa Allah pernah
(beberapakali) kecewa kepada manusia, salah satunya adalah karena kejahatan
manusia maka Ia mengutuk Sodom dan Gomora, lalu banjir besar pada masa Nuh.
Bahkan Yunus sendiri sempat dimasukkan kedalam perut ikan karena menolak
perintah Tuhan ke Niniwe.
Harapan Allah hanya satu adalah relasi yang intim antara manusia dengan Ia sebagai Tuhan Allah.
Faktanya
manusia terus-menerus jatuh kedalam dosa, sehingga selalu merusak hubungan
antara manusia dengan Allah. Seringnya kita menggantungkan harapan kita tidak
kepada Allah, tetapi kepada hal lain, kekayaan (uang), pekerjaan, kekuasaan dan
lainnya.
Sementara
itu mudah untuk Allah menjadi murka dan menghukum kita, sehingga kita (manusia)
menjadi takut dan biasanya dalam keadaan takut akan mudah bagi manusia untuk
mengikut Tuhannya.
Fakta
berikutnya tidaksetiaan kita selalu dibalas kesetiaan dari Tuhan. Kisah Sodom Gomora,
Nuh, Yunus, tetap berujung pada kasih setia dan penyelatan yang datangnya dari Tuhan.
Dalam 2 Timotius 2:13 TB jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
Sejatinya
kita saat ini menerima apa yang sebenarnya tidak layak kita terima. Sebagai manusia
dengan segala dosa yang dibuat, menjauh dari Tuhan dan segala macamnya namun
Allah menerima kita kembali sebagai anakNya.
Yesus
sendiri sebagai Anak Allah menggambarkan sikap ini melalui perumpamaan sikap
anak bungsu yang pergi meninggalkan rumah. Diberikan harta dari bapaknya yang
menjadi bagiannya. Sayang, hidupnya berantakan, semua kacau balau dan jatuh
miskin, sengsara dan menderita. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali
kepada bapaknya. Lukas 15:18 TB Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa.
Si
anak kembali kepada bapaknya karena sudah menyerah dengan keadaannya. Anak itu
sadar, menjadi orang suruhan bapaknya saja pun akan terjamin hidupnya.
Namun
si Bapak, tetap menerima anak itu terlepas apapun motivasi si anak kembali (yang
hanya hendak mendapatkan hidupnya kembali) dan mengabaikan mengapa ia pernah
pergi.
Bahkan
Bapak tersebut sangat senang ketika anaknya kembali dan bersukacita dan
memotong lembu sebagai bentuk perayaan atas kembalinya anak yang hilang
tersebut. Gambaran Bapak tersebut itu adalah Allah yang kita sembah.
Allah
tetap akan menerima kita apapun keadaan kita alih-alih Ia menghukum kita, Ia
memilih setia untuk tetap mengasihi dan tidak menghitung dosa pelanggaran kita.
Bukan karena kita layak tetapi karena Ia tidak dapat menyangkal diriNya.
Terakhir
Pdt. Alex Ricardo Saragih menutup khotbahnya moment Paskah adalah moment untuk
kita pulang kepada Allah apapun keadaan kita. Percaya bahwa Ia akan
menerima dan memeluk kita, seberapun besar dosa yang telah kita lakukan,
kembali kepadaNya adalah pilihan yang selalu tepat.
Selamat
Hari Minggu Tuhan Menyertai Kita Semuanya ... Amin.