SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Sambut Kehadiran Tuhan Yesus Dengan Mengikuti TeladanNya

 



Tidak terasa, minggu ini akan memasuki Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi. Perasaan baru tahun lalu mencatat kegiatan pra paskah, sekarang sudah disini lagi saja kita. Dan hari ini dilayani oeh Pdt. Agus Wijaya, di GKI Serpong.

Pembacaan Alkitab diambil dari Yesaya, dan menarik sehingga saya mengeharuskan diri saya mencatatnya. Meskipun pastinya ayat ini telah dibaca berkali-kali bukan. Yesaya 50:4 TB, [4] Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

 

YESUS DI ELU-ELUKAN DI YERUSALEM

Paskah pasti topiknya mengenai kematian Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Namun sebelum sampai pada penyaliban, ada kisah bahwa Yesus berkunjung ke Yerusalem dan dielu-elukan, disambut layaknya seorang raja.

Sebelum masuk ke Yerusalem, Tuhan Yesus sendiri meminta untuk  untuk muridNya mengambil keledai untuk Ia naiki.

Di kitab Lukas 19:28-40 [29] Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya, [30] dengan pesan: ”Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari. [31] Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya.”

(semoga suatu saat dapat menginjakkan kaki di Yerusalem, mengunjungi Betafeg, Betania dan tempat lainnnya yang pernah Yesus singgahi, dan merasakan atmosphernya langsung-amien)

Dulu waktu kecil biasamya kita beberapa kali menyambut pejabat yang hadir ke sekolah, dan dilakukan penyambutan yang biasanya cukup meriah. Nah dalam Penyambutan terbagi menjadi tiga kelompok orang yaitu:

1. Memang senang dilibatkan untuk menyambut orang penting.

2. Disuruh oleh guru, ya meskipun ga suka kan harus dilakukan juga;

3. Tidak ada pelajaran, karena melakukan penyambutan jadi pelajaran ditiadakan;

 

Pun demikian dengan Yesus, Ia disambut dengan meriah. Diberkatilah Dia yang datang sebagai raja dalam nama Tuhan. Damai sejahtera di sorga dan kemuliaan ditemoat tinggi. Tapi jangan membayangkan layaknya seoang raja dengan iring-iringan mewah, kereta kuda kencana dan lain sebagainya. Iringan penyambutannya jauh dari itu semua, bayangan saya sendiri, tidak ada kemewahan hanya keramaian orang yang hendak menyambut Ia langsung dan melihat dari dekat.

Dengan adanya keramaian orang-orang yang menyambut Yesus membuat orang-orang Farisi “gerah” dan faktanya orang farisi malah menegur Yesus untuk dapat menyampaikan kepada murid-murid dan orang-orang dijalan yang menyambutnya agar tidak berteriak dan bersorak sorai dalam melakukan penyambutan.

Lukas 19:39-40 TB [39] Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: ”Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” [40] Jawab-Nya: ”Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”

Lalu bagaimana dengan kita melakukan penyambutan terhadap kedatangan Tuhan Yesus dalam hidup kita? Apakah akan biasa saja.





Pdt. Agus Wijaya melanjutkan, bahwa dalam bacaan kita pada minggu pagi ini kita diingatkan untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki sikap sebagai berikut:

1.   MEMILIKI HATI YANG BERSYUKUR KEPADA TUHAN, karena Ia sangat baik mau menebus semua dosa dan memberikan kehidupan baru.

Naikan pujian bagi Dia, untuk setiap karya Tuhan dalam kehidupan kita.

Hati yang bersyukur membuat kita mampu untuk dapat melihat dari perspektif positif.

Persepektif Yesus untuk tetap bersyukur meskipun harus mati di kayu salib tetapi Ia mengetahui bahwa melalui kematianNya umat manusia mendapatkan penebusan dosa.

Bahkan pada saat ini, saat keadaan sedang tidak baik baik saja, PHK terjadi dimana-mana, percaya bahwa Tuhan memiliki jalan terbaik dalam kehidupan kita.

2.   MEMILIKI SIKAP SEORANG MURID. Mau untuk belajar. Mau melewati setiap situasi apapun dalam kehidupan. Kita diajar untuk memiliki hati, mata, telinga dan pikiran seorang murid yamg mau selalu belajar.

Dalam keadaan yang tidak mudah tetap selalu mau belajar dan berubah untuk menjadi lebih baik.

Sebagai seorang murid Yesus, kita juga dituntut untuk mau menolong sesama terlebih dalam keadaan sulit sekarang.

3.   MERENDAHKAN DIRI, dengan meneladan kepada Tuhan Yesus. Tidak menganggap diri sendiri yang perlu dihormati ketimbang yang lain.

Yesus saja selaku Tuhan Allah kita,  Ia merendahkan diri dan mengajarkan rela untuk berkorban mati dikayu salib.

Bahkan Ia yang Mahakuasa rela untuk menanggung dosa dunia, Ia mengosongkan diri dalam kehidupanNya, mengesampingkan diri bahwa Ia adalah Tuhan.

Mengosongkan diri adalah menerima keadan orang lain

Ada pepatah "biarlah yang waras ngalah”, tapi masih tersimpan dendam untuk membalasnya.

Lalu apakah kita mau untuk mengosongkan diri, seperti Yesus mengosongkan diri demi keselamatan kita, keselamatan dunia, demi melakukan yang terbaik.

 

Diperlukan tindakan mengosongkan diri untuk menjadi teladan yang baik sehingga mau menerima satu dengan yang lain dengan ketulusan hati.

 

Yesus rela masuk ke kota Yerusalem dan masuk ke dalam masa sengsaranya, meskipun pada saat yang bersamaan Ia tahu siapa yang akan memghianatinya, siapa yang akan menyangkalnya. Namun Ia memutuskan menerima dan menjalani itu semuanya, tuntas dan selesai dengan baik.

Ia rela turun ke dalam kerajaan maut (kematian) dan pada hari yang ketiga bangkit dari kematiam, purna sudah dosa ditebus olehNya, hubungan manusia dengan Allah yang berjarak karena dosa sudah tidak ada lagi.

 

Selamat menyambut Paskah, Tuhan Yesus Memberkati Kita Semuanya.

Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar